Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

47 memperhatikan, seperti izin keluar kelas dan berjalan-jalan untuk meminjam alat tulis kepada teman. Guru pun segera memberitahu siswa untuk dapat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan. Setelah penjelasan materi selesai guru mengadakan permainan Angka Bom. Permainan ini dilakukan secara individu dan dilakukan di tempat duduk masing-masing. Para siswa cukup antusias ketika guru akan mengadakan permainan ini. Sebelum memulai permainan guru menjelaskan cara bermain dan menyediakan media permainan yakni berupa kartu-kartu yang berisi gambar pecahan. Pada permainan ini siswa diminta untuk berhitung urut dimulai dari angka yang disebutkan guru. Bagi para siswa yang mendapatkan giliran menyebutkan angka 3, 6 dan 9 maka harus mengganti dengan menyebutkan kata “bom”. Apabila ada siswa yang salah menyebutkan maka siswa tersebut maju ke depan kelas dan mengambil satu buah kartu yang telah disediakan guru. Kartu tersebut berisi gambar-gambar pecahan sederhana, para siswa diminta untuk membaca gambar pecahan tersebut dan menyebutkan nilai pecahannya. Dalam permainan ini para siswa duduk sesuai dengan posisi duduk saat belajar di kelas. Guru menunjuk siswa R4 untuk memulai berhitung yang pertama dimulai dari angka 5. Saat permainan berlangsung siswa R1, R5, R6, R11, R14, R19, R21, R23, dan R30 salah menyebutkan angka sesuai perintah. Mereka pun harus memilih satu buah kartu yang telah disediakan dan menyebutkan bilangan pecahan yang sesuai dengan gambar dikartu tersebut. Disamping itu, guru mengajak siswa yang lain untuk menyimak jawaban dari teman-temannya apakah jawabannya benar atau salah. Permainan ini berjalan cukup menyenangkan, sebagian besar siswa sudah terlihat cukup antusias dan ikut aktif dalam permainan. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru memberikan latihan soal sebagai evaluasi pembelajaran. Pada saat itu, beberapa dari siswa ada yang mengeluh dan terlihat kurang sungguh-sungguh dalam mengerjakannya. Akan tetapi, sebagian besar siswa sudah bisa mengumpulkan tugas dengan 48 tepat waktu. Setelah semua selesai mengumpulkan tugas ke depan kelas, guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama, dan pembelajaran ditutup dengan mengucapkan hamdallah serta pemberian salam. 3 Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Januari 2014. Pembelajaran dimulai pukul 07.35 WIB sampai 08.45 WIB. Materi yang dipelajari ialah menulis lambang bilangan pecahan sederhana. Pada pertemuan ini siswa yang hadir berjumlah 28 siswa, 2 orang siswa tidak dapat hadir karena sakit. Guru membuka pembelajaran dengan berdo’a bersama, mengabsen siswa, mengkondisikan kelas dan menanyakan keadaan siswa, serta menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran hari ini. Kegiatan pembelajaran kali ini diawali dengan guru menjelaskan materi menulis lambang bilangan pecahan dengan menampilkan beberapa gambar bangun pecahan di papan tulis. Sebagian besar siswa terlihat mulai memperhatikan penjelasan guru dengan cukup baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang serius ketika guru sedang menjelaskan. Kemudian guru meminta siswa untuk menuliskan lambang bilangan dari gambar-gambar tersebut. Ada beberapa siswa yang menunjuk tangan, siswa yang berani maju ke depan ialah R3, R15, R19 dan R29. Guru membahas hasil jawaban para siswa bersama-sama. Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru mengadakan permainan Mencari Angka. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang. Guru mengatur setiap kelompok untuk berbaris memanjang ke belakang. Selanjutnya guru menjelaskan cara bermain dan menyiapkan media permainan yakni dengan menempelkan lembar permainan di papan tulis, dan menyediakan kotak yang berisi angka- angka pecahan di depan barisan setiap kelompok. Namun sebagian besar siswa belum paham dengan aturan permainan yang dijelaskan maka guru mengadakan simulasi permainan agar para siswa menjadi lebih mengerti cara bermain Mencari Angka. 49 Dalam permainan ini setiap anggota dalam kelompok secara bergiliran mengambil angka-angka pecahan yang tersedia dalam kotak lalu menempelkannya pada lembar permainan yang telah disediakan sesuai dengan tempatnya. Permainan ini dilakukan selama kurang lebih 25 menit. Setiap kelompok harus berlomba menempelkan angka tersebut sebanyak- banyaknya. Bagi kelompok yang telah berhasil meyelesaikan permainan harus memberikan yel-yel sebagai tanda bahwa kelompoknya telah selesai. Ketika itu para siswa terlihat antusias, walaupun kondisi kelas cukup gaduh karena para siswa saling berlomba dan berteriak untuk dapat menang dalam permainan. Gambar 4.1 Aktifitas Siswa Bermain Mencari Angka Setelah permainan selesai, guru meminta para siswa untuk duduk kembali ditempat duduk masing-masing. Guru membahas hasil pekerjaan setiap kelompok bersama-sama. Dari 5 kelompok terdapat 3 kelompok yang berhasil menyelesaikan permainan dengan benar, yakni kelompok 1, 2, dan 5. Dan permainan ini dimenangkan oleh kelompok 2, karena selain berhasil menyelesaikan semua kartu dengan benar kelompok tersebut juga berhasil menyelesaikan permainan pertama kali dalam waktu kurang dari 25 menit. Pada akhir pembelajaran guru mengajak para siswa untuk bersama- sama menyimpulkan materi pelajaran dan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya mengenai materi yang kurang dimengerti. Ketika itu tidak ada siswa yang bertanya mengenai materi yang kurang dimengerti. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah sebagai latihan soal, hal ini 50 dikarenakan waktu pembelajaran telah habis. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan mengajak siswa mengucapkan hamdallah dan salam. 4 Pertemuan Keempat Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Januari 2014. Pembelajaran dimulai pukul 08.45 WIB sampai 09.55 WIB. Materi yang dipelajari adalah tentang menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar. Siswa yang hadir dalam pertemuan ini berjumlah 29 siswa, 1 siswa tidak hadir karena izin. Diawal pembelajaran guru memberikan salam, mengkondisikan kelas dan menanyakan keadaan siswa. Kemudian sebelum memulai pembelajaran guru meminta para siswa untuk mengumpulkan pekerjaan rumah di depan kelas. Guru mengulang sedikit materi sebelumnya dengan menggambar bangun pecahan di papan tulis dan bertanya “anak-anak pecahan berapakah ini?” siswa menjawab “pecahan satu per empat”. Guru bertanya kembali “siapa yang bisa menuliskan lambang bilangan pecahan ini di papan tulis?” ada beberapa siswa yang menunjuk tangan, kemudian guru menunjuk seorang siswa R21 untuk menuliskan jawabannya di depan kelas. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran hari ini. Guru menjelaskan materi menyajikan nilai pecahan dengan menggunakan berbagai bentuk gambar dengan bertanya “sekarang siapakah yang bisa menggambarkan pecahan 13 di papan tulis?”. Ketika itu siswa R30 maju ke depan kelas, namun jawabannya masih salah, siswa R17 pun maju ke depan kelas untuk membenarkannya. Guru membahas soal tersebut bersama-sama dan memberikan contoh lainnya. Pada saat guru sedang menjelaskan situasi belajar cukup kondusif, walaupun masih terdapat beberapa siswa yang izin keluar kelas. Setelah guru merasa bahwa sebagian besar siswa telah paham dengan materi yang disampaikan, guru mengadakan permainan Temui Aku. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok. Pembagian kelompok ini dilakukan dengan cara membagikan kartu merah dan kartu kuning kepada para siswa, setiap siswa berkumpul bersama teman-temannya yang mendapatkan kartu 51 yang sama. Selanjutnya guru menjelaskan aturan permainan Temui Aku, para siswa menyimak aturan permainan dengan baik dan cukup antusias. Permainan ini dimulai dengan guru membagikan kartu kepada para siswa. Kelompok merah mendapatkan kartu yang berisi gambar-gambar pecahan, sedangkan kelompok kuning mendapatkan kartu yang berisi lambang bilangan pecahan. Setelah itu, guru mengucapkan aba-aba “Mulai” sebagai tanda permainan telah dimulai. dalam permainan ini ketika mencari teman pasangannya para siswa dilarang mengeluarkan suara. Hal ini dimaksudkan agar kondisi kelas tidak terlalu gaduh dan tidak mengganggu aktifitas belajar di kelas lain. Ketika itu, siswa R2 dan R16 dianggap gugur dan dikeluarkan dari permainan karena terlihat bersuara saat mencari teman pasangannya. Gambar 4.2 Aktifitas Siswa Bermain Temui Aku Sebagian besar siswa mengikuti permainan dengan cukup antusias, mereka terlihat cukup senang dan bersemangat saat berkeliling kelas mencari teman yang memiliki kartu yang sama. Walaupun diawal permainan kondisi kelas sedikit gaduh, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena dalam aturan permainan siswa tidak boleh mengeluarkan suara. Peraturan tersebut cukup efektif untuk membuat suasana belajar khusunya pada saat bermain menjadi lebih kondusif. Setelah waktu permainan selesai, guru mencocokkan semua kartu yang berhasil menemukan pasangannya. Sebagian besar siswa berhasil mencocokan kartu dengan benar. Sebelum mengakhiri pembelajaran guru 52 bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama-sama dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Kemudian guru memberikan LKS sebagai latihan soal. Pada saat mengerjakan LKS, para siswa sudah mulai terlihat sunggguh-sungguh dalam mengerjakannya, sebagian besar siswa dapat mengerjakan LKS secara mandiri. Setelah semua selesai mengumpulkan tugas guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan hamdallah dan pemberian salam. 5 Pertemuan Kelima Pada pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Senin, 20 Januari 2014. Pembelajaran dimulai pukul 08.45 WIB sampai 09.55 WIB. Pada pertemuan ini peneliti hanya melakukan tes siklus I. Pembelajaran dimulai dengan pemberian salam, mengkondisikan kelas dan menanyakan keadaan siswa. Guru mengadakan tes siklus I dengan membagikan soal kepada para siswa yang berjumlah 30 orang siswa. Pada tes siklus I ini berjumlah 15 butir soal isian. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 1 jam pelajaran atau 35 menit. Pada saat mengerjakan soal masih ada siswa yang tidak serius dalam mengerjakannya. Hal ini terlihat ketika waktu mengerjakan masih ada siswa yang berjalan-jalan meminjam alat tulis kepada teman dan izin keluar kelas untuk meraut pensil, sehingga melebihi waktu yang ditetapkan. Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan dan mengumpulkan soal di depan kelas. Guru memberikan ice breaking untuk mengkondisikan kelas agar kembali kondusif. Selanjutnya guru menyebarkan angket motivasi belajar yang terdiri dari 23 butir pernyataan kepada seluruh siswa. Setelah semua siswa selesai mengisi angket dan mengumpulkannya di depan kelas guru menutup pembelajaran dengan membaca lafadz hamdallah dan memberikan salam.

c. Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan di siklus I. Pada tahap pelaksanaan tindakan di siklus I observer melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas belajar siswa. Hasil pengamatan aktifitas belajar 53 siswa selama proses pembelajaran matematika yang dilakukan pada setiap pertemuan di siklus I dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Rata-rata Skor Aktifitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Siklus I No Aspek yang diamati Realisasi setiap pertemuan Persentase Pert. 1 Pert. 2 Pert. 3 Pert. 4 1 Memperhatikan penjelasan guru 59.26 64 71.42 72.41 66.77 2 Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh 55.56 60 64.29 75.86 63.92 3 Tidak malu untuk mengikuti setiap kegiatan di kelas 66.67 68 71.42 72.41 69.62 4 Hadir pada saat pelajaran matematika 90 83.33 93.33 96.67 90.83 5 Menyelesaikan tugas secara mandiri 51.86 52 60.71 72.41 59.25 6 Antusias dalam mengikuti permainan 70.05 76 78.58 79.31 77.92 7 Tidak mengeluh saat diberikan tugas 55.56 56 64.28 72.41 62.06 8 Berani menyampaikan pendapat 48.14 50 53.57 55.17 51.72 9 Mengumpulkan tugas tepat waktu 70.37 72 78.57 79.31 75.06 Rata-rata 63.05 65 70.69 75.11 68.57 Berdasarkan hasil tabel di atas, dapat terlihat persentase rata-rata aktifitas belajar matematika pada siklus I sebesar 68,57. Nilai rata-rata presentase aktifitas belajar siswa pada siklus I ini belum mencapai indikator yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi dengan baik yaitu rata-rata persentase aktifitas belajar siswa minimal sebesar 75. Dari 9 aspek penelitian yang diamati, persentase rata-rata terkecil diperoleh pada aspek berani menyampaikan pendapat yaitu sebesar 51.72. Hal ini dikarenakan 54 dalam pembelajaran matematika masih sedikit siswa yang berani bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Sedangkan rata-rata persentase terbesar diperoleh pada aspek kehadiran sebesar 90,83 serta antusias siswa dalam mengikuti permainan yaitu sebesar 77,92. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan berbeda dengan yang biasanya, pada tindakan di siklus I ini siswa tidak hanya mencatat dan mengerjakan tugas dari guru melainkan dapat ikut aktif dalam setiap permainan yang diadakan. Selain melakukan pengamatan secara langsung, peneliti juga menyebarkan angket motivasi belajar kepada para siswa diakhir siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi belajar matematika siswa setelah diberikan tindakan dengan menggunakan metode permainan pada siklus I. Hasil angket motivasi belajar yang diberikan kepada 30 siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Skor Motivasi Belajar Pada Siklus I No. Interval Frekuensi Absolut Relatif 1. 30 – 36 3 10 2. 37 – 43 7 23.33 3. 44 – 50 11 36.67 4. 51 – 57 2 6.67 5. 58 – 64 3 10 6. 65 – 71 4 13.33 Jumlah 30 100 Rata-rata 48,63 70,47 Berdasarkan tabel 4.2 di atas jumlah skor rata-rata motivasi belajar matematika siswa yaitu sebesar 48,63 atau 70,47. Hasil skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I ini termasuk kategori sedang. Pada tabel distribusi diatas, frekuensi terbesar diperoleh pada interval 44 - 50 sebanyak 11 siswa 55 dan terendah pada interval 51 – 57 yaitu sebanyak 2 siswa. Dari tabel frekuensi tersebut peneliti ingin melihat lebih jelas jumlah siswa yang termotivasi pada pembelajaran matematika menggunakan metode permainan dengan mengkategorikannya menjadi 3 tiga kelompok yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah seperti yang tergambar pada tabel berikut: Tabel 4.3 Motivasi Belajar Siswa Pada Siklus I Kategori Interval Frekuensi Presentase Rendah 23 – 38 6 20 Sedang 39 - 54 16 53,33 Tinggi 55 - 69 8 26,67 Jumlah 30 100 Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada tiga orang siswa ketika tindakan di siklus I ini berakhir. Ketiga siswa ini dipilih berdasarkan hasil diskusi dengan guru kolaborator yang masing-masing mewakili dari kelompok tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat respon siswa cukup baik. Para siswa menyatakan senang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode permainan, kebanyakan siswa mengatakan senang belajar matematika karena dalam pembelajaran dilakukan melalui bermain hal tersebut membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Siswa juga menambahkan bahwa ia ingin permainan yang diadakan lebih menarik, hal ini agar ia dan teman-temannya menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, dan agar suasana kelas tidak terlalu gaduh pada saat permainan berlangsung. Selanjutnya peneliti juga mengadakan tes akhir siklus I untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan di siklus I. Semua siswa kelas III.B MI Jam’iyyatul Khair Ciputat yang berjumlah 30 orang siswa hadir mengikuti tes akhir siklus I yang diadakan 56 pada pertemuan kelima. Berikut adalah tabel perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I: Tabel 4.4 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I Interval Frekuensi Relatif 50 - 56 5 20 57 - 63 2 6.67 64 - 70 14 46.67 71 - 77 3 10 78 - 84 2 3.33 85 - 91 4 13.33 Jumlah 30 100 Keterangan: Nilai Tertinggi : 90 Nilai Terendah : 50 Nilai Rata-rata : 68,8 Berdasarkan tabel 4.4, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 68,8. Nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus I ini adalah 90, dan nilai terendah adalah 50. Perolehan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I ini telah mencapai KKM sekolah, namun dari seluruh siswa yang mengikuti tes akhir siklus I masih terdapat 7 orang siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan di siklus I. Adapun kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan siklus I dan perbaikan yang dilakukan pada siklus selanjutnya dapat terlihat pada tabel di bawah ini: