58 kepada relasi-relasinya sehingga promosi dilakukan dengan cara mouth to mouth.
Selain promosi secara langsung, Bapak Sukimin juga kerap mengikuti pameran pangan berbasis terigu yang dilakukan oleh Bogasari.
Media promosi yang digunakan oeh Bapak Sukimin masih terbatas pada pemberian kartu nama kepada relasi-relasi dan calon pelanggan. Sampai saat
ini, beliau belum menggunakan media lain untuk mempromosikan usahanya.
6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan mi mentah ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena produk mi
yang dihasilkan memiliki harga jual yang cukup tinggi jika dibandingkan harga yang ditetapkan oleh produsen lain. Namun harga jual yang lebih tinggi ini
sepadan dengan kualitas yang ditawarkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar diketahui bahwa potensi pasar bagi
mi mentah masih sangat potensal bagi pemasaran produk tersebut. Strategi pemasaran meliputi strategi product, price, place, dan promotion yang dilakukan
oleh perusahaan ikut mendukung berjalannya usaha. Dengan demikian, berdasarkan aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha mi mentah ini layak
untuk dilakukan.
6.2. Aspek Teknis
Aspek teknis adalah suatu aspek yang akan berkenaan langsung dengan proses berjalannya proyek secara teknis dan pengoperasiannya di lapangan.
Analisis dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, bahan baku dan peralatan, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan, proses produksi, dan layout
bangunan.
6.2.1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembuatan mi mentah adalah di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Di Kelurahan Tegal Lega terdapat dua produsen mi mentah,
yaitu Bapak Sukimin dan Bapak Sugi. Kapasitas produksi usaha mi mentah Bapak
59 Sukimin yaitu 125 kilogram per hari. Sedangkan kapasitas produksi mi Bapak
Sugi yaitu 10 kilogram per hari dan untuk kebutuhan penjualan sendiri. Bapak Sukimin memilih lokasi di Kota Bogor karena lebih dekat dengan
konsumen. Pertimbangan pemilihan lokasi di Kelurahan Tegal Lega karena lokasi tersebut dekat dengan kampus Universitas Pakuan sebagai target awal pasar mi
ayam Bapak Sukimin. Lokasi ini juga dinilai cukup strategis karena terletak di pusat kota sehingga lebih memudahkan untuk menjangkau daerah-daerah tujuan
distribusi pesanan mi mentah. Saat ini, sebaran pemasaran mi mentah Bapak Sukimin yaitu daerah Ciomas, Pasir Kuda, Sukasari, Makam Pahlawan, Tajur,
Ciawi, Merdeka, dan Gunung Batu. Lokasi ini juga memudahkan pengusaha untuk mendapatkan pasokan
bahan baku tepung terigu yang berasal dari Cilegon melalui gudang yang ada di Karadenan Kabupaten Bogor, karena lokasinya yang cukup strategis dengan akses
transportasi yang sudah baik. Lokasi ini jauh dari pemasok-pemasok tepung jagung yang berasal dari Jawa Timur. Namun, terdapat alternatif pemasok tepung
jagung lain yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah walaupun tidak sebanyak pemasok dari Jawa Timur.
Berdasarkan segi fasilitas, instalasi air, listrik, dan telepon sudah tersedia dengan baik. Akses jalan menuju lokasi juga sudah terbuka dengan adanya jalur
angkutan umum. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha karena fasilitas jalan yang dapat diakses hingga kendaraan beroda empat.
6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan
Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi mi mentah cukup beragam. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu, mi mentah
jagung 30 persen, dan mi mentah jagung 100 persen memiliki perbedaan. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu yaitu tepung terigu. Bahan baku
utama untuk pembuatan mi mentah jagung 30 persen yaitu tepung terigu dan tepung jagung dengan perbandingan 70:30. Bahan baku utama untuk pembuatan
mi mentah jagung 100 persen yaitu tepung jagung. Bahan baku lain yaitu tepung tapioka, garam, soda abu, dan bahan pewarna makanan tartrazine.
60 Data perkembangan konsumsi jagung di Indonesia pada tahun 2001-2006
yang terdapat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan cukup berfluktuasi. Perkembangan konsumsi jagung secara
total memiliki rata-rata peningkatan sebesar 2,9 persen. Sedangkan perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan memiliki rata-rata sebesar 3,8 persen.
Sementara itu, ketersediaan jagung terutama di provinsi Jawa Barat memiliki perkembangan yang positif. Berdasarkan data produksi tanaman jagung untuk
provinsi Jawa Barat tahun 2001-2011 dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan produksi jagung di Jawa Barat mencapai 10,35 persen
5
. Perkembangan produksi jagung terutama di Jawa Barat yang memiliki nilai lebih
besar dibandingkan perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tepung jagung untuk
memproduksi mi mentah jagung di kemudian hari. Pada produksi mi mentah terigu, pasokan bahan baku tepung terigu
diperoleh dari gudang terigu di Karadenan Kabupaten Bogor. Pemesanan tepung terigu dilakukan melalui telepon kemudian terigu diantarkan ke tempat pemesan.
Sedangkan pasokan tepung jagung diperoleh dari Ponorogo, Jawa Timur. Pengiriman dapat dilakukan dengan sistem paket melalui pengiriman antar kota.
Standar dan spesifikasi bahan baku untuk pembuatan mi mentah yaitu harus menggunakan tepung terigu dengan kandungan protein sekitar 13 persen.
Sedangkan spesifikasi tepung jagung yang digunakan harus berukuran 100 mesh. Penggunaan bahan tambahan makanan seperti soda as, STPP, potasium karbonat,
guar gum, dan tartrazine harus disesuaikan dengan proporsi yang aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan pengalaman Bapak Sukimin, kualitas mi mentah yang
baik yaitu mi mentah mampu bertahan selama 12 jam setelah diproduksi. Oleh karena itu, standar dan spesifikasi bahan baku yang digunakan harus sesuai
dengan yang ditetapkan.
5
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Tanaman Jagung
untuk Provinsi
Jawa Barat
Tahun 2001-2011
diolah. http:www.bps.go.idtnmn_pgn.php?eng=0
[13 September 2011]
61
6.2.3. Kapasitas Produksi