Model-model Pengajaran Al-Quran PENGAJARAN AL-QURAN TINGKAT DASAR

e. Kemurnian dan keaslian al-Quran terjamin dengan pemeliharaan Allah sendiri. f. Ajaran yang dikandung oleh al-Quran, secara umum dan prinsip, meliputi seluruh aspek kehidupan. g. Membaca al-Quran walaupun belum mengerti terjemahannya, dinilai sebagai suatu ibadah. h. Kebenaran yang dibawa oleh al-Quran bersifat mutlak, tidak diragukan dan tidak meragukan. Selain hal itu, al-Quran juga merupakan ilmu teoritis, ia menjadi pengetahuan yang bersifat keterampilan dan seni. Apalagi dengan adanya hadis Nabi yang mengatakan bahwa bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan al-Quran. Walaupun hal tersebut belum termasuk anjuran wajib, namun cukup mempengaruhi orang Islam untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, banyak para ahli yang melahirkan ilmu tajwid, ilmu qiraat, ilmu nagham, ilmu makhraj dan lain sebagainya. Setiap orang ingin berlomba membaca al-Quran dengan baik dan benar. Bahkan, pengajian anak- anak pun sudah lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja, sistem dan caranya perlu dikembangkan lagi sesuai dengan perkembangan model- model atau pola mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Model-model pengajaran al-Quran itu perlu diperbaharui dan dikembangkan, karena dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Adapun isi pengajaran al-Quran itu meliputi 8 : 1 Pengenalan huruf Hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif ا sampai Ya ي . 2 Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyyah dan sifat-sifatnya yang dibicarakan dalam Ilmu makhraj. 3 Membentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syiddah, tanda panjang mad, tanwin dan sebagainya. 8 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus…, h. 91. 4 Bentuk dan berfungsi tanda berhenti waqof, seperti waqof mutlak, waqof jawaz dan sebagainya. 5 Cara membaca, melakukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qiraat serta naghom. 6 Adabut tilawah, yang berisi tatacara dan etika membaca Al-Quran sesuai dengan fungsi membaca itu sebagai ibadah. Adapun perkembangan pengajaran di Indonesia, dalam madrasah- madrasah yang modern, seperti yang didirikan oleh kelompok organisasi NU dan Muhamadiyah, pengajaran membaca al-Quran ini sudah diatur lebih sempurna. Anak-anak diajarkan membaca huruf Arab dan dilatih membunyikan ayat-ayat al-Quran dengan lafal atau bacaan yang baik. Dalam waktu terakhir ini banyak perkumpulan-perkumpulan Islam sudah menciptakan sendiri kitab-kitab pelajaran membaca al-Quran dengan sistem atau model pengajaran yang baik, kebanyakan dengan memperhatikan contoh- contoh pelajaran dari Mesir. 9 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian model yaitu pola contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. 10 Jadi, dapat dikatakan bahwa model artinya acuan yang teratur berfikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Model mengajar bermakna sebagai acuan kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran ciri perkembangan murid- muridnya, dan suasana alam sekitarnya juga tujuan mengajarkan murid- muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan, serta perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya, menolong mereka memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilai- nilai yang diinginkan. Dalam pengajaran membaca al-Quran ini, ada beberapa sistem atau model yang ada, serta berkembang di Indonesia. Para Ulama banyak yang 9 Abu Bakar Saleh, Sejarah al-Quran, Solo: CV. Ramadhani, 1989, Cet. VII, h. 238. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 751. menciptakan model belajar membaca al-Quran dengan cepat. Sampai saat ini setidaknya telah lahir kurang lebih 20 model, sebagian diantaranya 11 : a Model Bagdadiyah. b Model Hattaiyah di Riau. c Model al-Barqi di Surabaya. d Model Qiraati di Semarang. e Model Iqra di Yogyakarta. f Model Tunjuk Silang. g Model al-Banjari di Banjarmasin. h Model SAS Struktural Analitik Sintetik di Jawa Timur. i Model Tomak Alam di Sumatra Barat. j Dan lain-lain. Model-model tersebut adalah hasil penelitian dari Litbang Departemen Agama pada bulan Januari Tahun 1994. Model al-Barqi biasanya lebih tepat digunakan secara klasikal dan dapat masuk dalam kegiatan Intrakulikuler. Adapun model SAS Struktural Analitik Sintetik, Iqra dan al-Banjari dapat digunakan dalam kelompok kecil dengan sistem tutorial, sehingga pelaksanaanya lebih tepat diluar kulikuler. Namun, model Iqra pada akhirnya lebih banyak dipakai karena lebih mudah dan lebih cepat berhasil. Model ini ditemukan oleh KH. Asad Humam 1933-1996, pendiri Persatuan Pengajian Anak-anak Kota Gede dan sekitarnya. 12 Dalam upaya mencari model belajar dan mengajar membaca al-Quran, berbagai buku menawarkan cara-cara baru, antara lain model Bagdadiyah, model Tunjuk Silang, metode SAS Struktural Analitik Sintetik, model Qiraati, model al-Barqi, model Iqra dan lain sebagainya. Berikut akan penulis jelaskan secara singkat beberapa model yang telah disebutkan tersebut.

1. Model Bagdadiyah

11 Hasan Muarif Ambari dan Taufik Abdullah, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, Jilid 2, h. 391. 12 Hasan Muarif Ambari dan taufik Abdullah, Ensiklopedia… , h. 219-220. Dalam dunia pengajaran al-Quran di Indonesia, telah lama dikenal cara belajar membaca al-Quran melalui turutan. Turutan adalah bagian al- Quran Juz ke-30, yang bagian awalnya diberikan tuntunan cara membaca al-Quran. Cara membaca yang diperkenalkan dalam turutan dikalangan guru mengaji atau mengajar al-Quran, disebut Kaidah Bagdadiyah. Penggunaan turutan sebagai tahap awal mengaji sudah digunakan cukup lama, cara ini cukup berhasil dan banyak memberi manfaat. Hal ini, terbukti dan mayoritas generasi lama yang kini mampu membaca al- Quran adalah dari penggunaan Kaidah Bagdadiyah, hanya saja penggunaan kaidah tersebut diperlukan waktu yang relatif lama. Kaidah Bagdadiyah adalah suatu kadiah yang membahas tentang metode mengajarkan membaca al-Quran secara modern yang mempunyai sistematika yang rapih. Model ini mempunyai banyak manfaat dan cocok digunakan untuk tingkat dasar yang belum dapat membaca al-Quran sama sekali. Disamping itu, harus disertai dengan kerjasama antara guru dan murid. Sistematika pengajaran Kaidah Bagdadiyah, adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan dan mengahafal huruf-huruf Hijaiyah menurut urutan abjad sebagai 30 aksara dalam bentuk dasar tanpa diberi syakal tanda baca. Seperti: ا , ب , ت , ث , ج , ح , خ , .... , ي 2. Memperkenalkan Huruf Hijaiyah dalam bentuk dasar dengan harakat fathah serta latihan mengucapkannya untuk masing-masing huruf, seperti: ا , ب , ت , ث , ج , ح , خ , .... , ي 3. Memperkenalkan dan latihan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk dasar dengan tiga macam syakal, fathah, kasrah dan dhommah, seperti: ا ا ا , ب ب ب , ت ت ت , ....