Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
E. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu selalu dipengaruhi oleh penemuan baru dalam hal metodologi, kontinuitas penelitian dan kesinambungan eksistensi ilmu itu sendiri.
Untuk itu diperlukan adanya suatu teori yang menjelaskan hubungan diantara data dan fakta walaupun tidak begitu sempurna tetapi memberi pedoman tentang cara
penelitian, tujuan penelitian serta pengumpulan data. Seperti dikemukakan oleh James E.Mauch, Jack W. Birch: ”Theory explains the relations among facts,
though not completely. In turn, they guide research procedures, objectives and data collection. In this general sense, every thesis or disertation proposal should
be based on theory”.
41
Teori akan berfungsi untuk memberikan petunjuk atas gejala-gejala yang timbul dalam penelitian. Teori ilmu merupakan suatu
penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta
empiris untuk dapat dinyatakan benar
42
. Teori sebenarnya merupakan suatu generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut
ruang lingkup faktor yang sangat luas. Kadang-kadang dikatakan orang, bahwa teori itu sebenarnya merupakan an elaborate hypothesis, suatu hukum akan
terbentuk apabila suatu teori telah diuji dan diterima oleh ilmuwan, sebagai suatu keadaan yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu
43
. Kerangka teori dan kerangka konsep dalam penelitian ini akan
dikemukakan beberapa teori yang dapat memberikan pedoman dan arahan untuk
41
James E. Mauch, Jack W. Birch, Guide to the successful thesis and dissertation, Books in Library and Information Science, New York: Marcel Dekker Inc, 1993, h.102
42
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, h.27.
43
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1996, h. 126-127.
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
tercapainya tujuan penelitian ini yang berasal dari pendapat para ilmuwan dan selanjutnya disusun beberapa konsep yang bersumber dari berbagai peraturan dan
perundang-undangan yang menunjang tercapainya tujuan penelitian ini, yaitu : Sebagai Grand Theory yang dapat digunakan sebagai pisau analisis dalam
disertasi ini adalah teori yang dikemukakan oleh Leonard J. Theberge dalam tulisannya “Law and Economic Development” berpendapat ada 5 lima fungsi
atau kualitas hukum dalam pembangunan ekonomi yaitu
44
: 1.
Predictability; kualitas hukum dapat menciptakan prediktabilitas terhadap perubahan dengan adanya globalisasi di bidang ekonomi, sehingga menjamin
adanya kepastian hukum dalam dunia usaha khususnya pengembalian utang atas pemberian pinjaman investasi.
2. Stability; kualitas hukum untuk menciptakan keseimbangan antara
kepentingan para kreditor dan debitor dalam rangka persaingan dalam pengembangan dunia usaha.
3. Fairness; kualitas hukum dalam mengatur prosedur yang menciptakan
perlakuan yang sama antara kepentingan pemerintah di satu pihak dan kepentingan masyarakat dunia usaha di pihak lain, sehingga tercapai keadilan
atau perlakuan yang seimbang di bidang hukum publik dan bidang hukum perdata.
4. Education; fungsi edukasi melalui program sosialisasi menjelaskan
perubahan perkembangan peraturan perundang-undangan kepada masyarakat.
44
Leonard J. Theberge, Law and Economic Development, dalam “Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi 2”, dikumpulkan oleh : Erman Rajaguguk, Jakarta: UI , 1995, h. 352
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
5. Special development abilities of the lawyer; hukum dapat berperan bilamana
tersedia sarjana hukum yang memiliki kemampuan melihat hubungan hukum dan pembangunan dunia usaha untuk kesejahteraan masyarakat.
Sebagai Middle Theory dapat dikemukakan 2 dua teori yang relevan dan dapat menjelaskan lebih jauh Grand Theory di atas.
Pertama : The Globalization of Law dari Richard C. Breedon
45
, mengemukakan : “Competition for trade and capital is not restricted by the
boundaries of the nation-state, it has become an international pursuit as never before. The nation-state, and the laws it enacts, have not become suddenly
obsolete. However the globalization laws while considering not only the needs of its companies and traditions, but also success in the international market place”.
Di dalam era globalisasi, persaingan dalam bidang perdagangan dan ekonomi telah melampaui batas-batas suatu negara, maka negara yang memiliki
posisi tawar atau bergaining power yang lebih kuat dapat mempengaruhi perubahan undang-undang di suatu negara lain berdasarkan kepentingan-
kepentingan ekonomi dalam negerinya. Oleh karena itu undang-undang suatu negara dapat berubah karena tekanan dari luar maupun dari dalam negeri,
sehingga suatu negara secara sadar mengubah undang-undangnya untuk mendapat akses kepada pasar internasional.
45
Richard C Breeden, The Globalization of Law and Business in the 1990’s, volume 28, 1993 number 3 dalam Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi 2, dikumpulkan oleh
Erman Rajagukguk, UI Jakarta: 1995, h, 706-709.
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
Kedua : Teori Keadilan dari Aristoteles yang menyatakan Adil itu dapat berarti menurut hukum dan apa yang sebanding dan mengemukakan ada 2 dua
bagian keadilan yakni
46
: 1.
Keadilan Komutatif, yaitu keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan dalam hubungan
individu dengan orang lain. 2.
Keadilan Distributif yaitu kepantasan adalah suatu bentuk ‘sama’ dengan prinsip bahwa kasus yang sama seharusnya diperlakukan dalam cara yang
sama dan kasus yang berbeda diperlakukan dalam cara yang berbeda. Keadilan memberikan tiap-tiap orang jatah menurut jasanya, tidak menuntut
supaya tiap-tiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya melainkan kesebandingan kesamaan yang sebanding atau persamaan yang proporsional.
Jika pembentuk undang-undang memerintahkan hakim supaya keputusannya memperhatikan keadilan adalah untuk menghindari pemakaian peraturan
umum dalam hal-hal yang khusus yaitu dengan berpedoman pada kepantasan redelijkheid dan itikad baik.
Teori Keadilan Distributif ini diperluas pengertiannya oleh Morris Ginsberg
47
, dengan pemahaman bahwa keadilan itu berlawanan dengan : a.
Pelanggaran hukum, penyimpangan, ketidak-tetapan, ketidak-pastian, keputusan yang tidak terduga, tidak dibatasi oleh peraturan.
46
Aristoteles, dikutip oleh I J Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1981, h. 23-24, bandingkan dengan Thomas Aquino membedakan keadilan : 1.
Keadilan umum atau keadilan legal Legal Justice yaitu keadilan menurut undang-undang yang harus ditunaikan demi kepentingan umum, 2. Keadilan Khusus yaitu keadilan atas dasar
kesamaanproporsional yang dibedakan dalam : a. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang secara proporsional diterapkan dalam lapangan hukum publik, b. Keadilan komutatif, keadilan yang
mempersamakan antara prestasi dan kontra prestasi, c. Keadilan vindikatif, yaitu keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman atau ganti kerugian dalam tindak pidana, lihat : Darji Darmodiharjo,
et.al, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT. Gramedia, 1996, h. 154
47
Morris Ginsberg, Keadilan dalam Masyarakat, Bantul: Pondok Edukasi, 2003, h. 41
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
b. Sikap memihak dalam penerapan aturan
c. Aturan yang memihak atau sewenang-wenang, melibatkan diskriminasi yang
tidak berdasarkan perbedaan-perbedaan yang tidak relevan. Kesebandingan antara kepentingan kedua belah pihak antara para kreditor
dan debitor haruslah didasarkan kepada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, dengan demikian diperlukan adanya “mutual understanding”
untuk mencapai kesepakatan akhir. Untuk itu perlu dikemukakan beberapa “Operational Theory” :
Bargaining Theory Calr M.Stevens
48
: “Bargaining in its simplest format is the communication by both parties of the terms they require for consummation of
transaction and the subsequent acceptance or rejection by both of the bargain. Negotiation is the set of techniques used to translate bargaining power into the
ultimate settlement”. Teori Moratorium J.B. Huizink
49
, menyatakan pendapatnya : Bahwa penundaan pembayaran itu bukan suatu figur hukum yang
digunakan oleh pembentuk undang-undang untuk menghindarkan agar ganti kerugian kreditor tidak berubah menjadi suatu sarang ular juridis, tetapi
adalah suatu upaya bagi debitor yang karena keadaan tertentu menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya pada waktunya. Melalui
moratorium, debitor memperoleh kesempatan untuk menata urusan-urusannya dengan baik. Setelah berlalu beberapa waktu, ia akan mampu lagi untuk
melunasi para kreditornya. Ia dapat pula mencoba untuk mengadakan pengaturan pelunasan pembayaran.
Teori Keadaan Memaksa Force Majeur Relatif atau De Subjectieve Overmaachtsleer menyatakan: “Keadaan memaksa itu ada, apabila debitor masih
mungkin melaksanakan prestasi, tetapi praktis dengan kesukaran atau
48
John. A.Fossum, Labour Relation, Development, Structure, Process, Business Publication: 1982 h. 211
49
J.B. Huizink, op.cit. h.2
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
pengorbanan yang besar ada unsur diffikultas, sehingga dalam keadaan yang demikian itu kreditor tidak dapat menuntut pelaksanaan prestasi”.
50
Pada saat ini masih relevan untuk dikemukakan pendapat yang memberikan komentarnya terhadap Perubahan Hukum Perdata Indonesia dengan
menyatakan
51
: Apapun yang akan terjadi, pada masa sekarang baik pemerintah ataupun
sektor swasta amat memperhatikan anggaran dasar. Kesuksesan usaha mereka lebih terjamin dengan ikatan hubungn keluarga dan keinginan yang sama
daripada suatu sistem hukum yang tidak dapat dipaksakan. Untuk saat ini pembuat UU tidak dapat berharap untuk membuat rasa hukum dari keadaan
ini. Sangatlah sulit membuat UU di sekeliling industri dan perusahaan dagang, karena pada prakteknya tidak jelas, tidak konsisten dan sering kali di bawah
tangan. Dan kebijakan pemerintah juga tidak memberikan bimbingan yang memadai. Untuk meletakkan dasar bagi hukum yang baru pada perusahaan
swasta adalah hal yang mustahil, karena alasan ideologi dan karena praktek dari perusahaan swasta tidak mudah disusupi. Konsekwensinya, tidak
mungkin akan muncul suatu sistem hukum yang efektif untuk beberapa tahun mendatang. UU yang baru akan mengakibatkan kebingungan.
Teori-teori tersebut diatas relevan jika dihubungkan dengan pendapat dari Prof. DR. M. Solly Lubis, SH yang menyatakan : Demi terpeliharanya dan
tercapainya sistem hukum yang serasi dengan cita-cita dan moral pembangunan dalam Pancasila, kedua aliran juridis dogmatis dan sosial pragmatis harus dipadu
dan bekerjasama. Keterpaduan inilah yang merupakan ciri khas hukum Indonesia
50
Mariam Darus Badrulzaman et.al. Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bhakti, 2001, h.27, lihat juga, Abdul R. Salman et.al., Essensi Hukum Bisnis Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2004, h. 19-20, bahwa : keadaan memaksa overmarht yang bersifat tidak mutlak relatief, contohnya berupa suatu keadaan dimana kontrak masih dapat dilaksanakan, tapi dengan
biaya yang lebih tinggi, perubahan harga tinggi secara mendadak akibat regulasi pemerintah terhadap produk tertentu dan juga karena krisis ekonomi.
51
Daniel S.Lev, The Lady and The Banyan Tree : Civil Law Change in Indonesia, diterjemahkan oleh Satjipto Rahardjo “Sosok Wanita dan Pohon Beringin” dalam The American
Journal of Comparative Law, Vol.20. 1972
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
sebagai bangsa yang sedang membangun dan membedakannya dari hukum barat yang liberal individualistis materialistis
52
. Masalah keadilan kesebandingan merupakan masalah rumit, persoalan
atau sengketa dapat dijumpai hampir pada setiap masyarakat bisnis di Indonesia. Hukum mempunyai 2 dua tugas utama yakni mencapai suatu kepastian hukum
serta mencapai kesebandingan bagi semua warga masyarakat. Masalah kepastian hukum maupun kesebandingan hingga kini masih merupakan masalah yang sulit
terpecahkan di bidang hukum sejak tahun 1942. Hukum Ekonomi Economic law perlu diperhatikan perubahannya karena peraturan yang bertalian dengan ekonomi
seperti badan-badan usaha, orang perantara, surat-surat berharga, transportasi dan lain-lain sudah banyak yang usang justru beberapa hukum warisan kolonial sudah
ditinggalkan oleh Belanda sendiri karena dipandang sudah usang
53
. Namun di lain pihak, pada umumnya masyarakat Indonesia mempunyai suatu kecenderungan
untuk menyelesaikan suatu perselisihan dengan cara yang sehalus mungkin, suatu kompromi lebih disukai dari pada jatuhnya suatu keputusan dengan harapan untuk
menyelesaikan perselisihan secara efektif tanpa menimbulkan ketegangan- ketegangan sosial karena ada shame culture budaya malu, “cara-cara
menyelesaikan perselisihan dengan damai masih dianggap sebagai cita-cita masyarakat Indonesia”
54
. Nilai-nilai keadilan dan azas demokrasi yang terkandung dalam Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai dasar paradigmatik bagi Politik
52
M. Solly Lubis, Sistem Nasional, Bandung: Mandar Maju, 2002, h.25-26
53
M. Solly Lubis, Pembentukan Undang-undang secara terpadu dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Makalah dalam Serasehan Bidang Hukum, oleh Poldasu
Medan Februari 1996.
54
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, h. 12
Manahan M.P Sitompul : Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan Dengan Perdamaian Di Dalam Atau Di Luar Proses Kepailitan Studi Mengenai Lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, 2009
USU Repository © 2008
Hukum Perdata dan Dagang khususnya Kepailitan dan PKPU, apakah peraturan perundang-undangan tentang Kepailitan dan PKPU sudah merupakan interaksi
ideal antara Potensi Nasional diperhadapkan dengan lingkungan Nasional, Regional terutama pengaruh Globalisasi Ekonomi yang terus berlangsung.
Untuk memberikan arahan dan panduan terhadap pembentukan hukum nasional di bidang perekonomian khususnya hukum Kepailitan dan PKPU
kaitannya dengan Penyelesaian Sengketa Utang Piutang Perusahaan, perlu dituangkan dalam skema berikut ini :
Ket : -
INDRA Indonesia Debt Restructuring Agency -
JITF Jakarta Inisiative Task Force -
BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional -
PMA Penanaman Modal Asing -
IMF International Monetery Fund -
ADR Alternative Dispute Resolution -
PSA Penyelesaian Sengketa Alternative
-
US.B.CODE United State Bankruptcy Code
-
PKPU Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Terciptanya
penyelesaian sengketa utang
piutang Perusahaan
secara adil dan saling
menguntungkan semua pihak
Masyarakat POTENSI NASIONAL
- Perangkat dan Kehadiran Dunia Usaha
-
Perpu no 11998 jo.UU No. 41998 jo. No. 372004
-
Lembaga Yudikatif dan Lembaga Penengah INDRA, JITF, BPPN
-
Perdamaian Sebagai Solusi Penyelesaian Masalah di Dunia Usaha
-
Sistem Eropah Kontinental Civil Law tentang Kepailitan
LINGKUNGAN NASIONAL REGIONALGLOBAL
- Krisis Moneter yang Mempengaruhi Dunia Usaha
- Utang Swasta Nasional
- Utang Swasta Luar Negeri dan Effeknya
- Peranan PMA
Lembaga Asing IMF Praktek ADR PSA
- Sistem Anglo Saxon common law dari
US.B.CODE pengaruhnya di Indonesia INTERAKSI
Legislasilaw making dan law
enforcement mengenai
Peraturan Perudang-
undangan Tentang
Kepailitan dan PKPU serta
Restrukturisasi utang
Perusahaan
Nilai-nilai keadilan dan asas demokrasi
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
sebagai dasar paradigmatik bagi
Politik Hukum Perdata dan Dagang,
khususnya Kepailitan.
UMPAN BALIK UMPAN BALIK
Wawasan dan Pradigma
Kebijakan Ekonomi khususnya kepailitan
Kebijakan Nasional di Bidang
Perekonomian Usaha khususnya
kepailitan
2
1
3 4 5
6 7
8
8
SKEMA I : PENYELESAIAN SENGKETA UTANG PIUTANG PERUSAHAAN DENGAN PERDAMAIAN DI DALAM ATAU DI LUAR PROSES KEPAILITAN STUDI MENGENAI LEMBAGA PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG
Sumber : derivasi yang dimodifikasi dari Prof.Dr.M.Solly Lubis, SH, Skema Sistem Kehidupan Nasional Dalam Serba Serbi Politik dan Hukum, , Bandung: Mandar Maju, 1989, h.233.
2. Konsepsi