Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

matematika. Dengan judul: “Penerapan Metode Permainan Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 MI Jam’ iyyatul Khair Ciputat ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah, diantaranya: 1. Motivasi belajar matematika siswa rendah 2. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran 3. Guru kurang mengembangkan kegiatan pembelajaran 4. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi 5. Pembelajaran lebih terpusat pada guru teacher centered

C. Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah yang telah disebutkan di atas, maka penulis membatasi permasalahan pada: 1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode permainan dalam pembelajaran matematika 2. Motivasi belajar yang di maksud adalah motivasi ekstrinsik dalam pembelajaran matematika

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana metode permainan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa? 2. Bagaimana aktivitas belajar matematika siswa dengan menggunakan metode permainan? 3. Bagaimana hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode permainan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana metode permainan dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa 2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang akan dilakukan memiliki kontribusi yang cukup besar bagi guru, siswa, sekolah, orang tua dan peneliti. Kontribusi pada masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Sebagai acuan untuk mengetahui metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar serta dapat meningkatkan professionalisme guru dalam proses pembelajaran. 2. Bagi Sekolah Untuk membantu sekolah dalam memperbaikimemajukan proses pembelajaran, sehingga sekolah-sekolah di Indonesia bisa menghasilkan para siswa yang lebih baik. 3. Bagi Siswa Dapat meningkatkan aktifitas serta motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan dapat memberikan pengalaman yang baru sehingga kegiatan pembelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan. 4. Bagi Peneliti Sebagai sumbangan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan di Indonesia serta untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu sebagai bahan acuan bagi para peneliti lain dalam melakukan penelitian. 7

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI

TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik 1. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berawal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya penggerak yang mendorong seseorang melakukan suatu pekerjaan untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. 1 Motif tidak dapat diamati secara langsung, motif dapat berupa suatu kebutuhan, tujuan, cita-cita atau suatu keinginan dalam diri kita untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan hal tersebut motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a Motif biogenetis, yaitu motif yang berasal dari berbagai kebutuhan manusia demi melanjutkan hidupnya. b Motif sosiogenetis, yaitu motif yang berkembang karena dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat dimana tempat orang tersebut berada. c Motif teologis, yaitu motif yang menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang percaya dengan adanya Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya. 2 Berawal dari kata “motif” itulah motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut dirasakan sangat mendesak. Menurut istilah motivasi diartikan “sebagai suatu usaha yang dapat menyebabkan 1 Sadirman A.M, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.73 2 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h.3 8 seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya”. 3 Menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan Mc. Donald tersebut diidentifikasi tiga unsur penting dalam motivasi, yaitu motivasi dimulai dengan adanya perubahan energi di dalam diri manusia; motivasi ditandai dengan adanya perasaan atau feeling; dan motivasi akan direspon karena adanya suatu tujuan yang ingin dicapai. 4 Lebih lanjut lagi Keller mendefinisikan “motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku yang berkaitan dengan pilihan yang telah dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta untuk menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya”. 5 Dalam hal ini motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia akan berusaha meninggalkan perasaan tidak suka tersebut. Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses yang mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap barbagai macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan bahwa selain hal yang disebutkan di atas dalam motivasi juga mencakup arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. 6 Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan untuk memperolehnya terbuka lebar, maka seseorang tersebut akan berupaya keras untuk mendapatkannya. 3 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gitamedia Press, t.t, h.538 4 Sadirman A.M, op. cit., h. 73 5 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, cet. ke-2, h. 33 6 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 72 9 Berdasarkan berbagai definisi yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi ialah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dapat dikatakan juga bahwa motivasi merupakan suatu keinginan yang ingin dipenuhi atau dicapai, maka ia timbul jika ada rangsangan, baik karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu. Setelah dikemukakan berbagai pengertian motivasi, selanjutnya akan dibahas mengenai pengertian belajar. “Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuanpemahaman, keterampilan dan nilaisikap”. 7 Belajar merupakan sebuah kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati seseorang dari luar. Bahkan, hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat secara langsung tanpa orang tersebut melakukan sesuatu yang menunjukkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Ada orang tua yang berpendapat bahwa belajar sama dengan mengahafal. Mereka menyuruh anaknya untuk belajar, yaitu dengan menghafal barbagai materi pelajaran yang akan diujikan. Dalam konteks seperti ini belajar adalah mengingat sejumlah fakta atau konsep. Padahal proses belajar bukanlah sekedar mengingat atau menambah pengetahuan. Proses belajar ialah proses perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Sebagaimana yang diungkapkan Hilgard “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedurs whether in the laboratory or in the natural environment as distinguished from changes by factors not attributable to training”. 8 Bagi Hilgard, belajar adalah sebuah proses perubahan yang terjadi pada setiap individu melalui kegiatan 7 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, h. 59 8 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana. 2006, h. 89