Perdamaian dalam PKPU Proses Kepailitan dan atau PKPU

h. Perdamaian dalam PKPU

PKPU dapat diajukan oleh debitor maupun kreditor. Debitor dapat mengajukan PKPU apabila ia memperkirakan tidak akan dapat melanjutkan membayar utang-utangnya kepada para kreditornya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dengan maksud mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utangnya kepada kreditornya 175 . Kreditor dapat mengajukan PKPU apabila ia memperkirakan bahwa debitor tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan maksud untuk memungkinkan debitor mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian atau seluruh utang debitor kepada kreditornya 176 . Hakekat atau tujuan utama pemberian PKPU adalah untuk memberi kesempatan kepada kedua belah pihak yakni debitor dan para kreditor untuk mewujudkan suatu perdamaian dalam penyelesaian utang-piutang di antara mereka. Dalam proses pengajuan PKPU ini, debitor segera mungkin membuat daftar utang piutangnya dengan bukti-bukti secukupnya dan bila mungkin disertai dengan rencana perdamaian. Pengadilan Niaga yang menerima permohonan PKPU dan bila telah memenuhi syarat formal, maka harus mengabulkan “PKPU Sementara” dan harus pula menunjuk seorang Hakim Pengawas serta seorang atau lebih pengurus yang bersama-sama dengan debitor mengurus harta debitor. 177 PKPU Sementara ini 175 Pasal 222 ayat 2 UU No. 37 Th. 2004 176 Pasal 222 ayat 3 UU No. 37 Th. 2004 177 Pasal 225 ayat 2, 3 UU No. 37 Th. 2004 berlaku paling lama 45 empat puluh lima hari, dan bila pada sidang terakhir debitor tidak hadir, Pengadilan Niaga wajib menyatakan debitor pailit. 178 Setelah diadakan sidang yang dihadiri debitor dan para kreditor, masih dapat diadakan penundaan-penundaan sidang dan jika ternyata dalam jangka waktu 270 dua ratus tujuh puluh hari sejak PKPU Sementara rencana perdamaian tidak memperoleh persetujuan dari para kreditor, maka Pengadilan Niaga tidak dapat menetapkan “PKPU Tetap” pada saat itu juga debitor harus dinyatakan pailit. 179 Pemberian PKPU Tetap dan perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan Niaga berdasarkan : 1 Persetujuan lebih dari ½ setengah jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui, yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir. 2 Persetujuan lebih dari ½ setengah jumlah kreditor separatis yang hadir dan mewakili paling sedikit 23 dua pertiga dari seluruh tagihan kreditor atau kuasanya yang hadir. 180 Pengadilan Niaga harus mengangkat Panitia Kreditor apabila : 2 Permohonan PKPU meliputi utang yang rumit atau banyak kreditor. 3 Dikehendaki oleh kreditor yang mewakili paling sedikit ½ setengah dari seluruh tagihan yang diakui. 181 Jika PKPU dikabulkan, Hakim Pengawas 178 Pasal 225 ayat 4, 5 UU No. 37 Th. 2004 179 Pasal 228 UU No. 37 Th. 2004 180 Pasal 229 ayat 1 UU No. 37 Th. 2004 181 Pasal 231 ayat 1 UU No. 37 Th. 2004 dapat mengangkat satu atau lebih ahli untuk melakukan pemeriksaan dan penyusunan laporan tentang keadaan harta debitor. 182 Jika permohonan pernyataan pailit dan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan pernyataan pailit dimohonkan kreditor, dan kemudian permohonan PKPU diajukan oleh debitor, maka PKPU harus diputus terlebih dahulu, dan PKPU tersebut harus diajukan pada sidang pertama pemeriksaan permohonan pernyataan pailit. 183 Selama PKPU berlangsung terhadap debitor tidak dapat diajukan permohonan pernyataan pailit. 184 PKPU tidak berlaku terhadap : 1 Tagihan kreditor separatis 2 Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan atau pendidikan jumlahnya ditentukan oleh Hakim Pengawas yang sudah ada dan belum dibayar sebelum PKPU dan tagihan tersebut bukan tagihan kreditor preferent. 3 Tagihan kreditor preferent tertentu. 185 Penangguhan pelaksanaan hak kreditor preferent dan kreditor sparatis berlaku selama berlangsungnya PKPU. 186 PKPU dapat diakhiri atas permintaan Hakim Pengawas, satu atau lebih kreditor, atau atas prakarsa Pengadilan Niaga dalam hal : 1 Debitor selama waktu PKPU bertindak beritikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya. 2 Debitor telah merugikan atau mencoba merugikan kreditornya 182 Pasal 238 ayat 1 UU No. 37 Th. 2004 183 Pasal 229 UU No. 37 Th. 2004 184 Pasal 260 UU No. 37 Th. 2004 185 Pasal 244 UU No. 37 Th. 2004 186 Pasal 246 UU No. 37 Th. 2004 3 Debitor tanpa persetujuan Pengurus melakukan tindakan-tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas harta-hartanya 4 Debitor lalai melaksanakan kwajiban-kewajibannya yang ditetapkan oleh Pengadilan Niaga atau disyaratkan oleh pengurus 5 Selama waktu PKPU keadaan harta debitor tidak memungkinkan lagi dilanjutkan PKPU 6 Keadaan debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap kreditor pada waktunya. 187 Debitor setiap waktu dapat memohon kepada Pengadilan Niaga agar PKPU dicabut dengan alasan harta debitor memungkinkan dimulainya pembayaran kembali, dan pengurus dan kreditor perlu didengar pendapatnya sebelum putusan diucapkan. 188 Debitor dalam mengajukan permohonan PKPU dapat menawarkan suatu perdamaian atau menawarkan setelah pengajuan PKPU kepada kreditor. 189 Sebelum putusan pengesahan perdamaian memperoleh kekuatan hukum tetap dan ada putusan Pengadilan Niaga yang menyatakan PKPU berakhir, maka gugurlah rencana perdamaian tersebut. 190 Rencana perdamaian dapat diterima berdasarkan : 1 Persetujuan lebih dari separuh jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat kreditor yang bersama-sama mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang 187 Pasal 255 ayat 1 UU No. 37 Th. 2004 188 Pasal 259 UU No. 37 Th. 2004 189 Pasal 265 UU No. 37 Th. 2004 190 Pasal 267 UU No. 37 Th. 2004 diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir, dan 2 Persetujuan lebih dari ½ setengah jumlah kreditor separatis yang hadir mewakili paling sedikit 23 dua pertiga bagian dari seluruh tagihan dari kreditor separatis atau kuasanya yang hadir. 191 Pengadilan Niaga wajib menolak pengesahan perdamaian jika : 1 Harta debitor jauh lebih besar dari pada jumlah kreditor yang disetujui dalam perdamaian. 2 Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin 3 Perdamaian dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan kreditor atau upaya lain yang tidak jujur, dan atau 4 Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum dibayar atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya. 192 Perdamaian yang telah disahkan homologasi, mengikat semua kreditor, kecuali kreditor separatis yang tidak menyetujui rencana perdamaian diberikan kompensasi sebesar nilai terendah diantara nilai jaminan atau nilai aktual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak agunan atas kebendaan. 193 Apabila Pengadilan Niaga menolak pengesahan perdamaian, maka dalam putusan itu juga Pengadilan Niaga wajib menyatakan debitor pailit. 194 Tapi bila Pengadilan Niaga telah mengesahkan perdamaian melalui putusannya dan 191 Pasal 281 ayat 1 UU No. 37 Th. 2004 192 Pasal 285 ayat 2 UU No. 37 Th. 2004 193 Pasal 286 jo, 281 ayat 2 UU No. 37 Th. 2004 194 Pasal 285 ayat 3 UU No. 37 Th. 2004 putusan tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap pada saat itu juga berakhirlah PKPU. 195 Terhadap putusan Pengadilan Niaga tentang PKPU dan perdamaian tidak terbuka upaya hukum, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang, misalnya upaya hukum kasasi dapat diajukan oleh Jaksa Agung demi kepentingan umum. 196 Dalam menentukan jumlah hak suara kreditor voting dalam mengambil keputusan dalam rapat kreditor, maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2005 tanggal 18 -3-2005 tentang perhitungan jumlah Hak suara kreditor sebagai pengganti dari PP Nomor 20 Tahun 1998, yang menetapkan bahwa setiap kreditor berhak atas sedikitnya 1 satu suara dalam rapat kreditor. Jumlah hak suara berdasarkan jumlah piutang kreditor dengan perincian sebagai berikut : 1 Setiap kreditor yang mempunyai jumlah piutang sampai dengan Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah berhak mengeluarkan 1 satu suara. 2 Dalam hal kreditor mempunyai piutang lebih dari Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah maka untuk setiap kelipatan Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah berhak memperoleh 1 satu suara tambahan. 3 Dalam hal terdapat sisa dari kelipatan Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah, apabila sisa tersebt Rp 5.000.000,- atau lebih diperhitungkan mendapat 1 satu suara, dan apabila sisa tersebut kurang dari Rp 5.000.000,- lima juta rupiah tidak diperhitungkan mendapat suara tambahan. 195 Pasal 288 UU No. 37 Th. 2004 196 Pasal 293 jo. 235 UU No. 37 Th. 2004

B. DI LUAR PENGADILAN OUT-COURT