Lanskap Sejarah Sebagai Obyek Wisata Sejarah Wisata Sejarah

merusak keutuhan atau merusak nilai historisnya. Tetapi tindakan ini memiliki kekurangan karena dapat memberikan andil terhadap kemungkinan hilang atau terhapusnya arti dan nilai sejarah dari lanskap dalm sistem budaya tersebut. 10. Replacement Merupakan tindakan subtitusi atas suatu komuniti biotik dengan lainnya. Misalnya adalah penggunaan jenis tanaman penutup tanah ground cover yang dapat menampilkan bentukan lahan, contoh yang lain adalah subtitusi spesies dengan spesies yang berkarakter sama pada taman-taman barat. Hal yang sama tidak dapat dilakuan pada taman timur karena taman timur memiliki nilai spiritual sehingga tidak dapat disubtitusikan atau digantikan dengan spesies lain. Sedangkan menurut Harvey dan Buggey 1988, beberapa tindakan yang perlu dilakukan terhadap lankap bersejarah adalah : 1. Preservasi, yaitu mempertahankan tapak sebagaimana adanya tanpa memperkenankan adanya tindakan perbaikan dan perusakan pada obyek. Campur tangan rendah. 2. Konservasi, yaitu tindakan pelestarian untuk mencegah kerusakan lebih jauh dengan campur tangan secara aktif 3. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki lanskap ke arah standar-standar modern dengan tetap menghargai dan mempertahankan karakter-karakter sejarah 4. Restorasi, yaitu meletakkan kembali seakurat mungkin apa yang semula terdapat pada tapak 5. Rekonstruksi, yaitu menciptakan kembali apa yang dulunya ada tetapi sudah tidak ada lagi pada tapak 6. Meletakkan apa yang sesuai pada suatu periode, skala, penggunaan, dan seterusnya.

2.4. Lanskap Sejarah Sebagai Obyek Wisata Sejarah

Upaya pelestarian lanskapobyek sejarah dapat dilakukan dengan memanfaatkan lanskap sejarah tersebut untuk kesejahteraan masyarakat namun tetap menjaga karakter sejarahnya. Menurut Goodchild 1990, lanskap sejarah penting untuk dilestarikan karena keberadaan lanskap sejarah dapat dikunjungi, dipelajari, diteliti, dan didiskusikan serta dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata sejarah. Keberadaannya dapat memberikan kesenangan bagi banyak orang. Lanskap sejarah dapat dijadikan tempat untuk bersantai, rileks, rekreasi dan membangkitkan semangat dan dalam kepentingan ekonomi dapat mendorong peningkatan kepariwisataan. Yoeti 1997 menyatakan bahwa obyek wisata berupa monument dan bangunan bersejarah serta tempat-tempat bersejarah dapat menjadi daya tarik bagi seseorang untuk berkunjung ke suatu tempat. Selanjutnya Yoeti juga menyatakan bahwa biaya yang besar untuk perbaikan, pemeliharaan, restorasi, dan pengembangn obyek serta atraksi wisata, dapat diperoleh dari kegiatan wisata.

2.5. Wisata Sejarah

Wisata sejarah adalah suatu kegiatan wisata di kawasan bersejarah terutama menelusuri benda-benda hasil karya manusia pada masa lalu, baik benda yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Obyek peninggalan sejarah tidak hanya terbatas pada bentuk fisik tetapi juga termasuk di dalamnya aspek sosial masyarakat yang bersangkutan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tk. I Bali dan Univ. Udayana, 1989, dalam Maryanti 2001. Dalam Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990 Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait disebut kepariwisataan dan yang dimaksud obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Pada Bab 3 Pasal 4 UU RI No. 9 Tahun 1990 dijelaskan bahwa obyek dan daya tarik wisata yang berkaitan dengan pengembangan wisata sejarah adalah hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, dan peninggalan sejarah. Sedangkan menurut Wiwoho, Pudjiwati, dan Himawati 1990, wisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Motivasi dari kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, kepentingan sosial, maupun kepentingan lain yang bersifat sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, maupun untuk belajar. MacKinnon et al 1986 dalam Wulandari 2002 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat suatu kawasan menarik bagi pengunjung, yaitu : 1. Letakjarak kawaan terhadap kota 2. Aksesbilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman 3. Keaslian, keistimewaankekhasan kawasan 4. Atraksi yang menonjol di kawasan tersebut, misalnya atraksi yang berkaitan dengan kegiatan religi dan budaya 5. Daya tarik dan keunikan serta penampilan kawasan 6. Fasilitas, sarana, dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi wisatawan. Suatu daerah tujuan wisata yang berkembang baik akan memberikan dampak positif bagi daerah yang bersangkutan, hal ini terkait dengan penyediaan lapangan pekerjaan yang cukup luas bagi penduduk di sekitarnya Yoeti, 1997.

2.6 Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata