Analisis Kelayakan Finansial Metode Analisis Data

44

4.4. Metode Pengolahan

Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-biaya dan penerimaan di dalam cashflow diolah menggunakan program Microsoft Excel 2007. Program ini dipilih karena telah lazim digunakan dan relatif mudah digunakan. Data kualitatif diolah dengan menggunakan penjelasan secara deskriptif.

4.5. Metode Analisis Data

Analisis kelayakan usaha pembuatan mi jagung 30 persen dan mi jagung 100 persen dilakukan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kerugian pada saat rencana pengembangan usaha sudah berjalan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengkaji karakteristik dan aspek-aspek kelayakan usaha mi jagung di tempat penelitian. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek hukum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha mi mentah jagung. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan analisis switching value.

4.5.1. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menilai kriteria-kriteria investasi yang menyatakan layak atau tidak suatu usaha yang akan dijalankan. Kriteria-kriteria investasi tersebut yaitu: a. Net Present Value NPV Net Present Value NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. NPV juga dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Secara matematis NPV dapat dirumuskan sebagai berikut Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009 : 45 Dimana : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis t = 0, 1, 2, 3, …, n Tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1, tergantung karakteristik bisnis. i = Tingkat Discount Rate DR Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi, yaitu: 1 NPV 0, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan sehingga proyek tidak dapat dilaksanakan. 2 NPV = 0, proyek tidak untung dan juga tidak rugi. Proyek menghasilkan sebesar modal opportunity cost faktor produksi modal, pelaksanaan proyek tergantung pada penilaian pengambil keputusan. 3 NPV 0, proyek menguntungkan karena dapat menghasilkan lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal, sehingga proyek dapat dilaksanakan. b. Internal Rate of Return IRR Internal Rate of Return IRR adalah tingkat suku bunga discount rate pada saat nilai NPV sama dengan nol. Sebuah usaha dapat dikatakan layak dilakukan jika nilai IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan. Berikut merupakan rumus IRR Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009 : Dimana : i 1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NPV 2 = NPV negatif Suatu proyek dikatakan layak apabila nilai IRR yang diperoleh tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang diperoleh lebih 46 kecil dari tingkat diskonto, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. c. Net Benefit-Cost Ratio Net BC Net Benefit-Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis Net BC ini digunakan untuk menilai tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009 : Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount rate t = Tahun Suatu proyek dikatakan layak jika Net BC Ratio lebih besar atau sama dengan satu Net BC Ratio ≥ 1. Hal ini berarti proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan jika nilai Net BC Ratio lebih kecil dari satu Net BC Ratio ≤ 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena berarti manfaat yang akan diperoleh dari suatu proyek lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek tersebut. d. Payback Period Payback Period merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal dengan cara mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal. Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. 47 Rumusan Payback period yaitu Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi 2009: Dimana : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya. Usaha mi mentah Bapak Sukimin memiliki umur bisnis selama 10 tahun. Hal ini berdasarkan umur ekonomis dari mesin-mesin produksi mi yang digunakan dalam usaha. Apabila selama proyek dapat mengembalikan modal sebelum berakhirnya umur proyek, maka proyek tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi, jika sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan.

4.5.2. Analisis Switching Value