Tinjauan Umum Kepailitan Proses Kepailitan dan atau PKPU

sengketa perdata yang disertai perjanjian arbitrase, dengan kesimpulan bahwa kepailitan tidak tunduk pada klausula arbitrase.

3. Proses Kepailitan dan atau PKPU

a. Tinjauan Umum Kepailitan

Kepailitan merupakan suatu penyitaan umum atas seluruh kekayaan debitor untuk kepentingan kreditor-kreditor secara bersama-sama. Pailit hanya mengenai kekayaan dan tidak mengenai pribadi dari orang yang dinyatakan pailit debitor. Faillissement adalah suatu usaha bersama untuk mendapatkan pembayaran bagi semua orang berpiutang secara yang adil. 128 Sebagai maksud dan tujuan dari kepailitan bankruptcy, dapat diuraikan keadaan yang menggambarkan : Bilamana seseorang atau badan hukum tidak sanggup membayar utang-utangnya dan dia berada dalam kesulitan keuangan, dimungkinkan menurut hukum baik atas permintaan debitor itu sendiri atau oleh satu kreditor, agar harta kekayaan tertentu dari debitor dapat diambil alih untuk membayar kepada para kreditor secara seimbang sesuai jumlah piutanganya masing-masing. Kepailitan adalah suatu lembaga hukum yang mempunyai fungsi penting di bidang hak kebendaan. Lembaga ini merupakan realisasi dari ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUH Perdata yang mengatur tentang tanggungjawab subjek hukum terhadap perikatan-perikatan yang dilakukannya. Pasal 1131 KUH Perdata menentukan bahwa segala benda bergerak dan tidak bergerak dari seorang debitor baik yang sekarang ada maupun yang akan diperolehnya menjadi tanggungan atas perikatan-perikatan yang dilakukannya. 128 Victor M Situmorang et.al., Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, h.11 Selanjutnya pasal 1132 KUH Perdata menentukan lagi, bahwa benda-benda itu dimaksudkan sebagai jaminan bagi para kreditornya bersama-sama, hasil penjualan benda-benda itu dibagi di antara mereka secara berimbang menurut perbandingan tagihan-tagihan mereka, kecuali di antara para kreditor itu mungkin terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan atau diprioritaskan. Akibat hukum dari kepailitan adalah si pailit tidak memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan kepengurusan dan pemilikan terhadap harta kekayaan atau asset. Tetapi kepailitan hanya mengenai harta benda debitor, bukan pribadinya, jadi ia tetap cakap untuk melakukan perbuatan hukum di luar hukum kekayaan. 129 Kepailitan tidak menghilangkan sama sekali kewenangan si pailit untuk melakukan kepengurusan dan pemilikan harta yang berhubungan dengan pribadinya. Jadi tindakan yang membawa akibat-akibat hukum terhadap boedel pailit asset hanya dapat dilakukan oleh kurator yang ditunjuk dalam putusan pailit. Dalam batas-batas tertentu si debitor pailit dapat melakukan perbuatan hukum dalam bidang hukum kekayaan sepanjang perbuatan tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi harta pailit, sebaliknya apabila perbuatan hukum tersebut akan merugikan harta pailit, kurator dapat meminta pembatalan atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitor pailit. Selanjutnya lebih jauh diatur tentang actio pauliana, yakni pembatalan atas segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum pernyataan pailit ditetapkan. Jika si debitor dinyatakan pailit, semua hasil penjualan harta kekayaan akan dibagi secara berimbang di antara semua kreditor. Lembaga kepailitan ada rationya jika debitor memiliki lebih dari satu kreditor, sehingga konsep 129 Bernadette Waluyo, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung : Mandar Maju, 1999, h.1 “concursus creditorium” merupakan kerangka dasar dalam kepailitan. Bila hanya satu kreditor, dan debitor tidak membayar utangnya, maka tidak perlu menggunakan lembaga kepailitan, sebab tidak ada persaingan yang menuntut perimbangan, oleh karena itu penyelesaiannya cukup dengan gugatan biasa ke pengadilan negeri dengan alasan cidera janji. Setiap debitor baik perorangan maupun badan hukum tidak berwenang menyatakan dirinya pailit, hanya pengadilan niaga yang bersangkutan yang berhak menyatakan pailit si debitor. Demikian juga pihak kreditor harus mangajukan permohonan pernyataan pailit ke pengadilan niaga untuk menyatakan pailitnya si debitor. Dari segi hukum formil hukum acara, yang terjadi pada saat pernyataan pailit adalah sitaan umum yang jatuh demi hukum atas semua harta si debitor. Sebagai akibatnya adalah bahwa sita individu yang diletakkan sebelumnya atas harta si debitor dengan sendirinya terangkat demi hukum. Pembagian secara berimbang pari passu prorata parte dalam kepailitan terdapat pengecualian terhadap kreditor yang mempunyai alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Kreditor yang memiliki hak untuk didahulukan adalah bersumber dari hak tanggungan dengan jaminan kebendaan yang dipegangnya. Pada kreditor pemegang jaminan kebendaan ini berada di luar kepailitan dan dapat menuntut pelunasan terlebih dahulu atas piutangnya dibanding dengan kreditor lainnya. Pemahaman terhadap peraturan kepailitan tidak dapat dipisah- pisahkan dengan pemahaman terhadap peraturan hukum tentang jaminan zekerheids rechten. 130 Insolvency sering dipersamakan dan dipertukarkan pemakaiannya dengan kata bankruptcy, yang keduanya diartikan sebagai kepailitan. Istilah Belanda “insolventie” memuat suatu makna tehnis yang berbeda dari istilah kepailitan, insovensi terjadi dalam rapat verifikasi di antara para kreditor yang dilakukan setelah putusan pernyataan pailit. Makna tehnis insolvensi sesuai ordonansi kepailitan tahun 1905 sebenarnya adalah suatu periode setelah dijatuhkannya putusan kepailitan yang tidak diikuti dengan perdamaian accord di antara pada kreditornya ataupun perdamaian telah ditolak dengan pasti. 131 Dalam sistem hukum anglo saxon common law, insolvensi itu terjadi sebelum kepailitan, sedang dalam sistem hukum eropah kontinental civil law, dianut pengertian bahwa insolvensi itu terjadi setelah kepailitan. Menurut undang-undang kepailitan, 132 putusan pailit itu dapat dilaksanakan serta merta uit voerbaar bij voorraad, namun hal ini tidak langsung mengakibatkan si debitor secara definitif menjadi pailit. Tiap putusan pailit selalu diikuti dengan proses verifikasi atau pencocokan utang di antara para kreditor. Jika dalam verifikasi itu tercapai kesepakatan tentang cara pembayaran atau besarnya pembayaran utang debitor, maka masing-masing kreditor bersedia menerima pelunasan sebahagian dari piutangnya dan merelakan sisanya kepada debitor, oleh karena itu tercapailah apa yang dimaksud dengan accord. Sebagai akibat hukum dari accord, maka kepailitan terangkat demi hukum. Sebaliknya jika accord tidak tercapai, maka debitor pailit masuk dalam fase insolvensi dan 130 Setiawan, Kepailitan, Konsep-konsep Dasar Serta Pengertiannya, Ulasan Hukum Varia Peradilan No. 156, Sept. 1998, h. 94 131 Ibid, h.100 132 Pasal 12 UU No. 4 Tahun 1998 Pasal 8 ay. 7 UU No. 37 tahun 2004 kepailitan menjadi tetap. Insolvensi dapat terjadi dari peristiwa-peristiwa atau keadaan : 1 Perdamaian accord tidak ada ditawarkan 2 Perdamaian accord ditawarkan tetapi ditolak 3 Perdamaian accord diterima tetapi tidak disyahkan homologasi oleh Pengadilan niaga

b. Undang-Undang Kepailitan yang Baru