MRA ini efektif penuh berlaku pada tanggal 30 Januari 2005. MRA ini dimungkinkan dimintakan pengesahannya ke Pengadilan Niaga untuk menjamin
pelaksanaannya.
2. Menggunakan Jasa Mediator “Prakarsa Jakarta”
Prakarsa Jakarta adalah lembaga khusus ad hoc yang dibentuk pemerintah pada bulan Nopember 1998 sebagai mediator maupun fasilitator
penyelesaian utang piutang swasta di luar pengadilan setelah terjadi krisis moneter di Indoneisa. Pendirian Prakarsa Jakarta didukung oleh IMF dan Bank
Dunia World Bank dan merupakan salah satu syarat dari IMF untuk mempercepat restrukturisasi utang piutang pasca krisis. Di lain pihak mediasi ini
merupakan perwujudan tuntutan masyarakat sebagai alternatif penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan efisien.
Pada awal didirikannya Prakarsa Jakarta ini terkesan lambat dalam menjalankan fungsinya sebagai perantara perusahaan-perusahaan swasta yang
hendak merestrukturisasi utangnya, tetapi sejak awal tahun 2000 yang lalu Prakarsa Jakarta telah menerapkan sistem insentif dan sanksi agar debitur dan
kreditur lebih kooperatif dalam menyelesaikan utang piutangnya dengan bantuan mediator ini. Insentif yang diberikan kepada perusahaan yang kooperatif antara
lain adalah kemudahan di bidang perpajakan, pasar modal dan peraturan- peraturan perbankan, sedang sanksi yang diberikan kepada perusahaan yang tidak
kooperatif antara lain adalah rekomendasi kepada Komite Kebijakan Sektor Keuangan KKSK, dimana KKSK selanjutnya dapat memberikan tindakan lebih
jauh hingga meminta kepada Kejaksaan Agung agar perusahaan tersebut dimohonkan dinyatakan pailit.
Salah satu bentuk kerjasama antara Prakarsa Jakarta dengan Bursa Efek Jakarta adalah mendukung perusahaan yang sedang merestrukturisasi utangnya
melalui Prakarsa Jakarta untuk melakukan penawaran saham perdana “Initial Publik Offering” IPO di bursa tersebut. Upaya IPO ini merupakan salah satu
alternatif skema untuk lebih mendorong perusahaan mempercepat restrukturisasi utangnya. “Hasil study independen menunjukkan bahwa ada peningkatan
kebutuhan jasa mediasi dari para investor karena para investor telah mengindikasikan ketiadaan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif akan
berdampak negatif pada kegiatan investasi.”
218
Prakarsa Jakarta dalam kegiatannya melingkupi beberapa unsur sebagai berikut :
a. Adoption of principles
b. The Jakarta Initiative Task Force
c. Regulatory Changes
d. Corporate Restructuring Advisory Commitee and Public participation.
219
Adoption of principles atau pemakaian prinsip-prinsip dalam Prakasa Jakarta dimaksud untuk menyelesaikan utang piutang dengan berpedoman pada
strategi-strategi negosiasi, sehingga tidak mengikat secara hukum dan mempunyai tahapan-tahapan kunci sebagai berikut :
1 Para kreditor mengangkat atau membentuk satu panitia kreditor untuk
mewakili kepentingan para kreditor. Panitia ini dapat mengangkat seorang ketua dan dilengkapi dengan penasehat di bidang hukum dan bidang keuangan
218
Denaldy Mauna Staf Manager Kasus STPJ, “Prakarsa Jakarta selesaikan 70 persen Restrukturisasi Utang,” Harian Kompas 28-11-2003.
219
Jerry Hoff, Indonesian Bankruptcy Law, editor Gregory J. Churchill, Jakarta : PT Tatanusa, 1999, h.202.
yang berpengalaman di bidang restrukturisasi perusahaan dan restrukturisasi utang. Para wakil debitor dan wakil kreditor harus terdiri dari manager-
manager senior yang profesional untuk berpartisipasi dalam restrukturisasi perusahaan dan utang.
2 Biaya-biaya melaksanakan perundingan-perundingan harus ditanggung oleh
debitor,kecuali ditentukan lain. Bila perlu suatu rekening “escrow” dibuka khusus untuk tujuan pembiayaan tersebut.
3 Para kreditor harus menyetujui suatu masa standstill atau penangguhan selama
waktu tertentu, dimana penangguhan itu harus dihubungkan dengan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh masing-masing debitor dan para kreditor
selama waktu itu, dan ada akses untuk mendapatkan informasi selama masa penangguhan tersebut. Para kreditor dapat memberikan modal kerja baru yang
diperlukan debitor selama penangguhan atau mensubordinasikanmengalihkan tuntutan-tuntutan mereka kepada yang bersedia memberikan modal dan untuk
itu diperlukan suatu perjanjian antar kreditor. Periode ini tentu adalah merupakan kunci utama dalam rangka stabilisasi karena pada masa
penangguhan ini keadaan perusahaan diamati dengan seksama sehingga pilihan-pilihan yang tepat dapat dilakukan.
4 Setelah para anggota panitia kreditor dan para penasehat yang diangkatnya
telah menanda tangani perjanjian-perjanjian rahasia, maka selanjutnya penelitian atau pemeriksaan menyeluruh due diligence dapat dilakukan.
Debitor harus menyerahkan informasi terbaru mengenai keuangan kepada panitia dan penasehatnya. Keputusan tentang masa depan perusahaan debitor
tergantung pada informasi yang lengkap.
5 Di samping pengungkapan keadaan perusahaan, diperlukan laporan akuntan
untuk memberikan informasi kepada para kreditor tentang kinerja perusahaan pada saat itu. Para akuntan ini berperan merumuskan strategi penjadwalan
kembali utang debitor. 6
Debitor mengusulkan kepada panitia suatu rencana restrukturisasi berdasarkan rencana usahanya dan prakiraan-prakiraan keuangannya.
7 Para penasehat panitia yang mempunyai akses penuh dan terus menerus,
sehingga dapat mengetahui keadaan perusahaan menyiapkan laporan yang berisikan nasehat yang mengandung rekomendasi-rekomendasi tentang
kelayakan usaha, kemampuan memenuhi kewajiban utangnya dan kebutuhan- kebutuhan modal kerja selanjutnya.
8 Panitia dan debitor akan mengadakan perundingan-perundingan untuk
mencapai suatu rencana restrukturisasi utang dan perusahaan dimana perundingan akan didasarkan pada usul restrukturisasi yang diajukan debitor
dan laporan Penasehat panitia. Perundingan-perundingan dapat mengarah kepada pemusatan kembali usaha dan pembiayaan kembali utang, penjualan
bagian-bagian usaha di luar kepailitan untuk memperbesar nilai perusahaan atau pertukaran utang menjadi saham modal. Debitor yang menderita krisis
keuangan yang sifatnya sementara dan terdapat ketidaksesuaian antara pendapatan dan pengeluaran, dimungkinkan menyelesaikan kesulitan tersebut
dengan menjadwalkan kembali utangnya. Penjadwalan kembali utang dapat berupa variasi tentang jatuhnya waktu pembayaran kepada kreditor yang juga
dapat berupa penjadwalan dari bunga dan atau utang pokok dan lebih baik lagi dari sekedar penjadwalan kembali yakni utang harus direstrukturisasi
yang menyangkut perubahan atas persyaratan utang. Pada prinsipnya rencana restrukturisasi harus mendapat dukungan para kreditor secara aklamasi, dan
merupakan suatu kesepakatan yang membutuhkan persetujuan dari semua pihak yang terkait, atau pembayaran sepenuhnya dari pihak yang menolak.
Apabila suara bulat sulit diperoleh, Undang-Undang Kepailitan memungkinkan akses ke pengadilan niaga untuk mendapatkan persetujuan
atas rencana yang telah dirundingkan sebelumnya, dengan ketentuan bahwa rencana itu memenuhi persyaratan dalam Undang-Undang Kepailitan. Dengan
cara ini rencana itu dapat dibuat mengikat bahkan pada mereka yang tidak setuju dengan rencana tersebut.
9 Dalam proses restrukturisasi utang, tidak boleh ada diskriminasi antara
kreditor-kreditor asing dan dalam negeri agar tidak terjadi kesenjangan dalam pelaksanaanya.
The Jakarta Inisiative Task Force atau Satuan Tugas Prakarsa Jakarta STPJ melaksanakan tugas di bawah koordinasi Ketua Tim Penanggulangan
masalah utang-utang Perusahaan Swasta Indonesia Indonesia Private Sector Debt. Tugas Prakarsa Jakarta akan dapat dilaksanakan apabila dijalankan oleh
tenaga-tenaga profesional dan berdedikasi tinggi dan didukung oleh pendanaan yang cukup pula.
Satuan tugas ini mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : 1
Menjadi fasilitator dalam proses negosiasi atau perundingan-perundingan di luar pengadilan, misalnya menghilangkan penghalang-penghalang yang
berbentuk peraturan pada restrukturisasi. 2
Bila diperlukan, demi kepentingan umum mengajukan permohonan ke pengadilan niaga untuk memindahkan perundingan-perundingan
restrukturisasi ke proses yang diawasi oleh pengadilan menurut Undang- undang Kepailitan. Tugas ini mengacu pada wewenang jaksa untuk
mengajukan permohonan pailit untuk kepentingan umum. Tindakan-tindakan debitor yang dianggap merupakan hambatan terhadap tujuan-tujuan Prakarsa
Jakarta mungkin merupakan dasar atau alasan permohonan kepailitan yang diajukan oleh jaksa. Prakarsa Jakarta tidak boleh membatasi kewenangan
kreditor untuk mengajukan permohonan kepailitan apabila telah memenuhi syarat dalam undang-undang kepailitan.
3 Menyediakan suatu forum yang dapat mengakomodasikan pelaksanaan “one
stop facilitation” yang tepat untuk segala pengajuan persyaratan yang diperlukan menurut peraturan yang berlaku untuk melaksanakan
restrukturisasi. 4
Melakukan konsultasi dengan Panitia Penasehat Restrukturisasi Perusahaan setiap kali diperlukan.
Regulatory Changes atau Perubahan-perubahan Peraturan, dapat dilihat dari beberapa upaya-upaya yang dapat dilakukan yaitu :
1 Prakarsa Jakarta memberi nasehat atau saran kepada pemerintah untuk
mengadakan perubahan-perubaan peraturan hukum, administrasi dan lain-lain untuk memudahkan pelaksanaan restrukturisasi perusahaan.
2 Proses litigasi masih dianggap suatu lapangan ranjau, sehingga masyarakat
menghadapi ketidak pastian tentang pemenuhan syarat-syarat dalam ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pinjaman.
Restrukturisasi perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan cenderung akan menciptakan masalah baru yang belum diatur di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 3
Pihak kreditor tetap diberikan perlindungan hukum terhadap debitor bandel yang secara sengaja mempersulit upaya penagihan.
Coorporate Restructuring Advisory Commitee and Public participation atau panitia penasehat restrukturisasi perusahaan dan partisipasi masyarakat,
adalah panitia yang merupakan suatu kelompok yang terdiri dari : perwakilan bank-bank asing dan dalam negeri, perusahaan-perusahaan Indonesia, para
pemegang obligasi dan wakil-wakil dari IBRABPPN dan INDRA. Panitia ini mempunyai tugas sebagai berikut:
1 Meninjau keefektifan tindakan-tindakan yang dilaksanakan, untuk itu dapat
dibuat rekomendasi-rekomendasi untuk memudahkan pelaksanaan tugas dari Prakarsa Jakarta.
2 Melaporkan penemuan-penemuannya kepada Satuan tugas secara konfidential
dalam pertemuan yang diadakan secara rutin. 3
Mengumpulkan berbagai pengalaman dari para profesional di bidang hukum dan keuangan.
4 Melakukan konsultasi dengan wakil dari kelompok pekerja dan konsumen.
3. Menggunakan Skema INDRA Indonesian Debt Restructuring Agency