Undang-Undang Kepailitan yang Baru

kepailitan menjadi tetap. Insolvensi dapat terjadi dari peristiwa-peristiwa atau keadaan : 1 Perdamaian accord tidak ada ditawarkan 2 Perdamaian accord ditawarkan tetapi ditolak 3 Perdamaian accord diterima tetapi tidak disyahkan homologasi oleh Pengadilan niaga

b. Undang-Undang Kepailitan yang Baru

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan PKPU UUK Baru sejak tanggal 18 Oktober 2004, maka undang- undang ini sudah merupakan hasil legislasi sebagaimana dikehendaki berbagai pihak. 133 Sebelumnya yang berlaku adalah Perpu nomor 1 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Kepailitan faillissements verordening yang berlaku efektif tanggal 20 Agustus 1998, dan Perpu ini kemudian telah diterima oleh DPR menjadi Undang-Undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 UUK Lama yang berlaku sejak tanggal 9 September 1998. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 dikeluarkan oleh Pemerintah yang didasarkan pada pertimbangan kegentingan yang memaksa Pasal 22 ayat 1 UUD 1945, terhadap pengeluarannya sebagian kalangan masyarakat melontarkan kritik dengan melihat ada kesan tergesa-gesa dalam penerbitan Perpu tersebut. Sebagai tolok ukur untuk mengetahui apakah undang-undang kepailitan sudah merupakan undang-undang yang baik, dapat dipedomani pertanyaan mendasar sebagai berikut : 1 Seberapa jauh hukum pailit telah melindungi kepentingan kreditor. 2 Seberapa jauh hukum pailit telah melindungi kepentingan debitor. 133 Komentar : “DPR mengatakan agar segera mengajukan RUU kepailitan yang baru, meskipun DPR telah mensyahkan Perpu menjadi UU, UUK harus segera disempurnakan dengan RUU Kepailitan yang lebih komprehensif” Harian Kompas, 22 Juli 1998, 3 Seberapa jauh hukum pailit telah memperhatikan kepentingan masyarakat yang lebih luas dari pada hanya kepentingan debitor atau kreditor semata-mata 4 seberapa jauh constraint dapat dieliminir dengan menerapkan aturan- aturan yang bersifat prosedural dan substantif. 5 Seberapa jauh aturan kebangkrutan yang ada dapat mencapai tujuan- tujuannya. 134 Harapan masyarakat pada umumnya agar Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang baru dapat bersifat antisipatif terhadap perkembangan ekonomi global, dapat mencegah adanya debitor nakal tidak beritikad baik dan selanjutnya memberi peluang bagi debitor beritikad baik dan masih punya harapan untuk bangkit kembali dari kesulitannya. Beberapa perubahan atau penambahan penting dalam UUK Baru antara lain sebagai berikut : 1 Memuat ketentuan umum pada Bab I yang terdiri dari pasal 1 seluruhnya berisikan 11 sebelas batasan atau pengertian yang salah satu memberi pengertian tentang utang, 135 sedangkan dalam UU No. 4 Tahun1998 pada bagian penjelasan, pengertian utang disebutkan sebagai utang pokok atau bunganya. 2 Penambahan wewenang Badan Pengawas Pasar Modal BPPM untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap : Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, yang sebelumnya dalam UU No. 4 Tahun1998 hanya terhadap Perusahaan Efek. 136 3 Penambahan pengaturan yaitu permohonan pernyataan pailit terhadap : Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun atau BUMN yang 134 Douglas G. Baird dalam Munir Fuady, HukumKepailitan 1998 dalam Teori dan Praktek, Bandung : Citra Aditya bakti, 1998, h.2-3 135 Pasal 1 point 6 UU Nomor 37 Tahun 2004 136 Pasal 2 ayat 4 UU Nomor 37 Tahun 2004 jo. Pasal 1 ayat 4 UU Nomor 4 Tahun 1998. bergerak di bidang kepentingan publik hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. 137 4 Putusan Pengadilan NiagaMahkamah Agung harus diucapkan paling lambat 60 enam puluh hari setelah tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan permohonan Kasasi atau Peninjauan Kembali diterima, sebelumnya dalam UU No. 4 Tahun1998 jangka waktu tersebut hanya selama 30 tiga puluh hari. 138 5 Dimungkinkan memuat pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda decenting opinion dari hakim menjelis dalam putusan pernyataan pailit. 139 6 Permohonan kasasi dapat dilakukan kreditor lain yang bukan merupakan pihak pada persidangan tingkat pertama yang tidak puas dengan putusan atas permohonan pernyataan pailit. 140 7 Pengajuan PKPU dapat juga dilakukan oleh kreditor, sedang dalam UU No. 4 Tahun1998 pengajuan PKPU hanya dapat dilakukan oleh debitor. 141 8 Dalam pemberian PKPU tetap berikut perpanjangannya juga harus mendapat persetujuan dari kreditor separatis pemegang hak agunan atas keberadaan, sedang dalam UU No. 4 Tahun1998 persetujuan itu hanya dari kreditor konkuren. 142 137 Pasal 2 5 UU Nomor 37 Tahun 2004 138 Pasal 8 ayat 5 jo. Pasal 13 ayat 3 UU Nomor 37 tahun 2004 139 Pasal 8 ayat 6 jo. Pasal 13 ayat 5 UU Nomor 37 tahun 2004 140 Pasal 11 ayat 3 UU Nomor 37 tahun 2004 141 Pasal 222 ayat 1, 3 UU Nomor 37 tahun 2004, bandingkan dengan pasal 212 ayat 1 UU Nomor 4 Tahun 1998 142 Pasal 229 UU Nomor 37 tahun 2004 bandingkan dengan Pasal 217 ayat 5 UU Nomor 4 tahun 1998 9 Terhadap putusan PKPU tidak dapat diajukan upaya hukum apapun, sedangkan dalam UU No. 4 Tahun1998 masih dimungkinkan. 143 10 Dalam menetapkan rencana perdamaian dalam PKPU juga harus mendapat persetujuan dari kreditor separatis, sedangkan dalam UU No. 4 Tahun1998 persetujuan cukup diperoleh dari Kreditor Konkuren 144 11 Dalam PKPU Counter permohonan harus diajukan pada Sidang Pertama Pemeriksaan Pailit 145 , sedang dalam UU Kepailitan Lama tidak diatur secara tegas. 12 Permohonan PK telah diatur pada Bab IV UU Kepailitan Baru sedang dalam UU No. 4 Tahun1998 tidak ada diatur secara khusus tentang PK. 146

c. Syarat-syarat Pernyataan Pailit