2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari Teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang
konkrit, yang disebut operational definition.
55
Pada umumnya “perusahaan” adalah organisasi usaha yang dapat dilihat dalam bentuk badan hukum disebut Perseroan Terbatas. Bentuk-bentuk badan
usaha dikenal juga Perseroan Firma Fa. Perseroan Komanditer atau Comanditaire Vennotschap CV. Selain itu masih ada bentuk usaha lain yang
disebut maatschap atau persekutuan perdata sebagaimana diatur dalam KUH perdata. Bentuk Perseroan Terbatas PT merupakan yang lazim dan banyak di
pakai alam dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal dan badan hukum mandiri. Bentuk PT ini berasal dari Hukum Dagang Belanda WvK
dengan istilah Naamloze Vennotschap NV. Pengertian perusahaan menurut John A. Shubin adalah : “A firm is an
ownership organization which combines the factors of production in plant for the purpose of producing goods or services and selling them at a profit.”
56
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi kepemilikan yang menggabungkan faktor-faktor produksi di suatu tempat dengan maksud memproduksi barang atau
jasa dan menjualnya untuk memperoleh laba. Berdasarkan pengertian ini, suatu organisasi itu haruslah bertujuan untuk
memperoleh laba. Bila organisasi itu tidak bertujuan memperoleh laba, maka organisasi itu bukan perusahaan.
55
Sutan Remy Sjaehdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi para pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institute Bankir Indonesia, 1993,
h. 10
56
Jhon A. Shubin dalam Wasis, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Bandung: Alumni, 1992, h.209-210
Perusahaan dalam bentuk-bentuk organisasi bisnis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
57
1. Perusahaan Persekutuan; terdiri dari :
a. Badan Hukum : Perseroan Terbatas, Koperasi, Perkumpulan Saling
Menanggung b.
Badan Non Hukum : Persekutuan Perdata, Firma, CV 2.
Perusahaan Perseorangan : Perusahaan Dagang Mengenai perusahaan ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang memuat definisi sebagai berikut :
58
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan pengertian yang diberikan tersebut, ada lima hal yang pokok
yang menjadi perhatian dalam PT : 1.
PT Merupakan suatu badan hukum 2.
Didirikan berdasarkan perjanjian 3.
Menjalankan usaha tertentu 4.
Memiliki modal yang dibagi dalam saham-saham 5.
Memenuhi persyaratan undang-undang.
59
Perseroan terbatas
juga didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang yang
diberi hak dan diakui oleh hukum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kekayaan
57
Abdul Kadir Muhammad, Dikutip oleh Abdul R. Saliman, Essensi Hukum Bisnis Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, h. 61
58
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
59
Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h.7
Perseroan Terbatas terpisah dari pemilik-pemiliknya
60
. Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1995, unsur-unsur tersebut adalah :
61
1. Organisasi yang teratur
2. Harta kekayaan sendiri
3. Melakukan hubungan hukum sendiri
4. Mempunyai tujuan sendiri
Perseroan Terbatas mempunyai organ yang disebut organ perseroan, gunanya untuk menggerakan perseroan agar badan hukum dapat berjalan sesuai
dengan tujuannya. Organ perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi dan Komisaris.
Menurut Weston, J. Fred, bentuk-bentuk restruksisasi perusahaan adalah :
62
1. Expansion
: Mergers and Acquisitions, Tender Offers, Joint ventures.
2. Sell-Offs
: Spin-Offs Split-offs and Split-ups
Divestitures Equity Carve-outs 3.
Changes in Ownership Stucture : Exchange offers, Share Repurchases, Going Private, Leveraged Buy-outs
Dalam menjalankan suatu proses reorganisasi perusahaan, ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan sebagai berikut :
63
60
Sukanto Reksohadiprojo, et.al., Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jogyakarta: BPFE, 1991, h.75.
61
Ibid. h.8
62
Weston, J. Fred dalam Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, h.5-6
63
Munir Fuady, Hukum Tentang Merger, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, h.6
1. Adanya kebutuhan akan dana baru new funds yang akan dipergunakan untuk
modal kerja dan rehabilitasi properti. 2.
Haruslah diketemukan dan diminimalkan sebab-sebab kegagalan operasi dan kegagalan managerial dari perusahaan yang direstrukturisasi.
3. Adanya kegagalan dari perusahaan tersebut, baik karena ketidakmampuannya
menunaikan kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo ataupun karena jumlah kewajiban finansial melebihi aset-asetnya.
Dalam setiap tindakan reorganisasi suatu perusahaan haruslah berkiblat kepada performance perusahaan yang lebih baik di masa depan setelah
reoganisasi, artinya tindakan reorganisasi perusahaan haruslah feasible, yakni dapat meningkatkan earning power dari perusahaan yang bersangkutan.
Untuk dapat meningkatkan earning power harus mempertimbangkan tindakan-tindakan tertentu dengan berbagai konsekuensi hukumnya masing-
masing tindakan-tindakan tersebut adalah sebagai berikut :
64
1. Restrukturisasi sumber daya manusia
2. Restrukturisasi peralatan produksi atau peralatan kantor yang sudah out of
date 3.
Restrukturisasi utang, seperti dengan melakukan : reschedulling, refinancing haircut, converted debt dan lain-lain.
4. Improvisasi beberapa sektor penting seperti improvisasi bidang produksi
pemasaran, iklan dan lain-lain. 5.
Improvisasi atas produk yang akan dihasilkan atau bahkan memproduksi produk baru yang lebih sesuai dengan perkembangan dan permintaan pasar.
64
Ibid. h.6-7
Pendapat lain mengemukakan bahwa reorganisasi restrukturisasi perusahaan terdiri dari :
65
1 Reorganisasi juridis, yakni perubahan mengenai bentuk dari suatu perusahaan
2. Reorganisasi intern, yakni perubahan struktur organisasi intern
3. Reorganisasi finansial, yakni merupakan “Capital Restructuring” yang
menyangkut perubahan menyeluruh dari struktur modal karena perusahaan telah atau sangat cenderung untuk insolvable, jadi merupakan
“recapitalization” yang sangat drastis dan menyeluruh. Ada 4 empat syarat suksesnya Reorganisasi dalam Chapter 11 US
Bankruptcy Code, yakni :
66
1. Mempertahankan agar usaha tetap jalan dengan cara :
a. Mencegah gangguan terhadap usaha
b. Mendapat dana untuk menjalankan usaha
2. Menggerakan Usaha
3. Menentukan tuntutan baik oleh debitor maupun terhadap kreditor.
4. Restrukturisasi utang dan pembagian keuntungan perusahaan.
a. Perlunya restrukturisasi utang
b. Berapa besar keuntungan diberikan kepada kreditor dalam rencana
reorganisasi c.
Penentuan nilai dalam hal kreditor diberi hak atas nilai likuidasi atau nilai reorganisasi
65
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Jogyakarta: Yayasan Penerbit Gajah Mada, 1991, h.240.
66
Mark S. Scarberry et. al. op.cit. h.17-48
d. Menentukan nilai debitor dan nilai milik yang dibagikan berdasarkan
rencana. Sebelum rencana reorganisasi disusun harus dilakukan lebih dahulu
“Feasibility Study” untuk mengetahui apakah suatu perusahaan itu layak direorganisasi atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan berpedoman pada asas
“due diligence” yakni penelitian secara menyeluruh dan tuntas untuk memperoleh penilaian akhir. Untuk maksud tersebut debitor harus membuka semua “kartunya
diatas meja”, artinya seluruh kekayaan dan utangnya diinventarisasi dengan jujur dan objektif.
67
Dapat diasumsikan bahwa penyebab utama dari insolvensi kepailitan adalah kesalahan manajemen, dan manajemen yang bersangkutanlah yang dapat
diminta tanggung jawabnya
68
, kecuali pihak manajemen dalam mengambil keputusannya telah berpegang teguh pada prinsip “duty of care”. Pihak
manajemen suatu perusahaan telah dapat dikatakan melaksanakan prinsip duty of care apabila :
1. Membuat keputusan bisnis business judgement dengan tidak ada unsur
kepentingan pribadi, berdasarkan informasi yang mereka percaya didasari oleh keadaan yang tepat.
2. Secara rasional mempercayai bahwa keputusan bisnis tersebut dibuat untuk
kepentingan terbaik bagi perusahaan.
69
67
J.B. Huizink, op.cit. h.27
68
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori Praktek, Buku Kesatu, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994, h.23
69
Heidi Madanis Schooner, dalam Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Suatu Gagasan tentang pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, FH UI,
Program Pasca Sarjana, 2002, h.35
Pihak manajemen telah melakukan keputusan bisnis yang tepat dan tidak melakukan pelanggaran prinsip duty of care apabila dalam membuat keputusan
itu: 1.
Memperoleh informasi yang cukup tentang masalah yang akan diputuskan sehingga percaya bahwa tindakkannya telah tepat
2. Tidak ada kepentingan dengan keputusan dan memutuskan berdasarkan itikad
baik 3.
Mempunyai dasar alasan yang kuat untuk mempercayai bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi perusahaan.
70
Secara tradisionil, aturan kebijakan bisnis business judgement rule melindungi para pihak manajemen dari tanggungjawab atas keputusan-keputusan
bisnis tertentu yang merugikan perusahaan.
71
Apa yang dimaksud dengan “Business Judgment Rule” Charles R.O’Kelley, Jr. merumuskan sebagai berikut :
72
The business judgment rule is a principle of corporate governance that has been part of the common law for at least one hundered fifty years. It has
traditionaly operated as a shield to protect directors from liability for they decisions. If the director are not entitled to the protection of the rule, then the
court scrutinize the decision as to its intrinsic fairness to the coporation and the coporation’s minority shareholders. The rule is a rebuttable presumption
the director are better equipped than the courts to make business judgement and that the directors acted without self-dealing or personal interest and
exercised reasonable deligence and acted with good faith. A party chalengging a board of drector’s decision bears the burden of rebutting the presumption
that the decision was a proper exercise of the business judgement of the board.
70
Detlev F. Vagts, Basic Corporation Law, New York: The Foundation Press Inc., Westbury, 1989, h.211
71
Lewis D.Solomon, et.al. Corporations Law and Policy, Materials and Problems, Third Edition, American Casebook Series, St. Paul, Minn.: West Publising Co., St., 1994, h.695.
72
Charles R.O’Kelley, et.al. Corporations and Other Business Associations, Boston, Toronto, London, 1992, h.257.
Seorang direktur perusahaan tidak akan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi jika telah melaksanakan tugas-tugasnya dengan memperhatikan
prinsip-prinsip “due care”, “good faith”, dan mempunyai “rational bases” terhadap keputusan-keputusan bisnis yang dilakukan.
73
Para direksi perusahaan dan manajer lainnya dikatakan adalah sebagai pemegang fiducia yang harus bertindak jujur demi kepentingan pemberi fiducia
beneficiary dalam satu hubungan “fiduciary duty”. Fiduciary duty adalah suatu doktrin yang berasarl dari sistem hukum Common Law yang mengajarkan bahwa
antara direktur dengan perseroan terdapat hubungan fiduciary, sehingga sebagai trustee atau agen direktur berkewajiban mengabdi sepenuhnya kepada perusahaan
dengan sebaik-baiknya.
74
Prinsip fiduciary ini tidak lazim digunakan dalam hubungan kontraktual, karena sebenarnya dalam kontrak telah diatur hubungan keduanya secara jelas,
sehingga tidak diperlukan lagi hubungan kepercayaan ini, hal ini dapat dilihat dari uraian berikut ini : Fiduciary principle are uncommon in contractual relations. If
contracts can be written in enough detail, there is no need for “fiduciary” duties as well. Workers and bond holders alike must look their contractual right rather
than invoke fiduciary claims.
75
Dasar dari kewajiban fiducia adalah untuk loyal kepada pemberi fiducia duty of loyal, sehingga seorang pemegang fiducia beneficiary dengan tidak
73
Munir Fuady, op.cit, h.50
74
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku ketiga, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, h.7
75
Frank H. Easterbrook, et.al., The Economic Structure of Corporate Law, Combridge, Massachusetts, England : Harvard University Press, 1996 h. 90-91
mendahulukan kepentingan sendiri. Pemegang Fiducia wajib melaksanakan duty of care, kegagalan melaksanakan duty of care dengan sendirinya merupakan
pelanggaran terhadap fiduciary duty tanpa memperhatikan apakah perbuatan tersebut sebenarnya menimbulkan kerugian pada pemberi fiducia.
76
Fiduciary duty adalah kewajiban agent untuk memperlakukan prinsipalnya dengan jujur,
hati-hati, loyal dan itikad baik serta memperlakukan prinsipalnya sebagaimana memperlakukan diri sendiri.
77
Untuk menghindarkan salah pengertian mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam disertasi ini, maka definisi operasional dari istilah-istilah
tersebut adalah sebagai berikut : Utang adalah kewajiban yang dinytakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang Asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang
timbul karena perjanjian atau Undang-Undang dan wajib dipenuhi oleh debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapatkan
pemenuhannya dari harta kekayaan debitor.
78
. Sengketa adalah konflik yang terjadi antara para kreditor dengan debitor
mengenai utang piutang yang dapat diselesaikan di Pengadilan Niaga atau di luar pengadilan.
76
Edward L. Symons dalam Zulkarnaen Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, suatu gagasan tentang pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Bank Indonesia, FH UI
Program Pasca Sarjana, 2002, h.33.
77
Henry Campbell Black dalam Yunus Husein, Rahasia Bank, Privasi versus Kepentingan Umum, FH UI, Pasca Sarjana, 2003, h.33.
78
A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan, Jakarta: Pradnya Pramita, cetakan keenam, 1991, h.303.
Piutang adalah sejumlah uang, barang-barang atau jasa yang timbul dari perjanjian tertentu atau karena undang-undang yang menjadi hak kreditor untuk
menagih dan menerima pembayarannya dari debitor. Perusahaan adalah semua organisasi kepemilikan baik berbentuk badan
hukum maupun non badan hukum yang bertujuan untuk memperoleh laba. Kepailitan adalah sita umum atas seluruh kekayaan debitor pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan kurator dibawah pengawasan hakim pengawas.
79
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU adalah penundaan yang diberikan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan permohonan yang diajukan oleh
debitor yang memperkirakan tidak dapat melanjutkan pembayaran utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih dengan maksud untuk mengajukan rencana
perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada kreditor.
Perdamaian adalah kesepakatan yang diambil dalam suatu rapat para kreditor yang dipimpin oleh Hakim Pengawas berdasarkan rencana perdamaian
yang diajukan oleh debitor denga maksud untuk mengakhiri sengketa utang piutang dalam proses kepailitan maupun PKPU, baik dengan membayar
sebahagian atau seluruh utang debitor kepada para kreditor, dan harus mendapat pengesahan dari Pengadilan Niaga.
Restrukturisasi utang : modifikasi syarat-syarat utang piutang seperti satu atau lebih kombinasi berikut ini :
80
79
Hendry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, sixth edition, 1990, h.403.
1. Pengurangan tingkat bunga untuk sisa masa utang
2. Perpanjangan jangka waktu pelunasan atau pengunduran tanggal jatuh tempo
dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari pada tingkat bunga yang berlaku di pasar untuk utang baru dengan resiko yang sama.
3. Pengurangan absolut atau kontinjen jumlah pokok atau jumlah yang harus
dibayar pada saat jatuh tempo utang piutang sebagaimana yang tercantum dalam instrumen utang piutang atau dokumen perjanjian.
4. Pengurangan absolut atau kontinjen bunga yang terutang.
Tender offer adalah suatu penawaran fomal untuk membeli sejumlah tertentu saham-saham suatu perusahaan pada tingkat harga tertentu atau suatu
bentuk pengambil alihan suatu perseroan, dimana sebuah perusahaan atau individu menawarkan untuk membeli sejumlah atau seluruh saham perusahaan
target pada tingkat harga yang ditentukan.
81
Divestitures adalah salah satu cara yang ditempuh oleh suatu perusahaan dengan melepaskan atau meniadakan sejumlah aktiva atau investasi melalui
penjualan langsung, atau distribusi suaru blok besar saham perseroan lain yang teratur suatu perseroan yang disimpan sebagai investasi dengan motif untuk
menghasiakan kas untuk ekspansi lini produksi, menghilangkan kinerja operasi yang tidak baik, untuk meningkatkan efisiensi perseroan atau untuk
merestrukturisasi bisnis perseroan agar konsisten dengan tujuan-tujuan strategis.
82
Going concern adalah suatu asumsi yang menyatakan bahwa tiap
perusahaan mempunyai umur yang tidak terbatas, sehingga tersedianya waktu
80
Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, h.237
81
Ardiyos, Kamus Besar Akuntansi, Jakarta:Citra Harta Prima, h. 920.
82
Ibid. h.335
untuk menyelesaikan usaha, melakukan kontrak-kontrak dan perjanjian dagang lainnya.
83
Bargaining atau tawar menawar adalah proses dimana dua pihak atau lebih berusaha untuk menetapkan apa yang dapat diberikan dan diperoleh atau apa yang
harus dilakukan dan diterima dalam suatu transaksi diantara mereka.
84
Likuidasi adalah usaha pembubaran suatu bisnis, melunasi semua utang berdasarkan urutan prioritas, dan mendistribusikan aktiva-aktiva yang terssisa
dalam bentuk tunaikas kepada para pemiliknya, atau pembubaran suatu perusahaan dengan menjual semua bisnis atau aktivanya.
85
Moratorium : Legal authorization to delay payment of debt.
86
Mediasi : proses penyelesaian masalah dimana satu pihak luar tidak berpihak, netral tidak bekerja bersama para pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.
87
Negosiasi : bentuk komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang
sama maupun yang berbeda.
88
Leveraged buy-out LBO adalah pengambilalihan suatu perusahaan dengan menggunakan dana pinjaman dengan cara perusahaan yang akan
83
Ibid. h.467
84
John. A. Fossum, op.cit. h.211.
85
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, buku Kedua, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1994, h.22.
86
The advanced Learner’s Dictionary of Current English, second edition by. A.S Hornby at.al, Oxford University Press, 1963.
87
Gary Goodpaster dalam Suyud Margono, ADR dan Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000, h.59
88
Oppenhaim dalam Huala Adolf et.al, Masalah-masalah Hukum dan Perdagangan Internasional, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1994, h.186.
mengakuisisi, kemudian membayar kembali pinjaman dari aliran kas perusahaan yang diakuisisi.
89
Sell-off adalah suatu perusahaan yang tidak sehat menjual saham kepada pihak lain dengan murah.
Spin-off adalah pemisahaan anak perusahaan dari induk perusahaannya tanpa merubah kepemilikan ekuiti, dimana perusahaan induk menyerahkan
kendali operasi kepada anak perusahaan namun pemegang saham mempertahankan persentase kepemilikan yang sama pada kedua perusahaan.
90
Joint venture adalah suatu bentuk kerja patnership atau persekutuan diantara dua orang, perseroan atau satuan usaha lainnya yang didirikan untuk
melaksanakan suatu proyek tertentu dan bila proyek tersebut rampung maka persekutuan tersebut dibubarkan, sehingga persekutuan bersifat sementara.
91
Erning Power adalah nilai sekarang yang didiskontokan dari keuntungan suatu bisnis dimasa yang akan datang.
92
Merger atau penggabunganadalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan
perseroan lain yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima
penggabungan dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum.
93
Akuisisi atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alihan perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
94
Konsolidasi atau peleburan adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
89
ardiyos, op. cit. h.548.
90
Ibid. h.863
91
Ibid. h.521
92
Ibid. h.351
93
Pasal 1 angka 9 UU No. 40 Tahun 2007
94
Pasal 1 angka 9 UU No. 40 Tahun 2007
mendirikan satu perseroan baru yang karena hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan
yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
95
Dari teori dan konsep yang telah dikemukakan perlu dibuatkan suatu skema perbandingan penyelesaian sengketa utang piutang perusahaan yang
dilaksanakan di luar pengadilan out-court dan di dalam pengadilan in-court, yang akhirnya dapat diperoleh suatu tipe ideal penyelesaiannya sebagaimana pada
skema berikut ini:
95
Pasal 1 angka 9 UU No. 40 Tahun 2007
SKEMA II : PERBANDINGAN PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PIUTANG PERUSAHAAN DENGAN FISLOSOFI : EFISIENSI
SOLUSI AKHIR TEMPAT LEMBAGA
PELAKSANA PERSETUJUAN
PENETAPAN SIFAT
KREDITOR DEBITOR
Out-court 1. ADR:
a. Mediasi b.
Negosiasi c.
Konsiliasi d.
Arbitrase -
Mediator -
Negosiator -
Konsiliator -
Arbitrator Agreement
Putusan arbitrase Voluntair
tidak mengikat mengikat
Win Win
Win Win
Contoh APP SMG
snegosiasi -
Mediator swasta PMN
Master Restructuring Agreement MRA
Voluntair Win
Win
2. Restrukturisasi Utang
- Rescheduling
- Refinancing
- Haircut
- Converted debt
- JITF
- INDRA
- BPPN
Pemerintahfasilitator Agreement
Agreement Putusan sepihak
Voluntair Voluntair
Mengikat Win
Win Win
Win Win
Lose
In-court 1.
PKPU s Damai
- Moratorium
i Pailit 2.
Kepailitan 3.
Reorganization USA -
Hakim + Pengurus + Rapat Kreditor
- Hakim + Pengurus
+ Rapat Kreditor -
Hakim + Kurator -
Hakim + Bargaining Power
Putusan Pengadilan Putusan Pengadilan
Putusan Pengadilan Putusan Pengadilan
Mengikat Mengikat
Mengikat Mengikat
Win Lose
Lose Win
Win Lose
Lose Win
In-court Restrukturisasi utang
i PKPU i Damai Hakim + Bargaining
Power Putusan Pengadilan
Mengikat Win
Win R
E S
U M
E
PENYELESIAN SENGKETA UTANG PIUTANG PERUSAHAAN YANG IDEAL
Metodologi Penelitian Berdasarkan perbedaan konsep hukum, ada 5 lima tipe kajian hukum
yaitu : 1.
Filsafat Hukum, kajian hukum dengan orientasi kefilsafatan. 2.
Ajaran Hukum Murni, dengan kajian “Law as it is written in the books” 3.
American Sociological Jurisprudence, yang mengkaji “Law as it is decided by judges through judicial process”.
4. Sosiologi Hukum, yang mengkaji “Law as it is in society”
5. Sosiologi dan atau Antropologi Hukum, yang mengkaji “Law as it is in
human actions”.
96
Tipe kajian Filasafat Hukum, Ajaran Hukum Murni dan American Jurisprudence termasuk tipe penelitian hukum yang mengacu konsep hukum
sebagai kaidah yang disebut penelitian Normatif.
97
Penelitian normatif pada umumnya adalah bersifat deduktif yakni dari hal-hal yang umum norma-norma
kepada hal-hal khusus dalam peristiwa atau pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan juridis normatif, yang artinya
penelitian mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku
dan mengikat masyarakat atau juga menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat
98
. Penelitian juridis normatif yang diterapkan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif karena didasarkan atas pertimbangan,
96
Soetandyo Wignyo Subroto dalam Bernard Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju 2000, h.158-159
97
Sunaryati Hartono dalam Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung: Manadar Maju, 2000. h.159.
98
Lawrence M. Friedman, American Law an Introduction, New York: W.W. Norton and Co., 1984, h.6.
pertama : menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua : metode ini menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara peneliti dan responden dan ketiga : metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
99
Penelitian disertasi ini akan menganalisa Kepailitan dan PKPU sebagai “Law as is written in the books” maupun sebagai “Law as it decided by the judge
through judicial process” hubungannya dengan filosofi yang terkandung dalam upaya penyelesaian sengketa utang piutang secara efisien untuk mencapai “win-
win solution” bagi para pihak. Salah satu jenis penelitian hukum adalah perbandingan hukum
100
, karena perbandingan hukum adalah suatu metode penyelidikan bukan suatu cabang
ilmu
101
. Comparative law is the comparison of the different legal system of the world.
102
Penelitian disertasi ini juga menggunakan metode perbandingan hukum, maka penelitian ini akan menganalisa perbandingan pengaturan dan pelaksanaan
reorganisasi perusahaan di Indonesia dengan pengaturan reorganisasi dan restrukturisasi perusahaan di Amerika Serikat. Dipilihnya sebagai perbandingan
hukum pada sistim hukum Kepailitan Amerika Serikat, karena Chapter 11 US Bankruptcy Code tersebut sangat dikenal dan menjadi acuan penyusunan
99
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cetakan Kesebelas, 2000, h.5
100
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: UI Press, 1986, h.14
101
Sunaryati Hartono, Capita Selecta Perbandingan Hukum, Bandung: Alumni, 1970, h.1, bandingkan dengan Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998, h.101.
102
Konrad Zwigert, Hein Kotz, Introduction to Comparative Law, Oxford, Vol.1, Clarendom Press, 1987, h.2.
ketentuan dan undang-undang tentang restrukturisasi utang dari berbagai negara di dunia.
Dalam melakukan perbandingan sistem hukum ada tiga komponen yang dapat dilihat, yaitu substansi substance, struktur structure dan budaya
culture
103
. Namun dalam penelitian ini perbandingan hukum yang dilakukan hanyalah dalam arti sempit saja atau lebih dikenal dengan “Micro
Comparison”
104
yaitu hanya mempelajari masalah reorganisasi saja atas dasar metode perbandingan dengan pengaturan reorganisasi di Amerika Serikat.
Perbandingan Hukum ini menekankan pada sistem common law di Amerika Serikat karena negara ini cukup representatif mewakili negara common law.
Sedang peraturan PKPU Kepailitan Indonesia berasal dari Hukum Belanda yang menganut sistem civil law Eropa Kontinental.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan mempergunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penelitian Kepustakaan Library Reseach
Untuk memperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan tersier penunjang dilakukan penelitian kepustakaan.
105
Bahan hukum primer yang diteliti yaitu bahan hukum yang mengikat : Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, Peraturan Perundang-
103
Lawrence Friedman, op.cit. h. 6-8
104
Yunus Husein, Rahasia Bank, Privasi versus Kepentingan Umum, FH UI, Program Pasca Sarjana, 2003, h.54.
105
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Cetakan ketiga, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, h. 116-117
undangan, Hukum Adat dan Jurisprudensi.
106
Bahan hukum sekunder yakni bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa
Rancangan Undang-undang RUU, buku atau hasil karya ilmiah ahli hukum dan hasil penelitian atau pendapat pakar hukum. Bahan hukum tersier
penunjang yakni bahan-bahan yang memberikan informasi dan penjelasan tentang bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum,
ensiklopedia. b.
Penelitian Lapangan Untuk memperoleh data primer dilakukan penelitian lapangan yaitu untuk
memperoleh data tentang implementasi proses hukum kepailitan dan PKPU di Pengadilan Niaga yakni melalui putusan dan penetapan hakim niaga, data ini
akan diperkuat dengan hasil wawancara secara mendalam dengan menggunakan kuisioner terhadap para hakim pengadilan niaga, pengacara,
kurator, debitor, kreditor yang langsung terlibat dalam kasus-kasus yang relevan sehingga akurat datanya dan aktual masalahnya.
Penelitian ini dititikberatkan pada penelitian Kepustakaan, sehingga data sekunder atau bahan pustaka lebih diutamakan dari pada data primer yang
sifatnya sebagai pendukung. 2.
Analisis Data Analsis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar
107
. Analisis pengolahan data, pertama-tama dilakukan adalah proses pemeriksaan
106
Amiruddin et.al, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 118-119
107
Michael Quin Patton dalam Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remana Rosdakarya, Cetakan kesebelas, 2000, h.103.
data dengan cara memilah-milah data, kemudian data tersebut di edit guna memastikan kesempurnaan pengisian setiap instrumen pengumpulan data.
Selanjutnya dilakukan proses kategorisasi yakni memasukkan data ke dalam kategori-kategori yang telah ditentukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang
terkandung dalam tujuan penelitian. Baik bahan hukum primer, sekunder tersier serta informasi dari para ahli kemudian dianalisis hasilnya secara normatif
berdasarkan metode analisis kualitatif dan hasilnya dapat dipaparkan dalam bentuk preskriptif analitis.
Penelitian yang menyangkut sengketa utang piutang perusahaan akan dianalisis secara kualitatif. Analisa kuailtatif dilakukan terhadap paradigma
hubungan dinamis antara teori, konsep-konsep dan data yang merupakan umpan balik atau modifikasi yang tetap dari teori dan konsep yang didasarkan pada data
yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sehubungan data yang dianalisis beraneka ragam, memiliki sifat dasar yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
serta tidak mudah dilakukan kuantifikasi terhadapnya. Penelitian kualitatif juga disebut bersifat holistic karena menganalisis data secara komprehensif dan
mendalam, oleh karena itu disertasi ini pun membahas doktrin atau teori yang mendasari lahirnya peraturan atau putusan pengadilan yang menyangkut tentang
Kepailitan dan PKPU. 3.
Lokasi Penelitian dan Responden Untuk mengkaji bagaimana penerapan peraturan Kepailitan dan PKPU
dengan jalan perdamaian di Pengadilan Niaga, maka akan dilakukan penelitian pada 5 lima Pengadilan Niaga di Indonesia yang telah dibentuk yaitu :
1. Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, berdasarkan Pasal 281
Perpu Nomor 1 Tahun 1998 Jo. UU Nomor 4 Tahun 1998 wilayah hukumnya meliputi seluruh wilayah RI, namun kemudian berdasarkan Kepres Nomor 97
Tahun 1999 wilayah hukumnya hanya meliputi wilayah : DKI Jakarta, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung, dan
Propinsi Kalimantan Barat. 2.
Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Ujung Pandang, berdasarkan Kepres Nomor 97 tahun 1999 wilayah hukumnya meliputi wilayah : Propinsi
Sulawesi Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Sulawesi Utara, Propinsi Maluku dan Propinsi Irian Jaya.
3. Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Medan, berdasarkan Kepres Nomor
97 tahun 1999 wilayah hukumnya meliputi wilayah : Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, Propinsi Sumatera Barat, Propinsi Bengkulu, Propinsi Jambi
dan Daerah Istimewa Aceh. 4.
Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Surabaya, berdasarkan Kepres Nomor 97 tahun 1999 wilayah hukumnya meliputi wilayah : Propinsi Jawa Timur,
Propinsi Kalimantan Tengah, Propinsi Kalimantan Selatan, Propinsi Kalimantan Timur, Propinsi Bali, Propinsi NTB, Propinsi NTT, Dan Propinsi
Timor Timur. 5.
Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Semarang, berdasarkan Kepres Nomor 97 tahun 1999 wilayah hukumnya meliputi wilayah : Propinsi Jawa
Tengah dan D.I Jogjakarta. Jakarta Inisiative atau Prakarsa Jakarta sebagai Lembaga Penengah dan
INDRA sebagai lembaga khusus yang dibentuk oleh pemerintah untuk
menyelesaikan sengketa utang piutang swasta di luar pengadilan, juga akan dijadikan sebagai objektempat penelitian dalam penelitian ini.
Populasi
108
dalam penelitian ini adalah 5 lima pengadilan niaga, para hakim peradilan niaga, putusan-putusanpenetapan hakim peradilan niaga dan
para praktisi hukum kepailitan. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling
109
, dan kemudian ditentukan sampel responden adalah sebagai berikut : 1.
15 lima belas orang hakim pengadilan niagahakim pengawas 2.
3 tiga orang hakim Mahkamah Agung 3.
5 lima orang ahli hukum Kepailitan 4.
5 lima orang Pengacara Kepailitan 5.
3 tiga debitor dan 3 tiga kreditor kasus Kepailitan 6.
300 tiga ratus kasus yang telah diputus peradilan niaga, dan sebagai bahan analisis dipilih ± 10 kasus yang menyangkut tentang perdamaian.
F. Asumsi