80 Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah terigu yaitu
sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah terigu sebesar Rp 355.693.620 per tahun.
7.5.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Terigu
Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value NPV, Net BC,
Internal Rate of Return IRR dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha mi mentah terigu ini menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 12. Rincian lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 12 . Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
Kriteria Hasil
NPV Rp 525.134.282
IRR 39,06
Net BC 2,76
PBP 4 tahun 4 bulan
Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu
Rp 525.134.282. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah terigu yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp 525.134.282
selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 39,06 persen di mana IRR tersebut lehih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 39,06 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah terigu ini
layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC yang diperoleh yaitu sebesar 2,76. Hal ini berarti setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,76. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi
mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period PBP yang diperoleh adalah 4,79 tahun atau sama dengan 4 tahun 4 bulan. Nilai Payback Period ini
81 lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback
Period usaha ini layak untuk dijalankan.
7.5.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu
Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan
penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan
normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net BC sama dengan satu.
Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam
penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung terigu dari sisi outflow. Variabel
tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah terigu ini sangat bergantung kepada tepung terigu sebagai bahan baku utama yang
memiliki harga fluktuatif di pasar. Selain itu, jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan mengalami penurunan akibat penurunan
penjualan. Variabel tingkat harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga jual mi mentah tidak pernah mengalami
penurunan. Pemikiran ini berdasarkan fakta dan hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan mi mentah terigu dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 . Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu
Perubahan Persentase NPV Rp
Net BC IRR
Penurunan penjualan mi
mentah terigu 16,54
24.676 1,00
7,47 Kenaikan harga
tepung terigu 27,73
25.243 1,00
7,47
Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan- perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi
82 cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan
mi mentah terigu sebesar 16,54 persen atau kenaikan harga tepung terigu sebesar 27,73 persen usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk diusahakan
dengan memperoleh keuntungan normal. Usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk dilaksanakan
apabila penurunan penjualan mi mentah tidak melebihi 16,54 persen. Selain itu, jika kenaikan harga tepung terigu juga tidak melebihi 27,73 persen, usaha ini
masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu ini paling sensitif terhadap penuruna penjualan mi
mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung terigu menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.
7.5.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Terigu