tanda fisik lagi yang tersisa dan berganti dengan pemukiman penduduk yang cukup padat.
Gambar 15 Jagang yang telah direnovasi menjadi saluran drainase
i. Pasar Gede
Pasar Kotagede ini sudah ada sejak wilayah ini dibuka oleh Ki Ageng Pemanahan pada abad XVI M dan diduga kuat masih berada di tempatnya
yang asli sejak dulu. Pasar Kotagede adalah salah satu wilayah yang diurus bersama-sama oleh pihak Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta
sejak Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Pasar ini telah mengalami beberapa kali renovasi, sehingga wajahnya telah berubah menjadi seperti pasar pada
umumnya Gambar 16a dan 16b. Pasar Kotagede dibuka setiap hari dan puncaknya pada hari pasaran Legi. Pada hari pasaran Legi, situasi di pasar
macet total, karena banyaknya pedagang dari beberapa tempat yang berjualan hingga ke badan jalan, terutama pedagang burung.
a b
Gambar 16 Suasana Pasar a timur, b barat
4.1.3. Analisis Kesesuaian Lahan untuk Pelestarian
Hasil analisis secara skoring Tabel 4 menilai setiap elemen sejarah menurut beberapa kriteria yang dapat menunjukkan nilai kepentingan elemen
tersebut untuk dilestarikan. Kriteria tersebut terdiri dari keaslian, keunikankelangkaan, nilai sejarah, keutuhan, estetika, kejamakan dan
keistimewaan. Hasil analisis secara spasial Gambar 17 mencari pembagian kawasan
untuk pelestarian berdasarkan hasil overlay antara peta KCB Kotagede dengan peta kawasan Kerajaan Mataram Islam.
Dari hasil kedua analisis di atas maka kesesuaian kawasan untuk kegiatan pelestarian dibagi menjadi tiga zona yaitu kawasan yang bernilai tinggi, sedang
dan rendah Gambar 18. Pembagian zona ini didasarkan pada letak keberadaan elemen sejarah. Zona yang bernilai tinggi adalah kawasan yang di dalamnya
terdapat elemen utama kerajaan yang disebut Catur Gatra Tunggal, yaitu Komplek Makam Raja-Raja Mataram, Pasar Gede, Kampung Alun-Alun dan Kampung
Dalem tapak yang dahulu pernah didirikan keraton. Zona yang bernilai sedang merupakan kawasan yang dahulunya adalah kawasan kerajaan yang dikelilingi
oleh baluwarti benteng kota. Sedangkan zona yang bernilai rendah merupakan kawasan yang dahulunya bukan termasuk pada kawasan kerajaan di luar
baluwarti.