Coorporate Restructuring Advisory Commitee and Public participation atau panitia penasehat restrukturisasi perusahaan dan partisipasi masyarakat,
adalah panitia yang merupakan suatu kelompok yang terdiri dari : perwakilan bank-bank asing dan dalam negeri, perusahaan-perusahaan Indonesia, para
pemegang obligasi dan wakil-wakil dari IBRABPPN dan INDRA. Panitia ini mempunyai tugas sebagai berikut:
1 Meninjau keefektifan tindakan-tindakan yang dilaksanakan, untuk itu dapat
dibuat rekomendasi-rekomendasi untuk memudahkan pelaksanaan tugas dari Prakarsa Jakarta.
2 Melaporkan penemuan-penemuannya kepada Satuan tugas secara konfidential
dalam pertemuan yang diadakan secara rutin. 3
Mengumpulkan berbagai pengalaman dari para profesional di bidang hukum dan keuangan.
4 Melakukan konsultasi dengan wakil dari kelompok pekerja dan konsumen.
3. Menggunakan Skema INDRA Indonesian Debt Restructuring Agency
INDRA sebagai badan restrukturisasi utang Indonesia yang dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1998 yang pembentukannya didukung oleh Asia
Development Bank ADB, Bank Dunia World Bank dan IMF setelah terdapat kesepakatan antara Pemerintah RI dengan perwakilan kreditor asing. Badan ini
didirikan adalah untuk melaksanakan Perjanjian Frankfurt tanggal 4 Juni 1998 yang ruang lingkupnya adalah untuk menyelesaikan utang-utang yang terjadi
dalam hal Pembiayaan Perdagangan, Utang antar Bank dan Utang Swasta Non Bank.
INDRA dibentuk adalah untuk memberikan skema administrasi untuk pembayaran utang luar negeri dari perusahaan swasta Indonesia berdasarkan
Kepres Nomor 95 Tahun 1998 tentang Pembentukan Badan Restrukturisasi Utang
Luar Negeri Perusahaan Swasta Indonesia Indonesian Debt Restructuring Agency.
Ada 3 tiga alternatif penyelesaian utang luar negeri swasta non bank, yakni dengan jalan :
a. Mencapai kesepakatan bilateral antara debitor dan kreditor untuk menyelesaikan utang piutang di antara mereka baik oleh mereka sendiri
maupun dengan memanfaatkan Prakarsa Jakarta. b Memanfaatkan Skema INDRA.
c. Menggunakan Undang-undang Kepailitan
Dasar-dasar prinsip INDRA menurut Jerry Hoff,
220
adalah sebagai berikut :
d. Debitor Indonesia dan kreditor asing harus sepakat untuk memasuki skema
INDRA. e.
Pemerintah Indonesia tidak memikul tanggung jawab atas resiko komersil debitor.
f. INDRA mensubsidi pembiayaan sendiri membiayai diri sendiri
g. Semua utang lepas pantai yang sah termasuk dalam ruang lingkup Skema
INDRA. h.
INDRA menunda pembayaran utang jangka pendek, dan i.
Skema INDRA dirancang untuk membantu debitor yang sedang menghadapi masalah likuiditas jangka pendek.
Skema INDRA hanya dapat digunakan terbatas untuk penyelesaian utang luar negeri swasta nasional yang memenuhi syarat eligible, yakni :
1. Utang debitor non bank baik perusahaan swasta maupun BUMND
220
Jerry Hoff, Undang-Undang Kepailitan di Indonesia, diterjemahkan Kartini Mulyadi, Jakarta : PT Tatanusa, 2000, h. 233
2. Utang telah disepakti oleh debitor dan kreditor untuk direstrukturisasi
sehingga mempunyai jangka waktu memiliki tenor minimal 8 delapan tahun dengan masa tenggang minimal 3 tiga tahun
3. Utang dalam mata uang asing bukan rupiah yang telah dilaporkan kepada
Bank Indonesia dan yang tidak dijamin oleh pemerintah 4.
Utang tersebut adalah kepada kreditor di luar negeri atau kepada bank campuran yang mayoritas sahamnya dimiliki atau dikendalikan oleh asing.
Tujuan Skema INDRA adalah menghindari terjadinya pembayaran kembali utang luar negeri dalam jangka pendek sehingga akan meringankan
beban neraca pembayaran, selanjutnya Skema INDRA ini disusun sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi debitor Indonesia yang mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek. Manfaat skema ini bagi debitor adalah memberikan kepastian nilai tukar dan memberi nilai tukar yang terbaik bagi debitor dan juga
memberi keringanan bagi debitor dengan membagi rata beban pembayaran kembali utang luar negeri selama 8 delapan tahun. Sedangkan bagi kreditor
skema INDRA bermanfaat karena pemerintah menjamin tersedianya dollar AS sepanjang debitor membayar kewajiban rupiah kepada INDRA dan dengan
jaminan tersebut memperbesar kepastian bagi kreditor mengenai pengembalian piutang yang telah direstrukturisasi walaupun dengan jangka waktu lebih lama.
4. BPPN dan