Model Qiraati PENGAJARAN AL-QURAN TINGKAT DASAR

belajar mengajar membaca al-Quran yang dilengkapi dengan bacaan tajwid, untuk anak umur lima atau enam tahun dan Insya Allah setelah umur 10 tahun mereka akan dapat membaca al-Quran dengan baik dan benar. 15 Model pengajaran drill banyak tersirat dalam penggunaan metode Qiraati ini, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah pada pelajaran ghorib, ilmu tajwid dan hafalan-hafalan al-Quran, seperti hafalan bacaan shalat, surat-surat pendek, hadist dan doa, mufradat bahasa Arab dan lain sebagainya.

5. Model al-Barqi

Model ini juga sifatnya sama dengan model Qiraati, yaitu bukan mengajar akan tetapi mendorong, sehingga guru hanya Tut Wuri Handayani, dengan menganggap murid telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Murid membuka atau melihat alat peraga papan tulis, dll, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya persiapan, maka murid tinggal membaca, memisahkan, memilih dan memadu sendiri, dengan begitu akan terlihat jelas bahwa santri atau murid tampak cerdas. Karena itulah, maka model al-Barqy dengan model yang digunakan didalamnya memenuhi syarat untuk disebut dengan sebutan Cara Belajar Siswa Aktif CBSA yang tepat digunakan untuk tingkat pendidikan SDMI, SMPMts, bahkan untuk anak-anak SMA, cukup dari 6 jam. 16

6. Model Iqra

Model Iqra adalah model cara cepat belajar membaca al-Quran yang terdiri dari beberapa jilid, yaitu dari jilid satu sampai dengan jilid enam dan dilengkapi dnegan buku model tajwid praktis yang disusun secara sistematis, dimulai dari hal-hal yang dianggap sederhana, meningkat tahap 15 Ahmad al-Wafa Wajih, Makalah Metode Qiraati, Gresik: ttp, 1996, h. 21-27. 16 Muhadjir Sulthon, al-Barqi, Surabaya: Pena Suci, 1992, h. vi-viii. demi tahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya, sejak usia balita sampai manula mampu membaca al-Quran dalam waktu yang relatif singkat, menjadi lebih mudah, cepat, efisien dan efektif. Model iqra mempunyai beberapa kekhususan, diantaranya adalah sebagai berikut 17 : 1. Bacaan langsung tanpa dieja. 2. Cara Belajar Siswa Aktif CBSA, yang belajar adalah santri bukan guru, sehingga santri harus didorong untuk aktif dan guru sifatnya hanya membimbing saja. 3. Privat, artinya santri dalam membaca al-Quran harus berhadapan langsung dengan gurunya. 4. Modul, yaitu santri dalam menyelesaikan materi iqra tergantung kemampuan dan usaha sendiri. 5. Asistensi, yaitu jika terpaksa kekurangan guru, maka menunjuk siswa yang terpilih yang sudah mampu atau memiliki kemampuan yang lebih diantara yang lainnya untuk menjadi asisten penyimak terhadap siswa yang masih kurang cara membacanya. 6. Praktis, yaitu tujuan utama belajar dan mengajar al-Quran ini dalah santri bias membaca al-Quran dengan mudah dan tepat. 7. Sistematis, artinya disusun secara lengkap dan sempurna sera terencana dengan komposisi huruf yang seimbang. 8. Variatif, yaitu disusun secara berjilid, yang terdiri dari jilid satu sampai jilid enam dengan symbol warna-warni yang harmonis. 9. Komunikatif, artinya ungkapan kata rambu-rambu pentunjuk akrab dengan pembaca, sehingga menyenangkan bagi yang mempelajarinya. 10. Fleksibel, artinya iqra dapat dipelajari oleh anak usisa pendidikan TK, SDMI, SMPMts, SMAMA, mahasiswa bahkan orang-orang tua manula dan lain sebagainya. 17 Asad Humam, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Quran, Yogyakarta: LPTQ Nasional, 2001, Cet. 12, h. 97-98.