itu saat ini berada dalam sebuah bangunan kecil tertutup yang berada di tengah tanah lapang dengan dinaungi beberapa pohon beringin besar.
Gambar 11 Watu Gilang Gambar 12 Watu Gatheng
f. Cepuri benteng keraton
Cepuri adalah tembok benteng yang dibuat mengelilingi kompleks kraton. Cepuri Kotagede ini dibangun oleh panembahan Senapati dan selesai
pada tahun 15921593 M. Keseluruhan cepuri sudah tidak utuh lagi dan hanya berupa reruntuhan yang ada di beberapa tempat. Tembok yang tersusun atas
bata dan batu putih ini tebalnya mencapai 120 cm dan pada beberapa tempat
a b
Gambar 13 Sisa-sisa benteng keraton a utara, b selatan. ada yang tingginya mencapai 2 m. Cepuri ini sangat spesifik karena ternyata
denahnya tidak simetris. Tembok keliling ini melengkung di sudut tenggara, sehingga masyarakat menyebutnya Bokong Semar Gambar 13b. Daya tarik
lainnya, pada sisi utara terdapat lubang selebar 1 m yang dipercaya masyarakat sebagai Bobolan Raden Rangga Gambar 13a. Situs ini erat
kaitannya dengan legenda raden Rangga yang dihempaskan oleh ayahnya, Panembahan Senapati, hingga tubuhnya menjebol dinding cepuri.
g. Baluwarti benteng kota
Baluwarti adalah benteng yang mengelilingi kota, dibangun dengan mempertimbangkan kondisi alam Kotagede, antara lain tampak pada sisi barat
dan timur yang masing-masing dibangun mengikuti alur Sungai Gajah Wong dan Sungai Manggisan. Saat ini, keberadaannya secara keseluruhan hanya bisa
diketahui dari sumber sekunder. Sisa benteng hanya terdapat beberapa tempat dalam bentuk reruntuhan Gambar 14. Beberapa sisa batu putih penyusun
baluwarti ada yang dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai bahan bangunan rumah mereka.
Gambar 14 Sisa-sisa benteng kota baluwarti
h. Parit keliling jagang
Kotagede dilengkapi pula dengan jagang parit keliling, di sekeliling cepuri dan baluwarti yang dibangun pertama. Jagang dalam yang mengelilingi
cepuri dibuat selebar 20-30 cm dengan dalam sekitar 1-3 m. Sisa jagang dalam hanya tampak di beberapa tempat, antara lain di sisi barat dan selatan. Jagang
luar dibuat mengikuti alur baluwarti dengan ukuran yang hampir sama dengan jagang dalam. Khusus untuk baluwarti sisi barat dan timur tidak memiliki
jagang buatan karena sudah memanfaatkan jagang alami berupa aliran Sungai Gajah Wong dan Sungai Manggisan. Sisa jagang saat ini hanya bisa dilihat di
beberapa tempat dan sebagian besar telah berubah wajah menjadi persawahan dan pemukiman penduduk di sebelah timur Kompleks Masjid Agung dan
mengisyaratkan bahwa di lokasi kampung itu berada dahulu merupakan sebuah alun-alun Kraton Kotagede Gambar 15. Namun, tidak ada tanda-
tanda fisik lagi yang tersisa dan berganti dengan pemukiman penduduk yang cukup padat.
Gambar 15 Jagang yang telah direnovasi menjadi saluran drainase
i. Pasar Gede