2. Kelemahan-kelemahan dari lembaga PKPU
Menurut J.B.Huizink ada beberapa kelemahan dari lembaga PKPU dalam praktek yakni :
a. Penundaan pembayaran tidak berlaku bagi tagihan-tagihan yang terkait
dengan prioritas. Ini berarti bahwa penundaan pembayaran tidak memiliki daya laku terhadap kreditor preferen dan tagihan yang dijamin dengan gadai
dan hipotik kreditor separatis. Para kreditor ini dapat menolak penundaan pembayaran serta dapat melaksanakan hak-haknya seperti biasa.
375
PKPU tidak berlaku terhadap kreditor preferen maupun kreditor separatis, tetapi
pelaksanaan eksekusi atas hak-haknya harus ditangguhkan selama berlangsungnya PKPU namun tidak menutup kemungkinan para kreditor
mengajukan permohonan pengangkatan penangguhan tersebut.
376
b. Jumlah tagihan para kreditor preferen sering merupakan porsi terbesar dari
beban, sehingga makna penundaan yang terkandung di dalam penundaan pembayaran tidak begitu banyak artinya bagi debitor.
377
c. Dalam beberapa hal penyelesaian kepailitan dan PKPU berjalan tidak sesuai
dengan yang diinginkan oleh pembuat undang-undang, hal ini disebabkan oleh relatif besarnya jumlah total tagihan-tagihan dengan hak didahulukan,
serta kuatnya posisi para kreditor separatis serta dominannya posisi para kreditor bank, fiskus dan dewan asuransi perusahaan menyebabkan penjualan
barang-barang para kreditor menjadi tidak adil.
378
375
J.B Huizink, op.cit. h.9
376
Pasal 244 jo. 246 UU Nomor 37 Tahun 2004
377
J.B Huizink, op.cit. h.10
378
Ibid h. 11
d. Pengumuman pemberian sementara penundaan pembayaran di dalam Berita
Negara dan di dalam Surat Kabar yang ditentukan oleh Hakim pengawas, maka masyarakat umum segera mengetahui bahwa debitor sedang berada
dalam kesulitan finansial. Hal ini akan menimbulkan dampak besar bagi pemasok dan pembeli, mereka akan menjadi lebih hati-hati terhadap
perusahaan debitor. Para pemasok akan meminta pembayaran tunai atau garansi bank atas barang yang diserahkan, para pembeli tidak akan cepat-
cepat melakukan pembayaran sebelum yakin barang atau jasa yang diberikan itu sudah sesuai dengan keinginannya mereka.
379
e. Atas permintaan Hakim pengawas atau permohonan pengurus atau satu atau
lebih Kreditor atau prakarsa Pengadilan, PKPU mempunyai alasan untuk diakhiri karena keadaan harta debitor ternyata tidak lagi memungkinkan
dilanjutkannya PKPU.
380
Hal ini sessuai dengan salah satu syarat atau alasan pengakhiran PKPU, yakni selama waktu PKPU keadaan harta debitor tidak
memungkinkan dilanjutkan PKPU.
381
Selain daripada aturan-aturan mengenai kepailitan dan PKPU yang sudah kuno dan ketinggalan jaman, ada keinginan untuk mengadakan perubahan dan
penyesuaian terhadap keadaan ekonomi, sebagaimana Huizink menguraikan : Memburuknya keadaan ekonomi pada akhir tanun 70-an dan awal ’80-an
memaksa perusahaan-perusahaan untuk menutup usaha. Termasuk di dalamnya beberapa perusahaan besar yang beroperasi secara internasional :
deconfitur yang kadang-kadang mengakibatkan hilangnya banyak kesempatan kerja. Hal yang sama dapat dikatakan terjadi pada awal tahun 90-an. Likuidasi
perusahaan semacam itu dari berbagai sudut dirasakan sebagai suatu bentuk
379
Ibid h. 10
380
Ibid h. 11
381
Lihat Pasal 255 ayat 1 e UU Nomor 37 Tahun 2004
pemusnahan modal. Harus ada suatu kemungkinan untuk menyelamatkan perusahaan-perusahaan itu dari kesulitan tanpa harus menggunakan cara
penyelesaian melalui penundaan pembayaran atau kepailitan.
Banyak perusahaan yang terancam kelangsungan hidupnya mendorong adanya inisiatif dari perhimpunan hukum dagang Belanda untuk membentuk
suatu komisi untuk menyusun suatu konsep RUU Reorganisasi dan Pemulihan Perusahaan. RUU ini memuat kemungkinan-kemungkinan mengenai suatu
moratorium umum bagi perusahaan-perusahaan yang terjerat kesulitan. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU akan berlaku pula bagi
para kreditor yang mempunyai hak didahulukan selama moratorium berlangsung, perusahaan-perusahaan mendapat kesempatan untuk
menjalankan suatu rencana pemulihan. Rencana tersebut harus memuat pengaturan utang dalam bentuk suatu akkord dan harus dengan syarat-syarat
tertentu yang mengikat semua kreditor.
382
Untuk merealisasi ide tersebut di tahun 1986 dibentuk suatu Komisi yang dinamakan “Komisi Mijnssen” yang bertugas memberi saran-saran perlu tidaknya
menyiapkan suatu rancangan untuk mengubah UU Kepailitan khususnya menyangkut PKPU. Selanjutnya disusun suatu laporan yang disebut “Laporan
Mijnssen” tahun 1989 yang dan dalamnya dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi antara lain sebagai berikut :
383
1 Moratorium harus berlaku bagi semua kreditor, artinya juga bagi kreditor
preferen. 2
Perjanjian kredit, seperti kredit yang diberikan oleh bank harus tetap dilanjutkan selama moratorium.
3 Moratorium berlangsung maksimum tiga bulan, dan hanya dapat
diperpanjang untuk satu kali. Para kreditor berhak untuk didengar. Hakim harus menolak permohonan penundaan bayaran jika pemulihan diperkirakan
tidak akan terjadi. Harus ada kepastian mengenai pembayaran tagihan-tagihan yang timbul selain moratorium.
4 Fungsi rencana pemulihan adalah untuk mengadakan tindakan-tindakan yang
berkait satu sama lain di bidang finansial, ekonomis dan organisatoris untuk memulihkan posisi debitor dan atau penyelamatan perusahaan yang
kegiatannya dihentikan olehnya.
382
J.B. Huizink, loc.cit. h.12
383
Ibid h. 13
5 Rencana pemulihan harus disetujui oleh mayoritas kreditor. Hakim
dimungkinkan untuk menyatakan rencana pemulihan yang dibuat oleh para kreditor sebagai bersifat mengikat.
6 Penyelesaian penundaan pembayaran tetap, diatur menurut ketentuan-
ketentuan di dalam rencana pemulihan.
3. Penyebab Gagalnya Perdamaian dalam PKPU