Tabel 23 Program Wisata dan Pelestarian
Program Tujuan
Pelaksana Sasaran
Pelestarian
Implementasi peraturan
perlindungan kawasan cagar
budaya Menertibkan segala
aktivitas pelestarian kawasan dengan
peraturan dan kebijakan yang ada
Pemprov setempat Seluruh pengguna kawasan dan para
stake holder
Penyuluhan dan sosialisasi tentang
pelestarian kawasan Masyarakat
setempat dan wisatawan dapat
menyadari pentingnya dari
keberadaan kawasan Pemprov dan
yayasan pengelola Masyarakat setempat
dan wisatawan
Restorasi dan rekonstruksi situs
maupun bangunan sejarah pada
kawasan Melestarikan situs
maupun bangunan sejarah yang telah
rusak untuk menambah nilai
interpretasi Pemprov setempat Objek sejarah dan
budaya
Wisata
Promosi dan informasi tentang
wisata pada kawasan
Menarik minat dan kunjungan
wisatawan yang banyak dengan
menginformasikan nilai keberadaan
kawasan dan aktivitas wisata yang
dapat dilakukan Dinas pariwisata,
yayasan pengelola, dan
masyarakat setempat
Wisatawan lokal dan mancanegara
Penyuluhan dan pelatihan tentang
peluang ekonomi dari aktivitas wisata
pada kawasan Pemahaman
masyarakat setempat tentang peluang
ekonomi dalam aktivitas wisata pada
kawasan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka
Dinas pariwisata dan yayasan
pengelola Masyarakat setempat
Pelatihan pemandu wisata
Menambah kualitas aktivitas wisatawan
selama berada dalam kawasan serta
menambah peluang pekerjaan bagi
masyarakat setempat Dinas pariwisata
dan yayasan pengelola
Masyarakat setempat
Gambar 60 Site Plan
Gambar 61 Detail Spot
Gambar 62 Ilustrasi pada objek wisata cepuri
Gambar 63 Ilustrasi pada objek wisata pemandian sendang
Gambar 64 Ilustrasi pada Jalan Kemasan
Gambar 65 Ilustrasi area parkir
VII . KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pada KCB Kotagede dapat diidentifikasi tatanan lanskap sejarah pada masa Kerajaan Mataram Islam. Hal ini dapat dilihat dari bukti fisik yang berupa
sisa-sisa elemen tatanan kerajaan, seperti Masjid Besar Mataram, Komplek Makam Kerajaan, Komplek pemandian, Pasar Gede, benteng keraton cepuri, dan
benteng keliling kerajaan baluwarti. Letak elemen-elemen pada lanskap Kerajaan Mataram Islam seperti tatanan kerajaan di Pulau Jawa pada umumnya,
yaitu memusatkan kota pada sebuah alun-alun Catur Gatra Tunggal. Adapun kondisi dari elemen-elemen sebagian besar masih terjaga dengan baik, kecuali
cepuri dan baluwarti, kondisi benteng ini sudah tidak utuh lagi, hanya berupa reruntuhan ataupun potongan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kondisi kawasan secara keseluruhan, maka potensi untuk pengembangan suatu kegiatan wisata dapat
dilakukan pada KCB Kotagede ini. Terdapat banyak objek sejarah maupun budaya yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Objek wisata tersebut berupa
bangunan peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Islam yang dapat dimanfaatkan untuk wisata sejarah, atraksi kesenian khas Kotagede yang dapat mewakili wisata
budaya dan pusat pertokoan kerajinan perak untuk melakukan wisata belanja. Masih terdapat pula objek wisata yang belum dikembangkan potensinya, seperti
keberadaan elemen pembentuk Kraton Kerajaan Mataram Islam lainnya, Rumah Kalang, dan Langgar Tua yang dapat menyatukan interpretasi dalam kegiatan
wisata sejarah, yang mengakibatkan wisatawan belum mengetahui daya tarik dari objek wisata tersebut, sehingga mereka tidak mengunjunginya. Pada kawasan ini
belum memiliki zonasi untuk pelestarian lanskap sejarah, maka dibutuhkan konsep pengembangan untuk pelestarian dan kegiatan wisata yang dapat
diterapkan pada kawasan ini. Adapun konsep pengembangan kawasan yang diusulkan adalah
menciptakan lanskap wisata sejarah yang mendukung interpretasi pengetahuan tentang perkembangan KCB Kotagede sejak jaman Kerajaan Mataram Islam
sampai terbentuknya KCB Kotagede sebagai pusat penghasil kerajinan perak, serta menciptakan suatu kawasan wisata yang memberikan kenyamanan kepada
wisatawannya. Konsep tersebut kemudian dikembangkan dengan penentuan zonasi untuk pelestarian dan zonasi untuk wisata. Zonasi pelestarian area yang
diciptakan untuk melindungi keberadaan objek sejarah yang ada pada kawasan. Zonasi wisata diciptakan untuk membagi ruang pada kawasan sesuai dengan
aktivitas wisata yang dapat dilakukan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa perencanaan lanskap wisata
pada KCB Kotagede. Perencanaan lanskap tersebut mencakup rencana ruang, rencana interpretasi, rencana sirkulasi, rencana fasilitas, dan rencana tata hijau.
7.2 Saran
1. Disarankan adanya studi lebih lanjut pada KCB Kotagede ini untuk
menghasilkan perancangan lanskap yang lebih detail agar perencanaan lanskap ini dapat diimplementasikan.
2. Peningkatan kerjasama yang lebih efektif antara yayasan pengelola,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, serta peran masyarakat setempat dalam meningkatkan pelestarian kawasan sebagai lanskap sejarah dan
budaya. 3.
Perencanaan lanskap ini dapat direkomendasikan kepada pemerintah daerah untuk bahan pertimbangan dalam kegiatan pengembangan KCB
Kotagede sebagai kawasan wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. New York: Mc Graw-Hill Book Co [Depbudpar] Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2001. Pedoman Obyek dan
Daya Tarik Wisata Andalan. Direktorat Jenderal Pengembangan Produk Pariwisata. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co, Inc
Goodchild PH. 1990. Some Principle For the Conservation of Historic Landscapes. University of New York. 58p
Gubernur DI Yogyakarta. 2008. Peraturan Gubernur Daerah DI Yogyakarta Nomor 75 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pembinaan
Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta
Harris CW, Dines NT. 1988. Time Saver Standard for Landscape Architecture. New York: Mc Graw-Hill Inc
Harvey, R. R. and S. Buggey. 1988. Historic Landscape section 630. Di dalam : C. W. Harris and N. T. Dines, editor. Time Saver Standards For
Landscape Architecture. New York: Mc Graw-Hill Book Co Ismail Alwi. 2005. Saujana Budaya Kotagede. Yogyakarta: Green Map
Jogja Heritage Society. 2007. Pedoman Pelestarian Bagi Pemilik Rumah. Jakarta: UNESCO
MacKinnon JK, G.C. MacKinnon, and J. Thorsell. 1986. Managing Protected Areas in the Tropic. Switzerland: Internasional Union for the Concervation
of the Nature and Resuorces. Maryanti, E.S. 2001. Pemberdayaan Lanskap Bersejarah dalam Menunjang
Pariwisata Kota Bukit Tinggi. Skripsi. Bogor: Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. tidak
untuk dipublikasikan
Nurisjah S, Pramukanto Q. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor: Program Studi Arsitektur
Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. tidak untuk dipublikasikan
Nurisjah S. 2009. Penuntun Perencanaan Lanskap. Bogor. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. tidak untuk dipublikasikan
Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta. 2005. Peraturan Daerah Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang Pengelolaan Kawasan Cagar
Budaya dan Benda Cagar Budaya dan Penjelasannya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DI Yogyakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Direktorat