Rencana dan Kebijakan Pengembangan

Kepentingan Sinkronisasi Program Pelestarian dan Pengelolaan KCB Kotagede di Gedung PIP2B Prov DIY 19 Agustus 2009 memiliki konsep pengembangan bahwa KCB Kotagede ini akan direncanakan sebagai ‘ikon’ Pusat Seni dan Kerajinan Yogyakarta di Kawasan Selatan Yogyakarta dan dalam merealisasikan rencana tersebut dibutuhkan beberapa program yang dapat mendukung perencanaan tersebut, yaitu: City Beautification 1. Revitalisasi kawasan Kotagede dilakukan dengan pengembalian rancangan fasade Pasar Kotagede pada desain masa lalu. Upaya ini sebagai pengungkapan ekspresi kawasan ‘tempo doeloe’ yang tetap eksis dan tetap mempunyai fungsi ekonomi hingga saat kini. 2. Potensi genious loci karakter kawasan ini dipertegas dengan pembangunan landmark tetenger berupa rancangan gate pintu masuk kawasan yang memberi impresi kawasan khas bersejarah yang mempunyai nilai sosial- kultural-historis. Rancangan gate dipadu dengan penerangan lighting yang atraktif serta papan informasi penunjuk entry kawasan untuk mempertegas batas delineasi kawasan dan atmosfir spasial kawasan. Pembangunan Kewilayahan yang dikaitkan dengan Strategi Kebijakan 1. Meningkatkan fungsi kampung sebagai tempat berinteraksi masyarakat melalui penyediaan ruang terbuka, penghijauan dan pertamanan. 2. Meningkatkan kerjasama dengan daerah tetangga dalam pengembangan kawasan perkotaan. 3. Kerjasama antar kota – kabupaten dalam kebijakan perencanaan spasial dan fisik infratsruktur pengembangan kawasan perbatasan Kawasan Kotagede Pembangunan Kewilayahan Berbasis Kampung 1. Pada aspek sejarah, pembentukan kewilayahan dimulai dari keberadaan kampung 2. Dalam setiap penyelenggaraan pembangunan keberadaan kampung tetap dipertahankan 3. Menjadikan kampung sebagai tempat interaksi yang utuh bagi warganya Meningkatkan Peran Masyarakat 1. Komitmen warga masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lain untuk secara strategis dan terpadu mengembangkan kawasan Kotagede sebagai pusaka budaya dan spasial. 2. Komitmen untuk mempertahankan keberadaan kawasan Kotagede khususnya dan Kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan menjadi bagian warisan kebudayaan dunia. Tabel 15 Hasil Analisis Tapak Data Analisis Sintesis Potensi Kendala Pemanfaatan Potensi Pemecahan Kendala Sejarah Kondisi lanskap Elemen utama pembentuk keraton Kerajaan Mataram Islam masih ada, kecuali alun- alun yang sudah menjadi sebuah kampung dan cepuri, hanya terdapat pada beberapa tempat saja. KCB Kotagede telah menjadi kawasan pemukiman yang cukup padat, suasana sebuah ibukota kerajaan sudah tidak ada. Memanfaatkan peninggalan tersebut sebagai objek wisata tanpa mengadakan aktivitas yang dapat mengganggu atau merusak keberadaan objek tersebut Melakukan restorasi, renovasi, rehabilitasi, maupun konservasi pada kondisi lanskap untuk memperkuat bukti kesejarahan kawasan sebagai ibukota kerajaan Pelestarian lanskap sejarah Komplek Makam Raja- Raja Mataram terlah terdaftar sebagai BCB Masih terdapat beberapa objek sejarah yang bernilai penting tetapi belum termasuk BCB Menentukan zonasi untuk pelestarian BCB yang terdiri dari mintakat inti, penyangga, dan pengembangan Memberikan penilaian terhadap objek sejarah lainnya agar dapat diajukan sebagai BCB, karena objek tersebut masih dalam satu kesatuan dengan BCB yang ada. Fisik Lokasi dan aksesibilitas Lokasi mudah dijangkau dan memiliki aksesbilitas dari beberapa arah Pada salah satu akses memiliki kesulitan dalam angkutan umum jarang lewat Akses yang telah ada tetap dipertahankan dan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk jalur wisata Dapat memanfaatkan akses yang yang mudah dalam hal angkutan umum Iklim Jika dilihat dari kondisi mikroklimatnya, kawasan dapat dikatakan nyaman dan dapat direncanakan sebagai lanskap wisata Radiasi matahari pada kawasan terasa sangat terik karena masih kurangnya vegetasi yang dapat dimanfaatkan sebagai peneduh Mempertahankan kondisi saat ini juga mencari potensi lainnya dari kawasan untuk dapat menambah kenyamanan Menambah penanaman pohon peneduh yang dapat menurunkan suhu juga menambah kenyamanan pengguna Kepariwisataan Wisatawan Kunjungan wisatawan cukup tinggi, terutama pada hari libur atau musim liburan Masih kurangnya pengetahuan wisatawan mengenai objek wisata sejarah Kunjungan wisata saat ini tetap dipertahankan dan mengoptimalkan pemanfaatan kawasan dengan memperhitungka n daya dukungnya Menambah pengetahuan wisatawan melalui media informasi berupa buklet yang berisi tentang objek dan atraksi wisata sejarah Objek dan Atraksi wisata Lanskap peninggalan Kerajaan Mataram Islam, objek sejarah pendukung, dan atraksi kesenian masyarakat setempat Belum adanya perencanaan wisata yang optimal sehingga dapat menyatukan potensi-potensi wisata yang ada, terutama yang terkait dengan wisata sejarah Melakukan zonasi pada kawasan yang bertujuan untuk menjaga dan melestarikan nilai sejarahnya, sehingga akan didapatkan program wisata serta pelestariannya Menghubungkan keterkaitan antara beberapa objek wisata juga dengan atraksi keseniannya, sehingga akan dihasilkan perencanaan wisata dalam satu program Fasilitas wisata Fasilitas wisata yang telah ada berupa sign, alat transportasi, dan layanan umum wisata lainnya Belum terdapat sarana interpretasi yang memadai dan kurangnya jumlah layanan umum wisata yang dapat mengakomodasi pengunjung Fasilitas wisata yang ada agar lebih ditata lagi hingga dapat dimanfaatkan oleh wisatawan secara optimal Menciptakan sarana interpretasi pada kawasan juga menambah jumlan layanan umum wisata yang disesuaikan dengan jenis aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung, serta diimbangi dengan pengelolaan yang baik Aktivitas wisata Aktivitas wisata yang dilakukan pengunjung masih sesuai dengan tujuan utama dalam konsep pariwisata kawasan Kurang beragamnya aktivitas wisata sejarah karena kurangnya informasi tentang potensi tempat yang jarang dikunjungi Mengembangkan aktivitas wisata yang ada dengan tetap berorientasi pada tujuan utama konsep wisata sejarah Mengarahkan wisatawan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata dengan cara membuat paket wisata yang dapat diminati Jalur sirkulasi Terdapat fasilitas berupa jalan aspal, pedestrian, Ketika pengunjung yang datang cukup banyak, Pengelolaan jalur sirkulasi lebih dikembangkan lagi agar Membuka jalur alternatif khusus untuk wisatawan sehingga tidak maupun jalan setapak biasanya mengakibatkan kemacetan lokal pengunjung merasa nyaman dalam melakukan aktivitas wisata menggangu jalur sirkulasi masyarakat umum Organisasi dan Kelembagaan Dukungan dari pemerintah dan masyarakat lokal dalam melakukan pengembangan kawasan Terdapat kendala dalam kerjasama pengembangan kawasan antara pemerintah Kota Yogayakarta dan Kabupaten Bantul, yaitu perbedaan prioritas Kerjasama antar pemerintah juga dengan masyarakat lokal lebih ditingkatkan lagi Melakukan musyawarah antara pemerintah, pengelola dan masyarakat untuk memecahkan kendala yang ada

V. KONSEP PENGEMBANGAN

5.1. Pengembangan Wisata

Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya KCB dan Benda Cagar Budaya BCB bab IX pasal 28 ayat 1 bahwa pada dasarnya setiap KCB dan BCB dapat diarahkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, ilmu pengetahuan, dan atau kebudayaan. Kemudian setelah dilakukan analisis pada KCB Kotagede ini, potensi pengembangan yang akan direncanakan dalam penelitian ini adalah pengembangan pada bidang pariwisata, khususnya sebagai wisata sejarah dan budaya. Pada pengembangan wisata sejarah dapat dilakukan aktivitas wisata berupa pemahaman mengenai sejarah kawasan, mulai sejak pembentukannya hingga perkembangan kawasan yang telah menjadi pusat penghasil kerajinan perak. Pemahaman tersebut dapat wisatawan lihat dari objek wisata yang berupa bangunan peninggalan yang masih adautuh ataupun sisa-sisa dari bangunan yang telah rusak. Untuk lebih memantapkan pemahaman wisatawan maka diperlukan pula fasilitas interpretasi yang memadai. Jika dari segi wisata budaya, aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah memahami kebudayaan kawasan dengan melihat gaya arsitektur bangunan, pola pemukiman, budaya masyarakat setempat melalui pertunjukkan seni yang dimiliki sejak masa lalu, juga adat istiadat yang berlaku di kawasan sejak dulu. Diharapkan setelah melihat budaya kawasan secara keseluruhan, pengetahuan dan pengalaman wisatawan dapat bertambah. Pengembangan wisata pada kawasan saat ini dari pihak pemerintah masih belum optimal, yaitu kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya nilai sejarah dan budaya yang dimiliki KCB Kotagede ini terhadap masyarakat umum dan lokal juga pengelolaan secara langsung pada kawasan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya pengetahuan masyarakat umum mengenai nilai sejarah kawasan, sehingga ketika melakukan aktivitas wisata pada kawasan, wisatawan hanya mengunjungi objek wisata tertentu saja. Jika hanya seperti itu saja, maka akan sangat disayangkan, karena sebenarnya kawasan masih mempunyai potensi wisata yang lebih menarik lagi. Sedangkan untuk masyarakat lokal, masih banyak yang belum mengetahui bahwa kawasan maupun bangunan Rumah Joglo yang mereka miliki bernilai sejarah maupun budaya, jadi ada beberapa diantara mereka merubah dan kurang merawat keaslian bangunan tersebut. Selain itu, pihak pemerintah masih kurang kerjasama dengan yayasan pengelola kawasan dalam melestarikan kawasan, sehingga masih terdapat BCB yang kurang diperhatikan karena terlalu besarnya dana yang harus dikeluarkan oleh yayasan. Untuk dapat menyelaraskan pengembangan wisata, diperlukan pula upaya pelestarian dari kawasan tersebut. Upaya pelestarian ini dilakukan agar dapat tetap menjaga keaslian maupun keamanan dari objek wisata itu sendiri, kesejahteraan masyarakat akan meningkat, dan lingkungan pun tidak akan terganggu. Jika pengembangan wisata berorientasi pada upaya pelestarian tersebut, maka aktivitas wisata pada kawasan ini akan berkembang secara berkelanjutan.

5.2. Kebutuhan Ruang Pelestarian dan Wisata

KCB Kotagede yang memiliki nilai sejarah dan budaya ini cukup penting untuk dilestarikan. Pelestarian yang dapat dilakukan adalah mengembangkan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata sejarah. Hal ini dapat dilihat dari potensi kawasan yang memiliki bangunan bersejarah peninggalan jaman Kerajaan Mataram Islam. Dalam upaya pengembangan KCB Kotagede sebagai kawasan wisata sejarah, maka dibutuhkan pembagian ruang yang dapat membedakan antara kawasan perlindungan dan aktivitas wisata. Dengan begitu, diharapkan dalam pengembangan kawasan tidak terjadi kesalahan yang tidak sesuai dengan konsep pelestarian KCB maupun BCB.

5.2.1. Kebutuhan Ruang Pelestarian

Konsep pelestarian KCB maupun BCB lebih menitikberatkan pada upaya perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatannya. Maka dalam pengembangan KCB Kotagede sebagai kawasan wisata sejarah akan mengambil salah satu konsep pelestarian, yaitu pemanfaatan kawasan. Tetapi hal ini tidak dapat mengabaikan kedua konsep lainnya, karena dalam pemanfaatan tersebut tetap harus dilakukan upaya perlindungan dan pemeliharaan juga untuk menjaga nilai sejarah yang dimiliki kawasan tersebut. Dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan KCB dan BCB bab IX pasal 28 ayat 2 mengatakan bahwa pengembangan KCB dapat berupa penataan zona inti, zona penyangga, dan pentaan zona penunjang. Penataan area tersebut dikelompokkan menjadi tiga gradasi Gambar 42 dan 44 agar memiliki fungsi sebagai berikut : a. Berfungsi sebagai ruang pengaman inti mintakat inti. Area ini merupakan tempat beradanya BCB yang memiliki nilai penting dan objek utama yang harus dilestarikan. b. Berfungsi sebagai ruang penyangga mintakat penyangga. Area ini merupakan kawasan yang memperkuat karakteristik mendekati zona inti dan atau dapat berfungsi sebagai penyangga untuk mencegah kerusakan zona inti akibat tekanan dari luar. c. Berfungsi sebagai ruang penunjang mintakat pengembangan untuk mengakomodasi kegiatan pendukung. Area ini dimanfaatkan untuk kawasan pendukung mintakat inti dan mintakat penyangga yang dapat dilakukan kegiatan pengembangan wisata. Gambar 42 Kebutuhan ruang pelestarian Adapun tujuan dari pelaksanaan penataan ruang KCB atau area BCB yang sesuai dengan Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan KCB dan BCB bab X pasal 29 ayat 1 adalah : a. Mengamankan keberadaan dan kelestarian KCB dan BCB