Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 2 Dari tujuan pendidikan nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan agama. Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, menempati hirerarki tertinggi jika dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan pendidikan nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan institusional dan tujuan pengajaran kurikuler adalah sebagai cabang dan rantingnya. Dengan demikian, antara tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan institusional serta tujuan kurikuler mempunyai unsur-unsur persenyawaan yang berhubungan dan sinkron antara satu sama lain. Dalam hubungan ini, salah satu unsur yang mengedepan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Hal ini, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan yang bersifat formal pendidikan sekolah maupun pada pendidikan non formal pendidikan diluar sekolah. Dengan mengacu pada rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka adanya penyelenggaraan pendidikan TKTP al-Quran dapat dikatakan sebagai sub sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Pada waktu yang sama adalah memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang 2 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006, h. 8-9. begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK maupun ditingkat Sekolah Dasar SD ataupun Madrasah Ibtidaiyah MI. 3 Hal ini, dilakukan karena umat Islam di Indonesia mengalami tantangan keadaan. Yang dimaksud dengan tantangan keadaan adalah kenyataan obyektif umat Islam Indonesia yang mengandung sisi-sisi negatif dan kelemahan- kelemahan tertentu yang harus segera diatasi, dimana kemunculan dan keberadaan TKTP al-Quran merupakan salah satu alternatif dan langkah terobosan yang harus dikembangkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan dalam bidang pendidikan dan moral keagamaan umat Islam tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tantangan Internal Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di mana- mana, antara lain sebagai berikut: a. Meningkatnya angka kebodohan Umat Islam terutama generasi mudanya dalam hal membaca Al-Quran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: 1 Lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya secara langsung. Khususnya dalam pengajaran baca tulis huruf al- Quran. Hal ini ditandai dengan menghilangnya tradisi pengajian sore, yang dahulu, ketika bangsa kita belum memasuki era pertelevisian, tradisi pengajian sore itu semarak dimana-mana, seperti dimasjid- masjid, musholah-musholah atau surau-surau, bahkan dirumah-rumah dengan tntunan langsung dari orang tuanya masing-masing. Kini tradisi mengaji dan budaya khataman al-Quran itu dewasa ini nyaris tergusur dan tergeser budaya baru yang tidak menentu. Daya tarik tontonan televisi lebih kuat dari pada daya tarik mengaji. Akibatnya, 3 Tasyrifin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKATPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004, h. 26-28. tidak sedikit para remaja, pelajar dan anak-anak muslim yang merasa asing terhadap kitab sucinya sendiri. 2 Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur pendidikan formal. 3 Kelemahan pendidikan agama pada jalur formal ini antara lain karena sempitnya jam pelajaran sementara bahan pengajarannya cukup luas. Di SD misalnya, untuk kelas I, II,III hanya 2 jam 2x40 menit dan untuk kelas IV, V dan VI ditambah I jam menjadi 3 jam dalam satu minggu. Dalam penerapan kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun mulai tahun 19941995, hanyalah 2 jam untuk semua tingkatan. Dan kelemahan lainnya adalah dalam segi pendekatan kegiatan belajar- mengajarnya yang bersifat klasikal 1 orang guru menghadapi puluhan murid, dengan lebih sering menggunakan metode ceramah. Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar Pengetahuan Agama yang bersifat kering. Aspek keterampilan agama dengan target agar tamat SD, si anak bias mengaji dan taat shalat, sangat tipis kemungkinannya, sebab untuk keterampilan baca tulis Al- Quran menuntut adanya pendekatan khusus yang sifatnya individunya Pendekatan Privat. 4 b. Melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi serangan budaya luar, khususnya budaya Barat yang sekuler itu, dari hari kehari semakin gencar dan semakin canggih, melalui berbagai media, televisi, video, radio, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Dalam kondisi umat Islam yang masih lemah dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK, khususnya teknologi informasi, sementara keakraban dan keterikatannya terhadap Al-Quran pun masih lemah, maka kondisi demikian dapat membuat umat Islam menjadi obyek serangan budaya Barat yang notabene didominasi oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Namun demikian, sesuai sunnatullah, di tengah-tengah mayoritas umat yang masih terbelenggu oleh kejahilan dirinya itu, sudah mulai 4 Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKATPA al- Quran, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-III, h. 8-10. nampak adanya gerakan-gerakan perbaikan yang dipelopori oleh para ulama dan cendekiawan muslim, yang dalam terpojokannya oleh serangan budaya luar itu mereka bertahan pada tembok-tembok pertahanan akidahnya, lalu bangkit mengadakan perlawanan dan berusaha merebut senjata IPTEK melalui proses alih teknologi dan lain sebagainya. 2. Tantangan Eksternal Tantangan yang bersifat eksternal ini adalah berupa gerakan pemikiran dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran gempuran mereka. Taman Pendidikan Al-Quran TPA adalah lembaga Pendidikan luar sekolah non formal, jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-Quran dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak Al-Quran TKA untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan Al-Quran TPA untuk anak usia 7-12 tahun usia SDMI. Dengan demikian, porsi pengajaran tertentu yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis Al-Quran, pengajaran shalat, hafalan ayat-ayat Al-Quran, doa-doa harian, penanaman akidah akhlak dan sejenisnya. 5 Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Quran cukup pesat dan semarak di seluruh tanah air. Hal itu, menunjukkan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan IMTAQ bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan unit-unit 5 Asad Humam, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Quran M3A , Yogyakarta: Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Quran LPTQ Nasional, 2001, cet. Ke-XII, h. 7. pendidikan non formal jenis keagamaan itupun cukup strategis jika dilihat dari tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketakwaan sebagai asas utamanya, disamping asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi IPTEK. Dalam sisi yang lebih operasional lagi keberadaan TPA dapat dikatakan sangat mendukung yaitu dalam rangka memberikan dukungan nyata atas keputusan Pemerintah tentang pentingnya pengentasan buta aksara dan buta makna Al-Quran, dalam rangka Penghayatan dan Pengamalan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Serta pusat kegiatan yang dilakukan dimasjid, mushalah, majlis talim dan lain sebagainya. Hal itu, dilakukan untuk memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah, dan pusat kebudayaan Islam. Al-Quran mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia secara umum al-Quran mampu menggetarkan, menawan dan memasuki lorong- lorongnya apabila jiwa manusia semakin bersih, maka pengaruhnya juga semakin besar. Sementara jiwa anak-anak jauh lebih besar daripada jenjang usia manusia yang lain, fitrahnya suci dan setan tak luput tatkala berhadapan dengannya. Oleh karena itu, kiranya tepat apabila keberadaan Taman Kanak-kanak Al- Quran TKA dan atau Taman Pendidikan Al-Quran TPA menjadi penting sebagai usaha untuk memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat Taman Kanak-kanak TK maupun ditingkat Sekolah Dasar SD ataupun Madrasah Ibtidaiyah MI Berdasarkan deksripsi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL- QURAN TPA DALAM MENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten .

B. Identifikasi Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan. 2. Taman Kanak-kanak TKA atau Taman Pendidikan Al-Quran TPA adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Al-Quran luar sekolah non formal untuk anak usia TK 4-6 tahun dan atau SD 7-12 tahun. Taman Pendidikan Al-Quran dan As-Sunnah. 3. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama Islam salah satu mata pelajaran penting yang diberikan di pendidikan formal.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut pada Peran Taman Pendidikan al-Quran TPA dalam mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, dengan spesifikasinya sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. 2. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas 5 dan 6 SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah peran Taman Pendidikan Al-Quran TPA dalam mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam? .

E. Tujuan Penelitian