Inggris Reorganisasi Perusahaan Menurut Ketentuan Perundang-undangan di Beberapa Negara Common Law

B. Reorganisasi Perusahaan Menurut Ketentuan Perundang-undangan di Beberapa Negara Common Law

1. Inggris

Undang-Undang Kepailitan yang berlaku di Inggris sekarang ini adalah Insolvency Act of 1986 yang mulai berlaku sejak 29 Desember 1986. Undang- Undang ini tidak mengatur tentang Reorganisasi Perusahaan tetapi dalam Insolvency Act ini dikenal istilah Winding Up yang pengertiannya sama dengan Likuidasi yakni pemberesan atau pengakhiran perusahaan. Menurut ketentuan Section 221 5 Insolvency Act 1986, latar belakang perlunya pengaturan Winding Up adalah dalam hal : 404 If the company is dissolved, or has ceased to carry on bussieness only for purpose of widding up its affairs If the company is unable to pay its debts, or If the court is of the opinion that it is just and equitable for company to be “wound up” Bila perusahaan telah bubar atau telah berhenti menjalankan usahanya perlu mengakhiri dengan melikuidasi perusahaan tersebut. Jika perusahaan tidak mampu untuk membayar utang-uangnya atau jika pengadilan berpendapat bahwa tepat dan adil jika perusahaan dilikuidasi. Akibat dari adanya penetapan widing up terhadap perusahaan, pada dasarnya adalah menghentikan keuntungan atas harta perusahaan dan menjadikan beberapa dari harta milik tersebut sebagai jaminan atas tuntutan para kreditornya. 404 Dennis Campbell et.al editors, Corporate Insolvency and Rescue, the International Dimension, Boston :Kluwer Law and Taxation Publisher, 1993, h.2 Hal ini berlaku terhadap semua harta milik perusahaan yang berada di luar wilayah negara maupun di dalam negeri. Ada 4 empat cara penyelesaian ataupun prosedur yang dapat diterapkan terhadap perusahaan yang pailit insolvent yakni: 405 1. Liquidations also known as windings up, encompassing compulsory liquidations and creditors voluntary liquidations; 2. Receiverships, including administrative receiverships floating charges and receiverships fixed charges; 3. Administrations, and 4. Composition schemes, including voluntary arrangements under Insolvency Act and schemes of arrangement under Companies Act. Likuidasi winding up adalah prosedur tentang pengakhiran suatu perusahaan yang akibatnya adalah perusahaan tersebut harus dikeluarkan dari daftar atau register perusahaan yang disediakan untuk itu, sehingga perusahaan tersebut menjadi de-incorporation dibedakan dengan incorporation. 406 Likuidasi terbagi dalam 3 tiga jenis yaitu: 407 a. Members voluntary liquidation solvent: memperhitungkan pembayaran dengan jalan melikuidasi aset-aset untuk membayar utang kepada para kreditor dan membagi kelebihannya kepada para pemegang saham. b. Creditors voluntary liquidation insolvent: prosedur ini dapat terjadi bila: 1 Direksi menyimpulkan bahwa posisi keuangan tidak memungkinkan melanjutkan usaha dan rapat pemegang saham memutuskan melalui suara 405 Dennis Campbell, International Corporation Insolvency Law, Butterworths: CILS, 1992, h. 137 406 Ibid h. 142 407 Ibid h. 142-143 mayoritas 75, melikuidasi wind up perusahaan secara sukarela voluntary karena tanggung jawab perusahaan berupa utang-utang telah mengganjal jalannya usaha dan untuk itu ditunjuk seorang likuidator, dan 2 Para pemegang saham mengajukan suatu usul atau resolusi, dan 3 Para kreditor konkuren menyetujui liquidator yang telah dipilih oleh para pemegang saham ataupun memilih likuidator lainnya, dan bila terjadi perbedaan pendapat maka suara kreditor yang harus didahulukan. Sehingga pemegang saham hanya berwenang memutuskan likuidasi dalam hal likuidasi atas keinginan para kreditor, tetapi kreditor konkuren akan menentukan dalam pemilihan likuidator. Dalam likuidasi atas keinginan kreditor ini winding up dianggap dimulai sejak hari dimana resolusi winding up diajukan Section 86, Insolvency Act 1986. c. Compulsory liquidation: dalam konteks insolvensi, likuidasi ini dapat terjadi bila: 1 Perusahaan telah atau dianggap tidak mampu membayar utang-utangnya, dan 2 Diikuti adanya permohonan dari satu kreditor yang piutangnya belum terbayar, sehingga pengadilan mengeluarkan suatu penetapan winding up. Berdasarkan Section 221 Insolvency Act 1986, pengadilan Inggris diberi wewenang mengeluarkan penetapan winding up liquidasi terhadap perusahaan yang tidak terdaftar dalam register Perusahaan dan juga persekutuan-persekutuan maupun perusahaan-perusahaan lainnya yang tidak terdaftar berdasarkan Companies Act. Receiverships dapat dilakukan bilamana seluruh aset maupun kekayaan perusahaan diikat dengan jaminan, maka perusahaan harus melibatkan pemegang hak jaminan untuk menunjuk seorang administrative receiver, atau memilih dari antara pemegang hak tersebut sebagai Administrative Receiver. Administrations adalah menyerahkan atau mempercayakan pengelolaan perusahaan kepada seorang Administrator untuk mewakili perusahaan menghadapi pihak lain dengan tugas mengupayakan agar bisnis usaha berjalan lebih baik yakni agar perusahaan kembali menguntungkan atau alternatif lain menjual seluruh aset di luar likuidasi dengan harapan memperoleh harga yang lebih baik daripada dilikuidasi segera, walaupun kemudian ditetapkan winding up. Prosedur Administrasi ini sangat sedikit jumlah yang dapat dilaksanakan dan tingkat keberhasilannya tidaklah sebagaimana diharapkan. Composition schemes and schemes of arrangement, mengupayakan agar perusahaan kembali menjadi usaha yang menguntungkan yaitu dengan cara membuat perjanjian dengan para kreditor atau dalam beberapa kasus melakukan tindakan penyelesaian yang tepat dan efektif untuk menghilangkan ketergantungan kepada perluasan kerjasama diantara mereka. Tapi bila perusahaan mengalami kesulitan finansial yang serius, maka diperlukan bentuk- bentuk kesepakatan dengan para kreditor seperti halnya reorganisasi perusahaan. Beberapa kesepakatan baik melalui CVA Company Voluntary Arrangement maupun berdasarkan schema pada Section 425 Companies Act 1985, akan dilahirkan suatu rencana reorganisasi yang menjadi kesepakatan bersama kemudian.

2. Singapura