4. Peranan Ahli
Apabila PKPU telah dikabulkan, Hakim Pengawas dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan pemeriksaan dan menyusun laporan tentang
keadaan harta debitor dalam jangka waktu tertentu berikut perpanjangannya yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas.
335
Ahli yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah dalam rangka menerapkan asas due diligence, karena dengan
melakukan pemerikasan secara menyeluruh dan tuntas dapat mengetahui keadaan sebenarnya dari harta debitor. Selanjutnya dapat diperoleh penilaian yang akurat
apakah harta debitor memungkinkan untuk melakukan penawaran-penawaran dalam rencana perdamaian yang diajukan debitor. Ahli sangat berperan dalam
mewujudkan asas due diligence ini karena keadaan debitor dapat diketahui secara rinci tentang utang piutang perusahaan sekaligus mengaudit keuangan perusahaan
si debitor melalui tenaga akuntan. Konsultan hukum sangat diperlukan tenaganya untuk meneliti kedudukan perusahaan Debitor dari segi hukum baik yang
berkaitan dengan hubungan perusahaan debitor dengan perusahaan induk, atau untuk kemungkinan melakukan merger, akuisisi atau konsolidasi.
Seberapa banyak ahli dan jenis keahlian yang diperlukan tergantung daripada permasalahan yang mungkin ditemukan dalam suatu perusahaan debitor
yang sedang tidak sehat tersebut. Seorang ahli yang spesifik pengetahuannya dapat diangkat untuk mengetahui secara tehnis permasalahan demi untuk
terwujudnya keterbukaan dalam mendapatkan keadaan sebenarnya dari perusahaan debitor. Semua laporan tentang keberadaan harta debitor dan
335
Pasal 238 ayat 1 UU Nomor 37 Tahun 2004
perhitungan keuangan dan hal-hal lain yang perlu, dilakukan dan disusun oleh ahli dengan bekerja sama dengan debitor dan Pengurus.
PKPU diajukan oleh debitor ataupun kreditor adalah pada saat posisi debitor sedang dalam keadaan genting karena ancaman kepailitan sudah
mendesak. Sehingga bila debitor hendak mengajukan rencana perdamaian dan tahap-tahap pelaksanaannya perdamaian itu hingga diperoleh PKPU Tetap, ada
hal yang perlu dilakukan debitor yakni melaksanakan “prinsip-prinsip keterbukaan” dari pihak debitor tentang keadaan perusahaannya. Keterbukaan
informasi ini akan menentukan apakah kreditor akan menyetujui atau menolak proses perdamaian yang ditawarkan. Hal-hal yang ditawarkan dalam rencana
perdamaian dengan adanya keterbukaan informasi, lebih memungkinkan tercapainya suatu kesepakatan yang mengarah kepada reorganisasi yang lebih luas
cakupannya. Dalam prinsip keterbukaan ini ada 3 tiga hal penting yang menjadi
tujuan yakni :
336
a. Keterbukaan itu berguna untuk memungkinkan kreditor untuk melakukan
atau tidak melakukan pembayaran yang telah dilakukan kepada kreditor lainnya, kepada insider atau kepada teman-teman debitor.
b. Informasi itu memungkinkan kreditor mengambil sikap terhadap rencana
atau usulan reorganisasi atau likuidasi. c.
Yang paling penting adalah keterbukaan tersebut memungkinkan kreditor melakukan tawar-menawar terhadap rencana dan keputusan akhir, apakah
menyetujui atau menolak rencana tersebut.
Sebagian besar keputusan kreditor untuk menerima atau menolak rencana perdamaian bergantung kepada empat pertanyaan sebagai berikut :
337
a. Apakah rencana feasible
b. Seberapa besar nilai kalau ada yang diberikan rencana tersebut kepada
kreditor. c.
Apakah kreditor menerima bagiannya secara adil dari pembagian nilai yang tersedia
336
David G. Epstein et.al dalam Bismar Nasution et.al., Hukum Kepailitan, Program Magister Kenotariatan, PPS USU 2003, h. 139
337
Marks Scarberry et.al. dalam Bismar Nasution et.al. ibid. h. 139
d. Apakah bentuk pemberian nilai tersebut dapat diterima
Kreditor sangat membutuhkan keterbukaan informasi yang relevan dan
tepat untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga para kreditor setelah memperoleh jawabannya dapat memberikan penilaian terhadap
rencana perdamaian yang ditawarkan itu. Debitor maupun para kreditor sangat membutuhkan ahli dalam
melaksanakan dan mewujudkan asas due diligence maupun prinsip keterbukaan ini, karena peranan ahli di bidang tertentu dan spesifik dapat merubah keadaan
yang tidak kondusif ke arah perdamaian menjadi diterimanya rencana itu dengan adanya persetujuan antara debitor dengan para kreditor setelah memperoleh
masukan dari para ahli. Dalam melaksanakan Studi Kelayakan dan menyusun laporannya, pembagian tugas di antara Tim Konsultan Ahli dapat ditentukan
sebagai berikut :
338
a. Kantor Akuntan Publik menangani aspek keuangan dari perusahaan
debitor dan para penjamin utang debitor b.
Kantor konsultan hukum menangani aspek hukum dari perusahaan debitor dan para penjamin utang debitor.
c. Kantor konsultan manajemen keuangan dan bisnis menangani aspek
menajemen dan aspek bisnis dari perusahaan debitor. d.
Perusahaan penilai appraisal company melakukan penilaian terhadap aset perusahaan debitor dan aset dan para penjamin utang debitor.
5.
Peranan Penasihat Hukum Advocat
Advokat sangat besar peranannya dalam proses kepailitan maupun PKPU. Permohonan pernyataan pailit atau PKPU tidak dapat diajukan oleh kreditor
ataupun debitor sendiri, permohonan tersebut harus diajukan oleh seorang
338
Sutan Remy Sjahdeini, op.cit. h. 372-373
Advokat.
339
Tindakan-tindakan kreditor maupun debitor yang harus dilakukan olen advokatnya adalah dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Dalam Kepailitan 1
Mengajukan permohonan persyaratan pailit kepada Ketua Pengadilan, baik sebagai Kuasa Kreditor atau Kuasa debitor
340
2 Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, sebagai
kuasa kreditor dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk : a
meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh harta debitor atau b
menunjuk Kurator sementara untuk mengawasi pengelolaan usaha debitor dan tugas-tugas lain yang merupakan wewenang kurator.
341
3 Mengajukan upaya hukum Kasasi ke Mahkamah Agung terhadap putusan
pernyataan pailit dengan mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus permohonan pernyataan pailit.
342
4 Menyerahkan atau menyampaikan memori kasasi Pemohon kontra memori
kasasi Termohon kepada Panitera Pengadilan.
343
5 Meminta pembatalan hibah yang dilakukan debitor kepada Pengadilan yang
merupakan hak kreditor, apabila dapat membuktikan bahwa pada saat hibah dilakukan debitor mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakan itu akan
mengakibatkan kerugian bagi kredior.
344
339
Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 18 Tahun 2003 mendefinisikan bahwa advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini. Syarat untuk dapat diangkat sebagai advokat ditentukan dalam Pasal 3 ayat 1 UU Nomor 18 Tahun 2003 tersebut
340
Pasal 6 UU Nomor 37 Tahun 2004
341
Pasal 10 UU Nomor 37 Tahun 2004
342
Pasal 11 UU Nomor 37 Tahun 2004
343
Pasal 12 UU Nomor 37 Tahun 2004
344
Pasal 43 UU Nomor 37 Tahun 2004
6 Mengajukan permohonan eksukusi dari kreditor dan hak pihak ketiga untuk
menuntut hartanya yang ada pada debitor pailit atau kurator terutama terhadap tagihan kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak kreditor untuk
memperjumpakan utang.
345
7 Mengajukan permohonan kepada kurator mewakili kreditor atau pihak ketiga
untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat penangguhan eksekusi.
346
8 Mengajukan perlawanan kepada Pengadilan terhadap Penetapan Hakim
Pengawas yang menolak mengangkat penangguhan atau mengubah syarat dan penangguhan eksekusi.
347
9 Mengajukan permohonan banding kepada Pengadilan Hakim Pengadilan
Niaga terhadap semua Penetapan Hakim Pengawas kecuali yang ditetapkan dalam Pasal 68 ayat 2.
348
10 Mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan yang menolak maupun
yang mengabulkan pengesahan perdamaian.
349
11 Mengajukan tuntutan pembatalan perdamaian.
350
12 Mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap harta kekayaan orang
meninggal dunia.
351
13 Mengambi1 pelunasan seluruh atau sebagian utangnya dari benda yang
termasuk harta pailit yang berada di luar wilayah negara RI.
352
345
Pasal 56 UU Nomor 37 Tahun 2004
346
Pasal 57 UU Nomor 37 Tahun 2004
347
Pasal 58 UU Nomor 37 Tahun 2004
348
Pasal 68 UU Nomor 37 Tahun 2004
349
Pasal 161 UU Nomor 37 Tahun 2004
350
Pasal 171 UU Nomor 37 Tahun 2004
351
Pasal 207 UU Nomor 37 Tahun 2004
b. Dalam PKPU 1
Permohonan PKPU yang diajukan oleh Debitor maupun kreditor ditanda tangani oleh yang bersangkutan dan Advokatnya yang diajukan kepada
Pengadilan Niaga.
353
2 Memperjumpakan utang piutang asalkan utang piutang tersebut atau
perbuatan hukum yang menimbulkan utang piutang dimaksud telah terjadi sebe1um PKPU.
354
3 Mengakhiri PKPU atas permintaan dari Kreditor dengan alasan adanya
perbuatan-perbuatan debitor yang merugikan pihak kreditor.
355
4 Mengajukan permohonan Kasasi, menyerahkanmenyampaikan memori
kasasi, kontra memori kasasi dan mengajukan PK kepada Pengadilan melalui Panitera terhadap putusan pengakhiran PKPU.
356
5 Sebagai kuasa dari debitor mengajukan permohonan pencabutan PKPU
dengan alasan bahwa harta debitor telah memungkinkan melakukan pembayaran kembali dengan terlebih dahulu mendengar Pengurus dan
Kreditor.
357
6 Sebagai kuasa debitor maupun kuasa kreditor yang mendukung rencana
perdamaian meminta kepada Pengadilan untuk memperbaiki Risalah Rapat
352
Pasal 212 UU Nomor 37 Tahun 2004
353
Pasal 224 UU Nomor 37 Tahun 2004
354
Pasal 247 UU Nomor 37 Tahun 2004
355
Pasal 255 UU Nomor 37 Tahun 2004
356
Pasal 256 UU Nomor 37 Tahun 2004
357
Pasal 259 UU Nomor 37 Tahun 2004
karena berdasarkan dokumen yang ada tersebut oleh Hakim Pengawas keliru telah dianggap sebagai ditolak.
358
7 Sebagai kuasa Kreditor ataupun kuasa debitor menyetujui atau menolak
pengesahan perdamaian dengan mengemukakan alasan-alasannya dan menghadiri persidangan pengesahan perdamaian yang diselenggarakan oleh
Pengadilan.
359
8 Sebagai kuasa kreditor mengajukan permohonan Pembatalan suatu
Perdamaian yang telah disahkan oleh pengadilan apabi1a debitor lalai memenuhi isi perdamaian tersebut, dan terhadap putusan atas tuntutan
pembatalan ini dapat diajukan upaya Kasasi maupun Peninjauan Kembali.
360
9 Bila rencana perdamaian telah ditolak dan oleh Hakim Pengawas te1ah
melaporaan hasil rapat tentang penolakan itu kepada Pengadilan, maka Pengadilan harus menyatakan debitor pailit, dan terhadap Putusan pernyataan
pailit tersebut kuasa dari masing-masing kreditor maupun debitor dapat mengajukan upaya Kasasi maupun Peninjauan Kembali terhadap putusan
tersebut.
361
358
Pasal 283 UU Nomor 37 Tahun 2004
359
Pasal 284 UU Nomor 37 Tahun 2004
360
Pasal 291 jis. Pasal 170, pasal 171 UU Nomor 37 Tahun 2004
361
Pasal 289 jo. Pasal 290 UU Nomor 37 Tahun 2004
G. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan PKPU 1. Proses dan Manfaat PKPU