Asas-asas Hukum dalam Kepailitan

BAB III IMPLEMENTASI KETENTUAN PKPU DALAM UNDANG-UNDANG

KEPAILITAN DAN PKPU OLEH PERADILAN NIAGA

A. Asas-asas Hukum dalam Kepailitan

Ketentuan dalam Undang-Undang Kepailitan dan PKPU sebagian besar masih memerlukan penafsiran maupun penjelasan lebih jauh mengingat ketentuan dalam pasal-pasal tertentu belum jelas atau belum diatur sama sekali tentang hal tertentu, sehingga perlu menarik kepada asas hukum Perdata yang berlaku dalam kepailitan. Dari hasil penelitian kepustakaan terdapat beberapa asas-asas hukum dalam kepailitan yaitu : 1. Asas Publisitas : dari segi hukum acara, yang terjadi pada saat pernyataan pailit adalah sitaan umum yang jatuh demi hukum atas semua harta debitor, sehingga sitaan individu yang diletakkan sebelumnya atas harta debitor dengan sendirinya terangkat demi hukum akibat adanya putusan pernyataan pailit tersebut. Semua proses pemeriksaan maupun putusan harus dalam sidang yang terbuka untuk umum dan putusan atau penetapan diumumkan dalam Berita Negara dan Surat Kabar. 2. Asas Erga Omnes : bahwa putusan pernyataan pailit tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa, tetapi berlaku juga bagi pihak lain di luar bersengketa. 3. Asas Keseimbangan atau pari passu prorata parte : asas ini adalah asas fundamen dalam hukum kepailitan karena merupakan prinsip kesamaan diantara seluruh kreditor concursus creditorium. Seluruh kreditor konkuren sama kedudukannya dalam menerima pembagian secara proporsional, jadi asas ini menjamin tidak ada upaya-upaya yang memberi prioritas kepada salah satu kreditor diantara para kreditor konkuren. 4. Asas Keadilan : dapat ditinjau dari beberapa segi, dari segi kreditor pembagian harus seimbang, dan dari segi debitor adalah tidak semua harta debitor jatuh dalam sitaan ada pengecualian sebagai mana disebut dalam pasal 22 UU Nomor 37 Tahun 2004. Dari segi usaha, kurator dapat melanjutkan usaha debitor sesuai kesepakatan antara debitor dengan para kreditor, dan kepentingan debitor dan para kreditor harus diperhatikan secara seimbang dari 2 dua aspek keadilan yakni 1. Moral Justice dan 2. Legal Justice. 5. Asas Jurisdictio Voluntaire : putusan pernyataan pailit sebenarnya tidak memutus perselisihan karena bukan peradilan yang sebenarnya, hanyalah merupakan contentious sengketa yang semu, tetapi bukan pula exparte murni oleh karena itulah tetap digunakan istilah “Putusan” bukan “Penetapan”, sedang diktum putusan adalah “mengabulkan” atau “menolak” tidak menggunakan “Niet Ontvankelijk” NO, namun tidak berhadapan dengan “nebis in idem” karena kalau syaratchek list sudah dipenuhi maka permohonan pernyataan pailit dapat diajukan lagi. 6. Asas audit et alteram partem : dalam proses pemeriksaan di persidangan, para pihak yang terlibat dalam sengketa harus didengar juga penjelasannya sebelum hakim membuat putusan. 7. Asas Peradilan Cepat : pembuktian secara sumier atau prima facie, artinya apabila syarat-syarat pailit telah terpenuhi maka permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan. Apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit telah terpenuhi, maka permohonan pailit harus dikabulkan. Tenggang waktu peradilan adalah terbatas, di tingkat pertama, kasasi maupun Peninjauan kembali PK adalah 60 enam pulun hari sejak permohonan didaftarkan. 8. Asas Peradilan Efektif : upaya hukum adalah terbatas, langsung dengan upaya Kasasi tanpa Banding, dan kemudian dapat diajukan Peninjauan Kembali PK. Putusan bersifat uit voerbaar bijvoorraad, artinya putusan dapat dilaksanakan walaupun ada upaya kasasi diajukan. Ada penangguhan pelaksanaan hak kreditor separatis yang dikenal dengan “stay” selama 90 hari sejak putusan pernyataan pailit diucapkan. 9. Asas itikad baik good faith : hukum melindungi pihak beritikad baik, sebaliknya pihak beritikad buruk tidak dilindungi hukum. Lembaga kepailitan dapat disalahgunakan oleh debitor maupun kreditor. Perlakuan itikad buruk bad faith dapat dicegah atau dibatalkan dengan actio pauliana yakni tindakan pembatalkan atas sega1a perbuatan atau tindakan hukum debitor yang tidak diwajibkan yang merugikan para kreditor. 10. Asas lex specialis derogate legi generali : hukum acara yang berlaku adalah HIRRBG kecuali telah diatur secara khusus dalam Undang Undang Kepailitan dan PKPU. 11. Asas pacta sunt servanda : janji harus ditepati, siapa berhutang wajib membayarnya, demikian juga dalam perdamaian akkoord apa yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak harus dipenuhi, dan bila debitor ingkar janji maka secara hukum debitor dapat dinyatakan pailit. 12. Asas integrasi : suatu kesatuan yang utuh antara hukum formil dan hukum materil. 13. Asas Kelangsungan Usaha : memberi kesempata kepada perusahaan debitor yang prospektip untuk dapat melanjutkan perusahaannya. Suatu Undang Undang Kepailitan termasuk Undang-Undang Kepailitan Indonesia, seyogianya memuat asas-asas sebagai berikut : 231 a. Dapat mendorong kegairahan investasi asing, mendorong pasar modal dan memudahkan perusahaan Indonesia memperoleh kredit luar negeri, dengan memuat asas-asas dan ketentuan yang dapat diterima secara global globally accepted principles. b. Memberikan perlindungan yang seimbang bagi kreditor dan debitor. c. Putusan pernyataan pailit berdasarkan persetujuan para kreditor mayoritas. 231 Sultan Reny Sjahdeini, op.cit. 42-60 d. Permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan terhadap debitor yang insolven yaitu yang tidak membayar utang-utangnya kepada kreditor mayoritas. e. Sejak dimulainya pengajuan permohonan pernyataan pailit diberlakukan keadaan diam standstill atau stay. f. Mengakui hak separatis dari kreditor pemegang hak jaminan g. Permohonan pernyataan pailit diputuskan dalam waktu yang tidak berlarut- larut. h. Proses kepailitan harus terbuka untuk umum. i. Pengurus perusahaan yang karena kesalahannya mengakibatkan perusahaan dinyatakan pailit harus bertanggung jawab secara pribadi. j. Memungkinkan utang debitor diupayakan direstrukturisasi terlebih dahulu sebelum diajukan permohonan pernyataan pailit. k. Mengkriminalisasi kecurangan menyangkut kepailitan debitor.

B. Penerapan asas itikad baik dalam praktek kepailitan.