5 Rencana pemulihan harus disetujui oleh mayoritas kreditor. Hakim
dimungkinkan untuk menyatakan rencana pemulihan yang dibuat oleh para kreditor sebagai bersifat mengikat.
6 Penyelesaian penundaan pembayaran tetap, diatur menurut ketentuan-
ketentuan di dalam rencana pemulihan.
3. Penyebab Gagalnya Perdamaian dalam PKPU
a. Permohonan PKPU hanya sebagai tameng Permohonan PKPU yang diajukan oleh Debitor hanyalah sebagai ajang
penyelamatan pertama untuk mengulur waktu pailit dengan adanya permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh kreditor, maka si Debitor mengajukan
permohonan PKPU untuk menangkis ancaman pailit tersebut. Hal ini dilakukan oleh Debitor yang menyadari kondisi dan perusahaannya yang memang tidak
mempunyai prospek lagi menghadapi tagihan-tagihan dari Kreditornya, dan tidak menawarkan Rencana Perdamaian yang realistis untuk dipertimbangkan oleh para
Kreditornya tersebut. Debitor mengajukan permohonan PKPU ini hanya untuk memperoleh PKPU Sementara, sedang PKPU Tetap tidak mungkin diberikan
karena para Kreditor tidak akan menyetujui perdamaian yang ditawarkan atau Debitor tidak mampu untuk mengajukan penawaran berupa Rencana Perdamaian.
Pada akhirnya si Debitor harus dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. Dari 508 jumlah perkara permohonan pailit yang masuk ke pengadilan
Niaga Jakarta Pusat, ditanggapi counter oleh Debitor dengan mengajukan Permohonan PKPU sebanyak 73 perkara dan ternyata yang berhasil dengan
Perdamaian hanyalah 39 perkara, untuk jelasnya dapat dilihat Tabel 8 dalam lampiran.
b. Para ahli tidak professional
Rencana Perdamaian yang disusun berdasarkan Studi Kelayakan yang dilakukan olen para ahli haruslah mempunyai kriteria kelayakan baik bagi
Kreditor maupun bagi Debitor. Pada masa pelaksanaan isi perdamaian ternyata perusahaan si Debitor mengalami keadaaan insolven lagi, sehingga isi perdamaian
seharusnya mengarah dari keadaan insolven dengan waktu tertentu lalu menjadi solven lagi. Para ahli dengan latar belakang pendidikan yang memadai akan
menjunjung tinggi professionalisme yang sanggup memberikan masukan yang positif bagi Debitor maupun Kreditor untuk tercapainya Perdamaian sehingga
bermanfaat bagi kedua belah pihak. Tim Konsultan Ahli yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas bila tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar maka rencana Perdamaian tidak akan memenuhi syarat-syarat kelayakan. Situasi ini dapat diakibatkan oleb Tim
Ahli yang tidak professional dan tidak independen karena memiliki benturan kepentingan dengan pihak kreditor maupun Debitor.
c. Syarat formal jumlah suara sesuai dengan ketentuan voting right sulit
didapatkan Syarat-syarat perolehan suara dalam mendapatkan persetujuan dari para
Kreditor terhadap Rencana Perdamaian yang ditawarkan oleh Debitor menjadi suatu yang rumit dalam menentukan maupun pemungutan suara terhadap Rencana
Perdamaian tersebut. Berdasarkan tagihan para kreditor kepada Pengurus yang menyebutkan
sifat dan jumlah tagihan disertai bukti yang mendukung, maka pengurus harus mencocokannya dengan catatan dan laporan dari Debitor. Dari hasil pencocokan
itu pengurus harus membuat daftar piutang, jumlah piutang masing-masing dan apakah piutang tersebut diakui, sementara diakui atau dibantah oleh Pengurus.
384
Daftar piutang yang diakui atau diakui sementara dan apakah piutang tersebut berasal dari tagihan Kreditor Konkuren atau Kreditor Separatis adalah menjadi
kesulitan tersendiri bagi Pengurus untuk membuat daftar piutang dimaksud. Khususnya bagi Kreditor yang tagihannya dibantah, maka menjadi kewenangan
dari Hakim Pengawas untuk menentukan apakah Kreditor tersebut dapat atau tidak ikut serta dalam pemungutan suara dan bila dibolehkan oleh Hakim
Pengawas sekaligus ditentukan batasan jumlah suara yang dapat dikeluarkan oleh Kreditor tersebut.
385
Untuk dapat diterimanya suatu Rencana Perdamaian yang diajukan oleh Debitor, harus diperoleh persetujuan dari :
386
1 Lebih dari ½ setengah jumlah Kreditor Konkuren yang haknya diakui atau
sementara diakui yang hadir dalam rapat kreditor yang mewakili sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui
dari Kreditor Konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat. 2
Lebih dari ½ setengah jumlah Kreditor Separatis yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan kreditor Separatis
atau kuasanya yang hadir dalam rapat. Perolehan persetujuan dari Kreditor Separatis ini adalah merupakan aturan
baru sebagai syarat tambahan UU Nomor 37 Tahun 2004, karena pada undang-
384
Lihat Pasal 270 sd Pasal 272 UU Nomor 37 Tahun 2004
385
Lihat Pasal 280 UU Nomor 37 Tahun 2004
386
Lihat Pasal 281 UU Nomor 37 Tahun 2004
undang Nomor 4 Tahun 1998 jo. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 persetujuan dari Kreditor Separatis untuk Rencana Perdamaian tidak disyaratkan.
Untuk tercapainya perdamaian ini sangat sulit dalam menentukan voting right maupun memperoleh suara sehubungan dengan rumitnya menentukan
piutang yang diakui atau diakui sementara atau dibantah yang menjadi tugas dari Pengurus dan Hakim Pengawas, juga kesulitan untuk menentukan voting right
Kreditor Separatis. Sulitnya memperoleh persetujuan dari Kreditor Separatis ini adalah dengan adanya ketentuan bahwa : Perdamaian yang telah disahkan
mengikat semua Kreditor, kecuali Kreditor Separatis yang tidak menyetujui Rencana Perdamaian dimana kreditor ini menerima kompensasi sebesar nilai
terendah antara nilai jaminan atau nilai aktual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan agunan atas kebendaan.
387
Dengan adanya ketentuan ini kreditor separatis cenderung tidak peduli dengan Rencana Perdamaian yang ditawarkan
oleh Debitor. d. Perdamaian tidak disahkan oleh Pengadilan Niaga.
Rencana Perdamaian yang diajukan oleh debitor dan telah memperoleh persetujuan dari para Kreditor sehingga telah memenuhi syarat formal sesuai
dengan pemungutan jumlah suara, tidak dengan sendirinya dapat berlaku. Perjanjian Perdamaian yang telan disepakati dan telah menjadi Perdamaian
haruslah memperoleh pengesahan dari pengadilan Hakim Majelis. Pengadilan tidak dapat mengesahkan Perdamaian itu bilamana:
388
387
Lihat Pasal 286 jo. Pasal 281 ayat 92 UU Nomor 37 Tahun 2004
388
Lihat Pasal 285 ayat 2 UU Nomor 37 Tahun 2004
1 Harta Debitor, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan
benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian. 2
Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin. 3
Perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau lebih Kreditor atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan
tanpa menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal itu, danatau.
4 Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum
dibayar atau tidak diberikan jaminan untuk pembayaran. Apabila Pengadilan rnenolak mengesahkan Perdamaian tersebut maka dalam
putusan yang sama Pengadilan harus menyatakan Debitor Pailit.
389
Pengadilan dalam hal ini Majelis Hakim Niaga harus membuat alasan- alasan serta pertimbangan dalam putusan yang menolak pengesahan homologasi
Perdamaian itu, sehingga dapat menjelaskan fakta dan keadaan dengan bukti- bukti yang cukup hingga Hakim tiba pada suatu keputusan harus menolak
pengesahan perdamaian itu. Disinilah peranan Hakim dalam mengontrol segala tindakan pihak-pihak yang tidak jujur, bertitikad buruk dan Hakim harus mampu
untuk memperhitungkan keadaan sehingga diperlukan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang memadai untuk menyusun pertimbangan dalam
putusannya.
389
Lihat Pasal 285 ayat 3 UU Nomor 37 Tahun 2004
BAB IV PENGATURAN KEPAILITAN DAN REORGANISASI PERUSAHAAN
DI BEBERAPA NEGARA
Reorganisasi Perusahaan Menurut Chapter 11 United State Bankruptcy Code US BC
Hukum kepailitan yang pertama sekali berlaku di Amerika Serikat adalah The Statute of Bankrupts tahun 1950 yang berasal dari Inggris akibat penjajahan
Inggris di Amerika Serikat. Tetapi kemudian sebagai negara federal, pemerintah Amerika Serikat telah mengeluarkan The Bankruptcy Act of 1800, yang kemudian
telah diperbaharui dengan adanya ketentuan bahwa debitor sendiri dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit bagi dirinya sendiri voluntary
bangkruptcy yaitu setelah berlaku Bankruptcy Act of 1841. Kemudian yang berlaku adalah The Bankruptcy Act of 1898 setelah mengalami beberapa kali
perubahan maka berlakulah Bankruptcy Code pada tahun 1979 yang pasal- pasalnya masih banyak berasal dari The Bankruptcy Act of 1898.
Bankruptcy Code dikenal juga dengan nama Bankruptcy Reform Act of 1978 yang berlaku sejak tahun 1979. Bankruptcy Code ini telah mengalami
beberapa kali perubahan yakni pada tahun 1984, 1986 dan terakhir pada tahun 1994. Bankruptcy Code terdiri dari beberapa Chapter, dan sangat terkenal
diantaranya adalah Chapter 11 tentang Reorganization.
390
390
United State Bankruptcy Code US BC terdiri dari : Chapter 1
: General Provision, Definition, and Rules of Construction Chapter 3
: Case Administration Chapter 5
: Creditor, Debtor, and Estate