para pengurus melakukan kesalahan atau kelalaian dengan beritikad buruk bad faith sehingga perusahaan dinyatakan pailit, maka para pengurus perusahaan
harus bertanggung jawab secara pribadi, bila kekayaan dari perusahaan tidak cukup untuk menutupi kerugian akibat kepailitan tersebut. Untuk itu setiap
anggota direksi pengurus perusahaan secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian itu. Namun Pasal 104 ayat 4 UUPT menegaskan bahwa
anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng
atas kerugian yang diderita oleh perusahaan tersebut.
2. Tugas dan Kewajiban Pengurus Perusahaan
Pengurus perusahaan atau anggota direksi tentu menduduki suatu jabatan, oleh karena itu memikul tanggung jawab tertentu. Apabi1a tugas dan
kewajibannya dilalaikan atau apabila wewenangnya disalahgunakan, maka dapat dimintakan pertanggung jawaban dari padanya. Tugas dan kewajiban serta
wewenang itu harus dilaksanakan dengan baik dan apabila dilalaikan atau disalahgunakan akan membawa konsekuensi terhadap anggota direksi yang
bersangkutan. Demikian juga bila perseroan yang dipimpin para anggota direksi
mengalami kerugian atau dinyatakan pailit, maka direksi haruslah bertanggung jawab sepanjang itu dilakukan karena kelalaian atau kesalahannya. Tugas dan
tanggung jawab serta wewenang seorang anggota direksi dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 92 ayat 1 UUPT yang menyatakan bahwa kepengurusan
perseroan dilakukan oleh direksi sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
Pasal 97 jo pasal 98 UUPT menegaskan direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dari pasal 92
ayat 1 tersebut dapat diketahui bahwa direksi dalam menjalankan tugas dan jabatannya haruslah berpegang pada prinsip demi kepentingan dan tujuan
perseroan. Jadi fokus utama para direksi menjalankan perusahaan adalah untuk kepentingan perseroan dan tujuan perseroan, para direksi tidak boleh
mengutamakan kepentingan pribadi atau pihak lain. Sebagai pedoman lainnya bagi para direksi adalah apa yang telah
ditetapkan sebagai tujuan perseroan di dalam anggaran dasar perusahaan. Direksi tidak boleh melakukan kegiatan untuk kepentingan perusahaan tetapi tidak sejalan
dengan tujuan perusahaan yang ditentukan dalam anggaran dasarnya. Karena direksilah yang ditugasi dan diberi wewenang untuk mewakili perusahaan baik di
dalam maupun di luar pengadilan, maka apa yang disebut sebagai tugas atau kewajiban serta wewenang perusahaan itu pada hakekatnya merupakan tugas atau
kewajiban direksi. Beberapa kewajiban yang harus diperhatikan oleh direksi adalah sebagai
berikut :
237
a. Secara optimal memupuk keuntungan bagi perseroan dan tidak mengambil
keuntungan pribadi dari transaksi yang dibuat oleh perusahaan dengan pihak lain. Direksi tidak boleh membuat apa yang disebut secret profits and benefits
from office, dan menghindari terjadinya conflict of interest.
237
Denis Keenan Josephine Bisacre dalam Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Jakarta : PT. Pustaka Utama, Grafiti, 2002, h. 426.
b. Menggunakan kewenangan untuk tujuan yang seharusnya proper purpose,
yaitu for the benefit of the company and not to further their own interests. c.
Dalam rnelaksanakan fungsi-fungsinya termasuk pula memperhatikan kepentingan pegawai dan kepentingan para pemegang saham.
d. Memperhatikan kepentingan para kreditor.
3. Penyalahgunaan Kewenangan oleh Pengurus Perusahaan.