1. Perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya dilakukan dengan
cara penyelamatan, pengamanan, perawatan, dan pemugaran. 2.
Kepentingan perlindungan cagar budaya dan situs diatur batas-batas situs dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan.
3. Batas-batas situs dan lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2 ditetapkan dengan sistem pemintakatan zoning yang terdiri dari mintakat inti, penyangga, dan pengembang.
Sistem pemintakatan zoning yang dimaksud adalah penentuan wilayah mintakat situs dengan batas mintakat yang penentuannya disesuaikan dengan
kebutuhan benda cagar budaya yang bersangkutan untuk tujuan perlindungan. Sistem pemintakatan dapat terdiri dari mintakat inti atau mintakat cagar budaya
yakni lahan situs, mintakat penyangga yakni lahan di sekitar situs yang berfungsi sebagai penyangga bagi kelestarian situs, dan mintakat pengembangan yakni
lahan di sekitar mintakat penyangga atau mintakat inti yang dapat dikembangkan untuk difungsikan sebagai sarana sosial, ekonomi, dan budaya yang tidak
bertentangan dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya dan situsnya. Hal mengenai pembinaan dan pengawasan diantaranya dijelaskan dalam
Bab 6 Pasal 41 sebagai berikut : 1.
Menteri bertanggung jawab atas pembinanaan terhadap pengelolaan BCB 2.
Pembinaan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi : a
Pembinaan terhadap pemilik atau yang mengasai BCB berkenaan dengan tata cara perlindungan, pemeliharaan, dan pemanfaatannya
b Pembinaan peran serta masyarakat dalam upaya pelestarian
3. Pembinaan dapat dilakukan melalui :
a Bimbingan dan penyuluhan
b Pemberian bantuan tenaga ahli atau bentuk lainnya
c Peningkatan peran serta masyarakat
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan pengelolaan BCB diatur oleh
Menteri.
2.3. Pelestarian Lanskap Sejarah
Menurut Nurisjah dan Pramukanto 2001 Pelestarian lanskap sejarah dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi
peninggalan atau sisa-sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai dari
berbagai perubahan negatif atau merusak keberadaannya atau nilai yang dimilikinya. Upaya ini bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan
masyarakat yang lebih baik berdasarkan kekuatan aspek-aspek budaya lama, dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif,
berkelanjutan, serta juga merencanakan program partisipasi dengan memperhitungkan estimasi ekonomi.
Goodchild 1990 mengatakan bahwa lanskap sejarah perlu dilestarikan karena memiliki arti penting sebagai berikut :
1. Menjadi bagian penting dan bagian integral dari warisan budaya cultural
heritage 2.
Menjadi bukti fisik dan arkeologis dari sejarah warisan budaya tersebut 3.
Memberi konstribusi bagi keberlanjutan pembangunan kehidupan berbudaya
4. Memberi konstribusi bagi keanekaragaman pengalaman yang ada
5. Memberikan suatu kenyaman publik public amenity
6. Memiliki nilai ekonomis dan dapat mendukung pariwisata
Pelestarian lanskap sangat penting, menurut Nurisjah dan Pramukanto 2001 tujuan pelestarian lanskap terkait dengan aspek budaya dan sejarah secara
lebih spesifik adalah untuk : 1.
Mempertahankan warisan budayasejarah yang memiliki karakter spesifik suatu kawasan
2. Menjamin terwujudnya ragam kontras yang menarik dari suatu areal atau
kawasan tertentu yang relatif modern akan memiliki kesan visual dan sosial yang berbeda
3. Memenuhi kebutuhan psikis manusia, untuk melihat dan merasakan
eksistensi dalam alur kesinambungan masa lampau, masa kini, masa depan yang tercermin dalam obyekkarya tamanlanskap untuk selanjutnya
dikaitkan dengan harga diri, percaya diri, dan sebagai identitas diri suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu
4. Menjadikan motivasi ekonomi, peninggalan budaya dan sejarah memiliki
nilai yang tinggi apabila dipelihara dengan baik, terutama dapat mendukung perekonomian kotadaerah bila dikembangkan sebagai
kawasan tujuan wisata cultural and historical type of tourism
5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dan identitas dari suatu
kelompok masyarakat tertentu Secara lebih spesifik dalam kaitannya dengan lanskap, Harris dan Dines
1988 mengajukan empat hal utama tujuan tindakan preservasi untuk pelestarian lanskap sejarah ini, yaitu :
1. Menyelamatkan karakter estetik dari suatu areal, wilayah, atau property
2. Mengkonservasi sumberdaya
3. Memfasilitasi pendidikan lingkungan
4. Mengakomodasi perubahan-perubahan keutuhan akan hunian, baik yang
terdapat dalam kawasan perkotaan, di tepi kota, maupun di kawasan pedesaan.
Selanjutnya Nurisjah dan Pramukanto 2001 juga mengemukakan beberapa pilihan bentuk tindakan teknis yang umumnya dilakukan dalam upaya
pengelolaan lanskap bersejarah, yaitu sebagai berikut : 1.
Adaptive use penggunaan adaptif Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasi
berbagai penggunaan, kebutuhan, dan kondisi masa kini. Kegiatan model ini memerlukan pengakjian yang cermat dan teliti terhadap sejarah,
penggunaan, pengelolaan dan faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan lanskap tersebut. Pendekatan ini akan memperkuat arti
sejarah dan mempertahankan warisan sejarah yang terdapat pada lanskap itu dan mengintegrasikannya dengan kepentingan, penggunaan, dan
kondisi sekarang yang relevan. 2.
Rekonstruksi Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik secara keseluruhan atau
sebagian dari tapak asli, yang dilakukan pada kondisi : • Tapak tidak dapat bertahan lama pada kondisi yang asli atau mulai
hancur karena faktor alam • Suatu babakan sejarah tertentu yang perlu untuk ditampilkan
• Lanskap yang hancur sama sekali sehingga tidak terlihat seperti
kondisi awalnya • Alasan kesejarahan yang harus ditampilkan
Pendekatan ini dapat diterapkan bila memenuhi syarat :
• Tidak terdapat lagi peninggalan bersejarah, baik yang disebabkan karena hilang, hancur, rusak, atau berubah
• Data sejarah, arkeologi, etnografis, dan lanskap memungkinkan pelestarian dapat dilakukan secara akurat dengan persyaratan
minimal • Rekonstruksi dilakukan pada lokasi tapak asli original site
• Tindakan yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap sumberdaya lain • Alternatif kebijakan dan studi kelayakan sudah dipertimbangkan
dan pilihan alternatif dilakukan sejauh hanya untuk kepentingan tertentu, yaitu agar dapat memperlihatkan kepada masyarakat akan
suatu makna sejarah dan meningkatkan apresiasi terhadap nilai tersebut.
3. Rehabilitasi
Merupakan tindakan untuk memperbaiki utilitas, fungsi, atau penampilan suatu lanskap bersejarah. Pada kasus ini, keutuhan lanskap dan
struktursusunannya secara fisik dan visual serta nilai yang terkandung harus dipertahankan. Tindakan ini dilakukan dengan pertimbangan
terhadap kenyamanan, lingkungan, sumber daya alam, dan segi administratif.
4. Restorasi
Merupakan model pelestarian yang paling konservatif, yaitu pengembalian penampilan lanskap pada kondisi aslinya dengan upaya mengembalikan
penampilan sejarah dari lanskap ini sehingga apresiasi terhadap karya lanskap ini tetap ada. Tindakan ini dilakukan melalui penggantian atau
pengadaan elemen yang hilang atau yang tidak ada, atau menghilangkan elemen tambahan yang mengganggu. Tindakan ini dapat dilakukan secara
keseluruhan murni atau hanya sebagian. 5.
Stabilisasi Merupakan tindakan dalam melestarikan lanskap atau objek yang ada
dengan memperkecil pengaruh negatif terhadap tapak.
6. Konservasi
Merupakan tindakan yang pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu lanskap bersejarah dari kehilangan atau pelanggaran atau pengaruh
yang tidak tepat. Tindakan ini bertujuan untuk melestarikan apa yang ada saat ini, mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah
penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan perkembangan di masa depan, tindakan ini juga
bertujuan untuk memperkuat karakter spesifik yang menjiwai lingkungantapak dan menjaga keselarasan antara lingkungan lama dan
pembangunan baru mendekati perkembangan aspirasi masyarakat. Dasar tindakan yang dilakukan, umumnya adalah hanya untuk tindakan
pemeliharaan. 7.
Interpretasi Merupakan usaha pelestarian mendasar untuk mempertahankan lanskap
aslialami secara terpadu dengan usaha yang dapat menampung kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang akan dihadapi masa ini
dan yang akan datang. Pendekatan pelestarian dengan tindakan interpretasi ini mecakup pengkajian terhadap tujuan desain dan juga penggunaan
lanskap sebelumnya. Desain yang baru haruslah mampu untuk memperkuat integritas nilai historis lanskap ini dan pada saat yang
bersamaan juga mengintegrasikannya dengan program kegiatan tapak yang diintroduksikan.
8. Period setting, replikasi dan imitasi
Merupakan tindakan penciptaan suatau tipe lanskap pada tapak tertentu yang non original site. Tindakan ini memerlukan adanya data dan
dokumentasi yang dikumpulkan dari tapak serta berbagai pengkajian akan sejarah tapaknya sehingga pembangunan lanskap tersebut akan sesuai
dengan suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya rencana baru. Penerapannya, umumnya tidak secara luas tetapi hanya untuk situasi atau
kasus tertentu. 9.
Release Merupakan tindakan pengelolaan yang memperbolehkan adanya suksesi
alam yang asli. Misalnya adalah diperbolehkannya vegetasi menghasilkan suatu produk tertentu secara alami pada suatu lanskap sejauh tidak
merusak keutuhan atau merusak nilai historisnya. Tetapi tindakan ini memiliki kekurangan karena dapat memberikan andil terhadap
kemungkinan hilang atau terhapusnya arti dan nilai sejarah dari lanskap dalm sistem budaya tersebut.
10. Replacement
Merupakan tindakan subtitusi atas suatu komuniti biotik dengan lainnya. Misalnya adalah penggunaan jenis tanaman penutup tanah ground cover
yang dapat menampilkan bentukan lahan, contoh yang lain adalah subtitusi spesies dengan spesies yang berkarakter sama pada taman-taman barat.
Hal yang sama tidak dapat dilakuan pada taman timur karena taman timur memiliki nilai spiritual sehingga tidak dapat disubtitusikan atau digantikan
dengan spesies lain. Sedangkan menurut Harvey dan Buggey 1988, beberapa tindakan yang
perlu dilakukan terhadap lankap bersejarah adalah : 1.
Preservasi, yaitu mempertahankan tapak sebagaimana adanya tanpa memperkenankan adanya tindakan perbaikan dan perusakan pada obyek.
Campur tangan rendah. 2.
Konservasi, yaitu tindakan pelestarian untuk mencegah kerusakan lebih jauh dengan campur tangan secara aktif
3. Rehabilitasi, yaitu memperbaiki lanskap ke arah standar-standar modern
dengan tetap menghargai dan mempertahankan karakter-karakter sejarah 4.
Restorasi, yaitu meletakkan kembali seakurat mungkin apa yang semula terdapat pada tapak
5. Rekonstruksi, yaitu menciptakan kembali apa yang dulunya ada tetapi
sudah tidak ada lagi pada tapak 6.
Meletakkan apa yang sesuai pada suatu periode, skala, penggunaan, dan seterusnya.
2.4. Lanskap Sejarah Sebagai Obyek Wisata Sejarah