Penyelesaian utang Perusahaan APP dengan Negosiasi

2. Tidak ingin permasalahan ini dicampuri pihak ketiga, dengan pengharapan penyelesaian akan lebih baik tercapai antara kedua belah pihak. 211

d. Penyelesaian utang Perusahaan APP dengan Negosiasi

Penyelesaian utang APP dengan negoisasi ini adalah salah satu penyelesaian utang piutang diluar kepailitan. Utang ini disepakati akan diselesaikan oleh APP dengan para kreditornya dengan menandatangani MRA. MRA tersebut dimungkinkan untuk dimintakan pengesahannya ke Pengadilan Niaga agar pelaksanaannya dapat diawali oleh Pengadilan. Asia Pulp Paper APP merupakan suatu kelompok usaha yang berpusat di Singapura sedangkan perusahaan operasionalnya operating company berada di Indonesia dan China. APP Indonesia terdiri dari beberapa perusahaan yaitu PT. Tjiwi Kimia Tbk, PT. Indah Kiat Tbk, PT. Lontar Papyrus dan PT. Pindo Deli dan sebagai induk perusahaan adalah Purinusa. Sinar Mas Group SMG adalah sebagai pemegang saham mayoritas dan pemiliknya adalah keluarga Eka Tjipta Widjaya. Pada tanggal 12 Maret 2001, APP secara unilateral sepihak telah menyatakan ketidakmampuannya membayar kembali utang-utangnya atau declaration of default yang bernilai total 13,9 milyard dollar AS, sedang utang APP Indonesia berjumlah 6,7 milyard dollar AS dan sisanya sebesar 7,2 milyard dollar AS merupakan utang APP China. 212 Dari penandatanganan “Term Sheet Agreement”, diperlihatkan posisi utang APP sebagai debitor kepada kreditornya sebagai berikut: 213 211 M. Yahya Harahap et.al., Laporan Akhir Penelitian Hukum Tentang ADR, BPHN, DepKeh. RI, 19951996, h. 52 212 Harian Kompas 14-3-2003, judul “IMF : Restrukturisasi APP Transaksi Komersil” 213 Harian Republika 11-6-2003, judul “Baru 40 Persen Kreditur Setujui Restrukturisasi APP” 1. BPPN sebagai warisan dari piutang BII Bank Internasional Indonesia yang dialihkan pada tanggal 11 Nopember 2001 ke BPPN setelah Pemerintah menguasai BII akibat rekapitulasi, mempunyai piutang sebesar 1,1 milyard dollar AS 15,2. 2. Export Credit Agency ECA, kreditor asing terdiri dari 9 sembilan negara yakni: Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Swedia yang diwakili oleh Ferier Hudgson, mempunyai piutang sebesar 960 juta dollar AS 14,1. 3. Nippon Export Investment Insurance Nexi Jepang yang diwakili oleh Eiichi Isozaki dan Trading Company Jepang lainnya yaitu Misho Iwai Mitsubishi seluruhnya ditaksir sebesar 8,3. 4. Pemegang obligasi sebesar 230 juta dollar AS dan Perbankan seluruhnya ditaksir sebesar 62,4 Proses negosiasi antara BPPN, kreditor asing ECA serta management APP terancam buntu dengan adanya surat dari para duta besar negara-negara asal kreditor asing ECA kepada Presiden RI agar Pemerintah Menteri mengawasi BPPN dalam proses negosiasi restrukturisasi utang APP, kemudian setelah diadakan pertemuan BPPN dengan 11 sebelas duta besar kreditor asing telah disepakati penyelesaian utang APP dilakukan secara komersil. Restrukturisasi utang merupakan suatu upaya penyelesaian kewajiban yang muncul akibat ketidakmampuan debitor membayar utang kepada kreditornya baik itu merupakan suatu lembaga keuangan bank maupun non bank. “Utang APP merupakan masalah penyelesaian utang swasta, oleh karena itu peranan peranan pemerintah asing melalui porsi kreditor tidak mayoritas, dengan demikian tidak dapat menyelesaikan utang ini melalui pendekatan pemerintah dengan pemerintah G to G. 214 Selanjutnya antara BPPN dengan ECA telah ditandatangani nota kesepahaman MoU pada tanggal 15 Juni 2002 yang pada dasarnya disepakati penyelesaian utang APP dilakukan secara bersama dan konsensus dan tidak lagi secara bilateral antara satu kreditor dengan debitor. Kesepakatan tersebut juga menghasilkan point-point penting lainnya yaitu : 1. Segera membentuk escrow account rekening penampung untuk mengontrol kas hasil produksi 4 empat perusahaan operasional di Indonesia. 2. Management Augmentation peningkatan managemen APP 3. Konsep dasar Restrukturisasi yang disepakati untuk dicapai sebelum tanggal 30 September 2002. 215 Sebelum rancangan skim Restrukturisasi APP disusun sudah diberi kesempatan dalam tahap-tahap seperti berikut ini : 1. Remedy Period selama 3 tiga sampai 12 dua belas bulan, sebagai masa perbaikan kinerja managemen APP. 2. Penggunaan hak suara voting right sebesar 75 persen dari para kreditor. 3. Extension, perpanjangan waktu selama 180 seratus delapan puluh hari juga untuk masa perbaikan kinerja perusahaan. Setelah APP menyatakan gagal bayar declaration of default dan untuk itu telah pula diberikan kesempatan perbaikan dan ternyata telah benar-benar default cidera janji, maka dengan demikian kreditor berhak menggunakan haknya untuk melakukan : debt to equity swap konversi utang menjadi ekuitas atau eksekusi jaminan atau mengajukan pailit di pengadilan Bankruptcy. Khusus untuk 214 Raymond Van Beekum, Kepala Divisi Komunikasi BPPN, Harian Kompas 31-3-2003, Judul Perkembangan Restrukturisasi APP. 215 Ibid bangkrut pailit tidak ada voting right-nya, setiap saat BPPN dan kreditor lain bisa membangkrutkan APP karena dari tiga tahapan yang diberikan tidak dipenuhinya sehingga dinilai tidak ada itikad baik. 216 Pada tanggal 15 September 2002 BPPN telah menunjuk perwakilannya yang bertindak sebagai financial controller untuk mengamankan posisi seluruh kreditor serta langkah awal kesepakatan dengan ECA dalam rangka management augmentation. Dan selanjutnya pada tanggal 25 September 2002 BPPN berinisiatif sendiri menandatangani escrow account agrrement untuk mempercepat proses pengamanan, sedang penggunaan dana tetap harus dengan persetujuan BPPN dan ECA. Pada tanggal 28 September 2002 di Denpasar Bali telah ditandatangani Bali Accord I, rapat dipimpin oleh Kepala BPPN yang dihadiri oleh Pemegang saham APP, Komite Pengarah Steering Committee dan telah diperoleh sebagai hasil negosiasi sebagai berikut : 1. Sustainable debt, APP minta sebesar 2,4 milyard dollar AS, sedang BPPN dan ECA mengajukan angka 5,28 milyard dollar As, hasil negosiasi disetujui sebesar 4,2 milyard dollar AS. 2. Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization EBITDA yakni pendapatan sebelum memperhitungkan biaya bunga, pajak, penyusutan dan pelunasan, APP mengajukan 500 juta dollar AS, sedang BPPN mengajukan 1,1 milyard dollar AS, disepakati sebesar 750 juta dollar AS. 216 Mohammad Syahrial, Deputi Kepala BPPN bidang AMC, Harian Kompas 1-5-2003, judul: “APP minta waktu sebelum pailit”. 3. Perlakuan terhadap bunga tertunggak, kreditor meminta bunga ditagih seluruhnya, tetapi APP bersikeras dihapuskan 100 persen, disepakati bunga tertunggak ditagih seluruhnya setelah dilakukan rekalkulasi. Pada tanggal 31 Oktober 2002 pada pertemuan Singapore Meeting disepakati mengenai mekanisme debt buy back membeli kembali utang yakni dengan ketentuan : 1. Mekanismenya tergantung dari tersedianya dana yang dimiliki APP Indonesia 2. Harus mendapatkan persetujuan kreditor lebih dahulu untuk menentukan pelaksanaannya. 3. Perundingan dipimpin oleh pihak yang independen 4. Harga maksimal ditentukan oleh pihak komite kreditor 5. Penentuan penggunaan dana selanjutnya jika debt buy back mengalami kegagalan. Pada tanggal 24 Nopember 2002 dalam pertemuan Bali Accord II disepakati beberapa item lain dari sebelumnya yaitu : Account payable, Publik Interest Debt utang publik, Family debt utang keluarga, Non care assets aset non inti, Treatment of differed monthly cash ketentuan pembayaran kas bulanan, Inter company debt utang antar perusahaan, Asuransi, Biaya konsultan, Perundang-undangan dan Management fee biaya pengelolaan. Pada tanggal 18 Desember 2002 di Bali telah ditandatangani Settlement Agrrement yang menentukan skema Global Restrukturisasi yang terdiri dari 2 dua item yaitu : 1. Financial Terms 2. Non Financial Terms Skema global ini tidak mendapat persetujuan dari ECA, karena sebelumnya kreditor asing itu mengajukan usul agar dibentuk : 1. APP Trading, untuk mengendalikan arus kas cash flow yang akan dipimpin oleh eksekutif Indonesia dengan tugas melaksanakanmenjalankan perusahaan operasional APP untuk mengelola berbagai kontrak jual beli dan penentuan harga sehingga akan tercapai efisiensi yang menguntungkan para kreditor termasuk BPPN. 2. Share in Trust equity in trust sebagai perusahaan perwalian yang menerima pengalihan kepemilikan saham perusahaan APP untuk menghindari terjadinya wanprestasi untuk kedua kalinya. Kedua usul tersebut telah ditolak oleh BPPN dan oleh karena itu kreditor asing ECA tidak ikut menandatangani Settlement Agrrement tersebut. Mekanisme default merupakan salah satu hal yang sebelumnya disepakati sebagai alternatif pengganti dari konsep APP Trading dan Share in Trust. Mekanisme default disepakati bila hingga batas waktu perbaikan kinerja Remedy Period selama 3 tiga hingga 12 dua belas bulan APP belum juga bisa membayar utangnya, maka diperbolehkan dilakukan voting untuk mempailitkan APP dan berpegang pada Settlement Agrrement tanggal 18 Desember 2002 dimana presentase yang sudah diajukan adalah 75 persen sebagai kompromi, sedang ECA minta 25 persen vooting right penggunaan hak suara dari hak suara seluruh kreditor yang hadir. Setelah bebarapa kali pertemuan negosiasi antar para kreditor dan APP debitor telah dapat dirampungkan Master Restructuring Agrrement MRA yang legal 98 sembilan puluh delapan item 85 redaksional telah selesai pada tanggal 11 Juli 2003 tapi penandatanganannya selalu tertunda-tunda baik oleh karena belum sepakat tentang voting right 30 atau 40 persen atau mencapai 67 persen atau harus 75 persen sebagaimana disebut dalam Settlement Agrrement. Penundaan ini juga disebabkan alasan kreditor asing belum selesai minta persetujuan kantor pusatnya masing-masing. Walaupun MRA telah ditandatangani, perjanjian tersebut tidak serta merta efektif karena harus menunggu penyesuaian aturan dari pengawas pasar modal di negara masing- masing kreditor, setelah itu barulah MRA ini efektif dan APP mulai membayar utang-utangnya. Akhirnya pada tanggal 30 Oktober 2003 MRA APP telah ditandatangani di Jakarta oleh APP sebagai debitor dan para kreditornya yakni BPPN, ECA, Perusahaan Dagang Jepang, dan hanya mewakili 35-40 persen utang APP senilai 6,7 milyard dollar AS dan tidak lagi memakai persyaratan 75 persen. Total utang APP tersebut dibagi menjadi 3 tiga tranche sebagai berikut : 1 Tranche A Sustainable Debt sebagai utang yang dapat dibayar sebesar 1,2 milyard dollar AS, diselesaikan dalam jangka waktu 10 tahun, tingkat suku bunga Singapore Interbank Offered Rate SIBOR plus 1-3 persen. 2 Tranche B Refinanceable Debt, utang yang dapat dibiayai kembali sebesar 3 milyard dollar AS, dibayar pada tahun kesepuluh tenor 10 tahun dengan suku bunga SIBOR plus 1-3 persen. 3 Tranche C Unsustainable Debt, utang yang sulit dibayar sebesar 2 milyard dollar AS. 217 217 Harian Kompas 14-4-2003, judul “Kreditor APP bahas skema gagal bayar” MRA ini efektif penuh berlaku pada tanggal 30 Januari 2005. MRA ini dimungkinkan dimintakan pengesahannya ke Pengadilan Niaga untuk menjamin pelaksanaannya.

2. Menggunakan Jasa Mediator “Prakarsa Jakarta”