Model al-Barqi Model Iqra

demi tahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya, sejak usia balita sampai manula mampu membaca al-Quran dalam waktu yang relatif singkat, menjadi lebih mudah, cepat, efisien dan efektif. Model iqra mempunyai beberapa kekhususan, diantaranya adalah sebagai berikut 17 : 1. Bacaan langsung tanpa dieja. 2. Cara Belajar Siswa Aktif CBSA, yang belajar adalah santri bukan guru, sehingga santri harus didorong untuk aktif dan guru sifatnya hanya membimbing saja. 3. Privat, artinya santri dalam membaca al-Quran harus berhadapan langsung dengan gurunya. 4. Modul, yaitu santri dalam menyelesaikan materi iqra tergantung kemampuan dan usaha sendiri. 5. Asistensi, yaitu jika terpaksa kekurangan guru, maka menunjuk siswa yang terpilih yang sudah mampu atau memiliki kemampuan yang lebih diantara yang lainnya untuk menjadi asisten penyimak terhadap siswa yang masih kurang cara membacanya. 6. Praktis, yaitu tujuan utama belajar dan mengajar al-Quran ini dalah santri bias membaca al-Quran dengan mudah dan tepat. 7. Sistematis, artinya disusun secara lengkap dan sempurna sera terencana dengan komposisi huruf yang seimbang. 8. Variatif, yaitu disusun secara berjilid, yang terdiri dari jilid satu sampai jilid enam dengan symbol warna-warni yang harmonis. 9. Komunikatif, artinya ungkapan kata rambu-rambu pentunjuk akrab dengan pembaca, sehingga menyenangkan bagi yang mempelajarinya. 10. Fleksibel, artinya iqra dapat dipelajari oleh anak usisa pendidikan TK, SDMI, SMPMts, SMAMA, mahasiswa bahkan orang-orang tua manula dan lain sebagainya. 17 Asad Humam, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Quran, Yogyakarta: LPTQ Nasional, 2001, Cet. 12, h. 97-98. Model ini, adalah model pengajaran yang paling umum dan banyak digunakan di Indonesia. Lembaga Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia BKPRMI, dengan cepat mengangkat model atau sistem buku IQRA dengan menggerakkan Pemuda Remaja Masjid di seluruh Indonesia menjadikan Musholah atau Masjid sebagai pusat Pendidikan dan Pengajaran al-Quran. Selain itu, dikembangkan pula model belajar- mengajar al-Quran dengan cara bermain, bercerita dan menyanyi BCM. Dengan begitu, perpaduan antara metode CBSA dan BCM, akan dapat mengembangkan gerakkan aktif pisik santri dengan bermain dan bernyanyi yang dapat menimbulkan suasana gembira dan tidak membosankan. Sedangkan, metode cerita dari guru, akan dapat melatih santri aktif mendengar, menyimak, menyimpulkan dan mengungkapkan sesuatu dengan baik, serta membina suasana komunikasi dalam ukhuwah dan silaturrahim. 18 Dari semua model-model pengajaran yang ada tersebut, ruang lingkup pengajaran membaca Al-Quran ini, lebih banyak berisi pengajaran keterampilan khusus yang berkaitan dengan teori belajar banyak latihan metode drill, pembiasaan, bimbingan dan keteladanan. 19 Demikian, sekilas tentang perkembangan model-model pengajaran al- Quran dengan berbagai sistem yang ada dan diterapkan di Indonesia, sebagai bukti bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh para ulama dan pemerintah untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda kepada al-Quran, sekaligus bertujuan mengentaskan buta huruf al-Quran dikalangan masyarakat, khususnya umat Islam.

B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian dan Aspek-aspek Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

18 Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Quran, Jakarta: LPPTKA- BKPRMI, 1994, Cet. 1, h. 156-158. 19 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Press, tth, h. 89-92. Istilah pendidikan bermula dari bahasa Yunani, yaitu paedagogle, yang berati bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 20 Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Kata pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 21 Sedangkan, pengertian agama Islam, secara etimologis dapat diartikan dengan kekuasaan, hukum, syara, undang-undang atau penghisaban. Dengan kata lain, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah SWT sebagai penutup segala syariat, juga sebagai tatanan kehidupan yang paripurna dan meliputi seluruh aspeknya. Jadi, apabila kata pendidikan dan agama Islam digabungkan, maka yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT agar tercapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat. 20 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. III, h. 1. 21 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006, h. 3.