Model SAS Sintetis Analitis Sistem

2. Pengenalan dan pengamatan lebih jauh analitik sampai bagian- bagian. 3. Pengenalan dan pengamatan mendalam sintetik sehingga dapat memahami. Dilihat dari segi penerapannya pendekatan yang digunakan dalam model SAS ini, adalah pendekatan struktural yang dijabarkan melalui analisa dan sintesa, sehingga struktur tersebut dapat dipahami dan dihayati. Jadi, keseluruhan pendekatan struktur dan analisa sintesa itulah yang disebut dengan model SAS atau dengan kata lain, model SAS berarti cara penyampaian bahan pelajaran kepada orang lain dan guru menganalisa serta mensintesakan struktur bahan pelajaran dalam pencapaian tujuan pengajaran. Buku pelajaran yang dapat dipergunakan, dengan memilih buku-buku yang berisi alif-bata, seperti juz amma dan beberapa buku pelajaran al-Quran yang sudah banyak disusun. Yang terpenting untuk pertama kali adalah pengenalan huruf dengan bunyinya yang tepat. 14 Adapun cara menganalisa dan mensintesa struktur contohnya yang terdiri atas kalimat: ﺮ آ ﷲا ﺮ آا ﷲا ر ب ك ا ل ل ا ﺮ آا ﷲا ﺮ آا ﷲا Dengan melihat struktural kalimat atau kata lebih dulu, kemudian secara bertahap menganalisanya sehingga menjadi huruf Hijaiyyah. Selanjutnya, huruf hijaiyyah tersebut disintesakan kembali sehingga menjadi struktur kalimat atau kata semula. Dengan cara belajar dan mengajar yang demikian, maka anak-anak sekaligus mengenal huruf awal, 14 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. I, h. 93. tengah, akhir dan hijaiyyah, serta dapat membandingkan bentuk huruf- huruf yang dimaksud. Penggunaan model SAS ini, dikembangkan pelaksanaannya oleh proyek pembinaan Pendidikan Dasar P3D serta oleh P2SD Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Model ini tidak dikembangkan dimasyarakat, selain karena hanya diterapkan dilembaga formal, juga karena agak sulit dicerna oleh anak-anak usia SD, apalagi anak yang belum sekolah.

4. Model Qiraati

Model ini dirintis oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang. Beliau adalah pelopor pertama berdirinya TK al-Quran di Indonesia yang pada perkembangan selanjutnya tumbuh menjamur dimasyarakat. Hal yang perlu diketahui dalam model ini, adalah: 1. Buku pegangan dalam pengajarannya terdiri dari VI jilid. 2. Setiap kelas didisi oleh 20 orang murid dengan seorang guru khusus, jilid satu setiap kelas terdiri dari 15 murid. 3. Mengajar jilid satu dan dua sebaiknya perorangan, seorang demi seorang membaca dihadapan guru dengan tidak dituntun, sedangkan yang lainnya belajar menulis. 4. Mengajar jilid tiga sampai jilid terakhir termasuk membaca al-Quran, sebaiknya secara klasikal. Namun, setiap murid diberi kesempatan membaca sekedar dua atau tiga baris untuk mengetahui kemampuan baca, baik pelajaran buku atau pelajaran membaca al-Quran. 5. Murid diperbolehkan melanjutkan ke jilid berikutnya, jika mampu membaca dengan baik dan lancar tanpa ada kesalahan. 6. Pelajaran shalat dan doa diberikan menjelang usai pelajaran. Model ini sifatnya bukan mengajar, namun mendorong kemampuan siswa atau santri dengan menganggap mereka telah memiliki persiapan pengetahuan yang ada. Murid membuka-buka buku dan membacanya sendiri dari jilid satu sampai akhir. Model ini dianggap sebagai permulaan belajar mengajar membaca al-Quran yang dilengkapi dengan bacaan tajwid, untuk anak umur lima atau enam tahun dan Insya Allah setelah umur 10 tahun mereka akan dapat membaca al-Quran dengan baik dan benar. 15 Model pengajaran drill banyak tersirat dalam penggunaan metode Qiraati ini, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah