56
pada pertemuan kelima. Berikut adalah tabel perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I:
Tabel 4.4 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I
Interval Frekuensi
Relatif
50 - 56 5
20 57 - 63
2 6.67
64 - 70 14
46.67 71 - 77
3 10
78 - 84 2
3.33 85 - 91
4 13.33
Jumlah 30
100
Keterangan: Nilai Tertinggi
: 90 Nilai Terendah
: 50 Nilai Rata-rata
: 68,8 Berdasarkan tabel 4.4, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil
belajar matematika siswa pada siklus I sebesar 68,8. Nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus I ini adalah 90, dan nilai terendah adalah 50. Perolehan
nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I ini telah mencapai KKM sekolah, namun dari seluruh siswa yang mengikuti tes akhir siklus I masih terdapat 7
orang siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan diatas terlihat bahwa
masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki pada pelaksanaan tindakan di siklus I. Adapun kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
siklus I dan perbaikan yang dilakukan pada siklus selanjutnya dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
57
Tabel 4.5 Refleksi Siklus I dan Perbaikan
No. Kekurangan Siklus I
Perbaikan Untuk Siklus II 1.
Masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan pada saat
guru menjelaskan seperti izin keluar
kelas, bercanda
dan berjalan-jalan.
Guru dapat lebih bersikap tegas kepada siswa yang kurang serius
dalam mengikuti pembelajaran dan
memberikan peraturan
“tepuk rapih”
2.
Siswa masih kurang aktif dalam menyampaikan pendapat, baik
dalam hal
bertanya maupun
menjawab pertanyaan Memberikan reward kepada para
siswa yang
berani menyampaikan
pendapatnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa
termotivasi dan
aktif menyampaikan pendapat saat
pembelajaran
3.
Suasana kelas kurang kondusif pada saat permainan matematika
Permainan dilakukan
secara individu atau bersama kelompok
kecil, dan
sebagian besar
permainan dilakukan dibangku masing-masing.
4. Antusias siswa dalam mengikuti
permainan masih
perlu ditingkatkan
Permainan yang diadakan lebih menarik, yakni permainan dari
jenis kemahiran. Selain itu, diberlakukan sistem poin atau
skor dalam setiap permainan. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran siklus I, target penelitian belum tercapai. Dimana aktifitas dan motivasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode permainan
harus mencapai lebih dari atau sama dengan 75. Maka dari itu peneliti perlu melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.
58
2. Siklus II a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti mengembangkan rencana tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Sama seperti pada siklus I, pada tahap
ini peneliti menyiapkan Rencana Proses Pembelajaran RPP yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa LKS, media permainan, soal tes siklus II,
lembar observasi siswa dan guru, dan lembar angket motivasi belajar siswa. Pada siklus II ini permainan yang diadakan dalam pembelajaran
matematika lebih menarik lagi, hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Metode permainan yang
digunakan dalam pembelajaran matematika pada siklus II ini adalah dari jenis permainan kemahiran seperti permainan Stik Pecahan, Kriteria Angka, Ular
tangga dan Arisan Heboh. Selain itu pada permainan yang diadakan pada siklus II ini para siswa berhak mengumpulkan poin pada setiap permainan,
siswa yang dapat mengumpulkan poin tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru. Sebagian besar permainan dilakukan secara individu ataupun
dengan kelompok kecil yang hanya terdiri dari 2 sampai 4 orang, dan tidak merubah posisi tempat duduk para siswa, dalam artian siswa tetap duduk
dibangku masing-masing. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran menjadi lebih kondusif dan guru dapat lebih mudah mengontrol kegiatan
pembelajaran saat permainan berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pada tahap pelaksanaan tindakan di siklus II ini terdiri dari 5 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan 2 x 35 menit 2 jam pelajaran.
Materi yang diajarkan pada siklus II ini adalah tentang membandingkan pecahan sederhana melalui gambar, membandingkan pecahan sederhana
melalui garis bilangan, membandingkan pecahan sederhana menggunakan cara, dan menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pecahan
sederahana. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan yang dibantu oleh observer. Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus
II ini sebagai berikut:
59
1 Pertemuan Keenam Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Senin, 27 Januari 2014,
dimulai pada pukul 08.45 WIB sampai 09.55 WIB. Materi yang dipelajari hari ini adalah membandingkan pecahan sederhana dengan menggunakan
gambar. Siswa yang hadir berjumlah 29 siswa, 1 siswa tidak dapat hadir karena sakit.
Pada kegiatan pendahuluan guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengkondisikan kelas dan menanyakan keadaan siswa.
Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa untuk membandingkan pulpen dan spidol. Guru bertanya “coba kalian perhatikan
spidol dan pulpen ini Manakah yang yang memiliki ukuran lebih besar?” para siswa menjawab dengan serentak “spidol lebih besar daripada pulpen”.
Lalu guru kembali mengajak siswa membandingkan antara pulpen dengan penghapus pensil, guru bertanya “sekarang manakah yang lebih besar, pulpen
atau penghapus?” para siswa pun kembali menjawab “pulpen”. Setelah itu guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran hari ini.
Selanjutnya guru menjelaskan materi pelajaran dengan membagikan 4 lembar kertas origami dengan ukuran yang sama besar kepada 4 orang siswa
R6, R8, R15 dan R19. Guru menginstruksikan mereka untuk membagi kertas origami tersebut. Siswa R6 membagi menjadi 2 bagian sama besar,
siswa R8 membagi 3 bagian sama besar, siswa R15 membagi menjadi 4 bagian sama besar, dan siswa R19 membagi menjadi 6 bagian sama besar.
Setelah itu mereka menempelkannya di papan tulis. Guru mengajak para siswa untuk membandingkan kertas-kertas tersebut, dan bertanya “coba
perhatikan kertas A kertas yang telah dipotong menjadi 2 bagian dan B kertas yang telah dipotong menjadi 4 bagian manakah kertas yang
berukuran lebih besar?” sebagian besar siswa menjawab dengan serentak “kertas A”. Guru kembali bertanya “manakah kertas yang lebih besar antara
kertas C yang telah dibagi menjadi 3 bagian dan D yang telah dibagi menjadi 6 bagian?”, dan para siswa menjawab “kertas C bu, kertas C lebih
besar daripada kertas D”. Lalu guru memberi kesempatan kepada siswa yang
60
berani untuk menuliskan urutan kertas mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar di papan tulis, pada saat itu siswa R29 maju ke depan kelas untuk
menuliskan jawabannya. Kemudian guru membahasnya bersama-sama dan memberi penguatan. Ketika itu sebagian besar siswa dapat memperhatikan
penjelasan guru dengan baik, namun demikian ada beberapa siswa yang bercanda dengan teman-temannya. Hal tersebut membuat suasana belajar
menjadi kurang kondusif. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru segera melakukan ice breaking berupa tepuk diam, dan segera memberitahu siswa
agar dapat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan. Setelah guru merasa bahwa siswa telah paham dengan materi yaang
dijelaskan selanjutnya guru mengadakan permainan Stik Pecahan. Guru membentuk siswa menjadi 7 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa. Sebelum memulai permainan guru menyiapkan alat permainan dan menjelaskan cara bermain Stik Pecahan. Dalam permainan ini
setiap kelompok akan dibagikan beberapa stik pecahan. Stik pecahan tersebut berisi gambar-gambar pecahan sederhana. Masing-masing anggota kelompok
memilih satu buah stik. Dalam waktu sepuluh detik mereka harus berbaris berurutan mulai dari anggota yang memiliki gambar pecahan dengan nilai
terkecil sampai yang terbesar. Bagi setiap anggota kelompok yang dapat berbaris dengan benar maka berhak mendapatkan poin.
Permainan ini dimulai dari kelompok pertama. Seluruh anggota kelompok maju ke depan kelas dan mengambil stik pecahan yang telah
disediakan oleh guru, masing-masing dari anggota memegang 1 buah stik pecahan. Guru memberikan aba-aba untuk memulai permainan, semua
anggota kelompok segera berdiskusi dan membandingkan semua stik yang ada, kemudian mereka segera berbaris berurutan sambil mengangkat stik
pecahan mereka masing-masing. Setelah itu guru mengajak siswa lainnya untuk mengoreksi pekerjaan kelompok tersebut sambil bertanya “anak-anak
apakah stik-stik itu sudah berurutan dengan benar?”. Siswa serentak menjawab “belum bu”. Pada saat itu urutan stik kurang tepat. Siswa R7
memegang urutan stik yang salah. lalu guru memindahkan siswa R7 kedalam
61
urutan yang benar, karena salah maka siswa R7 tidak mendapatkan poin. Permainan pun dilanjutkan sampai seluruh kelompok selesai bermain.
Gambar 4.3 Aktifitas Siswa Bermain Stik Pecahan
Ketika permainan ini berlangsung antusias para siswa cukup tinggi. Saat guru membagikan stik-stik pecahan, mereka dengan semangat berdiskusi
dan segera membentuk barisan. Siswa yang lain pun tidak kalah bersemangat, mereka dengan serius memperhatikan urutan stik pecahan teman-temannya di
depan kelas, dan segera mengoreksi bila ada urutan stik pecahan yang salah. Setelah permainan selesai guru bersama siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti. Selanjutnya guru memberikan
latihan soal sebagai evaluasi pembelajaran. Pada saat itu para siswa terlihat bersungguh-sungguh dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Sebagian
besar siswa tidak mengeluh ketika diberikan LKS, dan mereka sudah cukup dapat mengerjakannya secara mandiri. Setelah semua selesai mengerjakan
guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan lafadzh hamdallah dan memberikan salam.
2 Pertemuan Ketujuh Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Januari 2014,
dimulai pada pukul 07.35 WIB sampai 08.45 WIB. Materi yang dipelajari hari ini adalah membandingkan pecahan sederhana menggunakan garis
bilangan. Siswa yang hadir dalam pertemuan ini berjumlah 28 siswa, 2 siswa tidak dapat hadir karena sakit. Pada kegiatan pendahuluan guru membuka