Harga Price Distribusi Place Analisis Perbandingan Usaha Mi Mentah Terigu, Mi Mentah Jagung

56 Sukimin dalam memasarkan produknya adalah dengan menggunakan strategi 4P yaitu produk Product, harga Price, tempat Place, dan promosi Promotion.

a. Produk Product

Menurut Kotler dan Armstrong 2008, produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Jenis produk yang ditawarkan oleh usaha mi ayam Bapak Sukimin yaitu mi mentah, pangsit basah, pangsit kering dan jasa penggilingan pangsit. Mi mentah merupakan produk utama yang terbuat dari tepung terigu dan tepung jagung. Produk pangsit, baik pangsit basah maupun pangsit kering, merupakan produk yang biasa digunakan sebagai makanan pelengkap untuk mi ayam atau dapat juga dikonsumsi sebagai pelengkap batagor. Sedangkan produk jasa penggilingan pangsit merupakan jasa memproduksi pangsit mentah dimana bahan-bahan pangsit dibawa sendiri oleh konsumen. Produk jasa penggilingan pangsit ini biasa dilakukan saat bulan Ramadhan. Produk yang saat ini dihasilkan oleh Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin adalah mi mentah terigu. Sedangkan produk yang direncanakan untuk diproduksi yaitu mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100 persen. Produk mi mentah dipasarkan dalam bentuk kemasan plastik dengan satuan kilogram. Berat masing-masing kemasan disesuaikan dengan pesanan dari konsumen. Menurut klasifikasinya, komoditi yang ditawarkan usaha ini termasuk ke dalam barang konsumsi tidak langsung. Hal ini karena produk mi mentah dibeli oleh pedagang- pedagang mi ayam keliling untuk kemudian diolah dan dijual ke konsumen akhir.

b. Harga Price

Harga merupakan sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Harga yang ditetapkan untuk produk mi mentah terigu, mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah jagung 100 persen adalah sama yaitu Rp 10.000,00 per kilogram. Harga jual untuk pangsit basah yaitu Rp 10.000,00 dan pangsit kering yaitu Rp 12.000,00. Harga untuk jasa penggilingan pangsit yaitu Rp 4.000,00 per kilogram terigu. 57 Harga jual ini ditetapkan berdasarkan perhitungan harga pokok produksi ditambah dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh oleh pengusaha. Metode yang digunakan dalam menentukan harga jual produk adalah metode Cost Plus Pricing. Harga jual ditentukan dengan cara menambah sejumlah persentase tertentu dari harga pokok produksi pada harga jual produk.

c. Distribusi Place

Pemasaran produk mi mentah Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin saat ini hanya dilakukan di daerah sekitar Kota Bogor. Usaha Bapak Sukimin belum berencana untuk merambah ke daerah lain di luar Kota Bogor. Hal ini karena, Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin belum dapat memenuhi permintaan yang ada dari luar Kota Bogor. Pemasaran produk mi Bapak Sukimin hanya terdapat satu saluran distribusi yang digunakan. Saluran distribusi yang digunakan yaitu dari perusahaan langsung disampaikan ke pedagang-pedagang mi ayam keliling di Kota Bogor. Saluran distribusi Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 . Saluran Pemasaran Mi Mentah Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011

d. Promosi Promotion

Sistem promosi yang digunakan yaitu dengan memberikan fasilitas gerobak komplit dengan perlengkapannya secara gratis bagi siapapun yang ingin memulai usaha berjualan mi ayam dengan memenuhi syarat tertentu. Syarat tersebut yaitu harus mengambil pasokan mi dari Bapak Sukimin. Sistem pinjaman gerobak ini memudahkan jalan usaha bagi calon penjual mi ayam keliling. Sistem seperti ini akan memperluas jaringan pemasaran melalui pedagang gerobak keliling sehingga dapat menjangkau konsumen yang lebih banyak. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin sampai sejauh ini masih menggunakan sistem promosi secara tradisional. Pemilik menawarkan produk Perusahaan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin Konsumen Pedagang mi ayam keliling 58 kepada relasi-relasinya sehingga promosi dilakukan dengan cara mouth to mouth. Selain promosi secara langsung, Bapak Sukimin juga kerap mengikuti pameran pangan berbasis terigu yang dilakukan oleh Bogasari. Media promosi yang digunakan oeh Bapak Sukimin masih terbatas pada pemberian kartu nama kepada relasi-relasi dan calon pelanggan. Sampai saat ini, beliau belum menggunakan media lain untuk mempromosikan usahanya.

6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan mi mentah ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena produk mi yang dihasilkan memiliki harga jual yang cukup tinggi jika dibandingkan harga yang ditetapkan oleh produsen lain. Namun harga jual yang lebih tinggi ini sepadan dengan kualitas yang ditawarkan oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis aspek pasar diketahui bahwa potensi pasar bagi mi mentah masih sangat potensal bagi pemasaran produk tersebut. Strategi pemasaran meliputi strategi product, price, place, dan promotion yang dilakukan oleh perusahaan ikut mendukung berjalannya usaha. Dengan demikian, berdasarkan aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha mi mentah ini layak untuk dilakukan.

6.2. Aspek Teknis

Aspek teknis adalah suatu aspek yang akan berkenaan langsung dengan proses berjalannya proyek secara teknis dan pengoperasiannya di lapangan. Analisis dalam aspek teknis meliputi lokasi usaha, bahan baku dan peralatan, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan, proses produksi, dan layout bangunan.

6.2.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pembuatan mi mentah adalah di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Di Kelurahan Tegal Lega terdapat dua produsen mi mentah, yaitu Bapak Sukimin dan Bapak Sugi. Kapasitas produksi usaha mi mentah Bapak 59 Sukimin yaitu 125 kilogram per hari. Sedangkan kapasitas produksi mi Bapak Sugi yaitu 10 kilogram per hari dan untuk kebutuhan penjualan sendiri. Bapak Sukimin memilih lokasi di Kota Bogor karena lebih dekat dengan konsumen. Pertimbangan pemilihan lokasi di Kelurahan Tegal Lega karena lokasi tersebut dekat dengan kampus Universitas Pakuan sebagai target awal pasar mi ayam Bapak Sukimin. Lokasi ini juga dinilai cukup strategis karena terletak di pusat kota sehingga lebih memudahkan untuk menjangkau daerah-daerah tujuan distribusi pesanan mi mentah. Saat ini, sebaran pemasaran mi mentah Bapak Sukimin yaitu daerah Ciomas, Pasir Kuda, Sukasari, Makam Pahlawan, Tajur, Ciawi, Merdeka, dan Gunung Batu. Lokasi ini juga memudahkan pengusaha untuk mendapatkan pasokan bahan baku tepung terigu yang berasal dari Cilegon melalui gudang yang ada di Karadenan Kabupaten Bogor, karena lokasinya yang cukup strategis dengan akses transportasi yang sudah baik. Lokasi ini jauh dari pemasok-pemasok tepung jagung yang berasal dari Jawa Timur. Namun, terdapat alternatif pemasok tepung jagung lain yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah walaupun tidak sebanyak pemasok dari Jawa Timur. Berdasarkan segi fasilitas, instalasi air, listrik, dan telepon sudah tersedia dengan baik. Akses jalan menuju lokasi juga sudah terbuka dengan adanya jalur angkutan umum. Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha karena fasilitas jalan yang dapat diakses hingga kendaraan beroda empat.

6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan

Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi mi mentah cukup beragam. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu, mi mentah jagung 30 persen, dan mi mentah jagung 100 persen memiliki perbedaan. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah terigu yaitu tepung terigu. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah jagung 30 persen yaitu tepung terigu dan tepung jagung dengan perbandingan 70:30. Bahan baku utama untuk pembuatan mi mentah jagung 100 persen yaitu tepung jagung. Bahan baku lain yaitu tepung tapioka, garam, soda abu, dan bahan pewarna makanan tartrazine. 60 Data perkembangan konsumsi jagung di Indonesia pada tahun 2001-2006 yang terdapat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan cukup berfluktuasi. Perkembangan konsumsi jagung secara total memiliki rata-rata peningkatan sebesar 2,9 persen. Sedangkan perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan memiliki rata-rata sebesar 3,8 persen. Sementara itu, ketersediaan jagung terutama di provinsi Jawa Barat memiliki perkembangan yang positif. Berdasarkan data produksi tanaman jagung untuk provinsi Jawa Barat tahun 2001-2011 dapat diketahui bahwa rata-rata perkembangan produksi jagung di Jawa Barat mencapai 10,35 persen 5 . Perkembangan produksi jagung terutama di Jawa Barat yang memiliki nilai lebih besar dibandingkan perkembangan konsumsi jagung pada industri pangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tepung jagung untuk memproduksi mi mentah jagung di kemudian hari. Pada produksi mi mentah terigu, pasokan bahan baku tepung terigu diperoleh dari gudang terigu di Karadenan Kabupaten Bogor. Pemesanan tepung terigu dilakukan melalui telepon kemudian terigu diantarkan ke tempat pemesan. Sedangkan pasokan tepung jagung diperoleh dari Ponorogo, Jawa Timur. Pengiriman dapat dilakukan dengan sistem paket melalui pengiriman antar kota. Standar dan spesifikasi bahan baku untuk pembuatan mi mentah yaitu harus menggunakan tepung terigu dengan kandungan protein sekitar 13 persen. Sedangkan spesifikasi tepung jagung yang digunakan harus berukuran 100 mesh. Penggunaan bahan tambahan makanan seperti soda as, STPP, potasium karbonat, guar gum, dan tartrazine harus disesuaikan dengan proporsi yang aman untuk dikonsumsi. Berdasarkan pengalaman Bapak Sukimin, kualitas mi mentah yang baik yaitu mi mentah mampu bertahan selama 12 jam setelah diproduksi. Oleh karena itu, standar dan spesifikasi bahan baku yang digunakan harus sesuai dengan yang ditetapkan. 5 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung untuk Provinsi Jawa Barat Tahun 2001-2011 diolah. http:www.bps.go.idtnmn_pgn.php?eng=0 [13 September 2011] 61

6.2.3. Kapasitas Produksi

Usaha produksi mi mentah Bapak Sukimin merupakan sebuah industri rumah tangga. Namun untuk saat ini, kegiatan produksi mi mentah belum dilakukan secara optimal. Hal ini karena masih terbatasnya wilayah cakupan distribusi mi. Saat ini, kapasitas produksi usaha mi ayam Bapak Sukimin pada hari normal berada pada kisaran 100 kilogram sampai 125 kilogram mi mentah per satu periode produksi. Satu periode produksi dilakukan dalam satu hari. Maka dalam satu bulan, kapasitas produksi mi mentah adalah 3.000 kilogram sampai dengan 3.750 kilogram setiap bulan. Produksi mi mentah cenderung stabil sepanjang tahun, kecuali pada bulan Ramadhan produksi mi mentah akan menurun drastis karena banyak pedagang mi ayam keliling yang libur. Namun, pada bulan Ramadhan produksi jasa penggilingan pangsit mentah cenderung meningkat. Masyarakat menyukai produk pangsit ini untuk dijadikan panganan camilan saat berbuka puasa atau camilan saat Hari Raya.

6.2.4. Teknologi yang Digunakan

Teknologi pembuatan mi mentah dilakukan secara mekanik. Teknologi yang digunakan dalam pembuatan mi mentah pada Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin menggunakan teknologi calendering. Mesin utama yang digunakan dalam teknologi calendering ini yaitu mesin sheeting. Mesin sheeting yang digunakan dalam usaha kini sudah dilengkapi juga dengan mesin potong mi slitting. Teknologi yang digunakan dalam pembuatan mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen adalah sama. Mesin-mesin yang digunakan dalam pembuatan mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen yaitu mesin adonan dough mixer dan mesin press adonan sheeting. Sedangkan teknologi yang digunakan dalam pembuatan mi mentah jagung 100 persen terdiri dari mesin adonan dough mixer, mesin pengukusan steaming box, mesin penggiling daging grinder, dan mesin press adonan sheeting. 62 Gambar 5 . Mesin Adonan kiri dan mesin press adonan kanan Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Setiap mesin yang digunakan dalam pembuatan mi mentah memiliki fungsi yang berbeda-beda. Mesin adonan dough mixer digunakan untuk mencampur bahan-bahan hingga homogen. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin menggunakan dua mesin adonan dengan kapasitas yang berbeda. Mesin adonan dengan kapasitas 25 kilogram digunakan untuk produksi mi mentah. Sedangkan mesin adonan dengan kapasitas 15 kilogram digunakan untuk produksi pangsit. Mesin press adonan sheeting digunakan untuk memadatkan dan memipihkan adonan sehingga terbentuk lembaran. Mesin potong slitting yang terdapat dalam mesin press berfungsi untuk memotong lembaran adonan menjadi untaian mi. Gambar 6. Mesin kukus adonan steaming box Sumber: Kusnandar F. 2010 6 6 Kusnandar F. 2010. Peluang Bisnis Mi Jagung dan Potensi Pengembangannya. http:www.bangkittani.com [29 September 2010] 63 Pada pembuatan mi mentah jagung 100 persen terdapat mesin pengukusan steaming box yang berfungsi untuk mengukus sebagian adonan agar mengalami proses glutenisasi. Mesin penggiling daging grinder berfungsi untuk memampatkan dan menekan adonan agar lebih kompak sebelum diproses ke dalam mesin press. Rincian fungsi alat-alat yang digunakan dalam usaha pembuatan mi mentah dapat dilihat pada Tabel 8. 64 Tabel 8 . Fungsi Alat-alat yang Digunakan dalam Produksi Mi Mentah. No. Peralatan Fungsi 1 Mesin adonan 25 kg Mengaduk adonan mi mentah agar homogen. 2 Mesin adonan 15 kg Mengaduk adonan pangsit agar homogen. 3 Mesin sheeting Memipihkan adonan mi dan memotong lembaran adonan mi menjadi untaian mi. 4 Mesin steaming box Mengukus sebagian adonan mi jagung untuk menyempurnakan proses gelatinisasi. 5 Mesin grinder Menggiling adonan mi jagung untuk memampatkan dan menekan adonan agar lebih kompak. 6 Meja besar Proses pengemasan mi mentah dan tempat pemotongan pangsit. 7 Timbangan digital Menimbang berat mi mentah dan pangsit. 8 Timbangan 20 kg Menimbang berat mi mentah dan pangsit. 9 Timbangan 60 kg Menimbang berat mi mentah dan pangsit. 10 Baskom sedang Menyimpan adonan, mi mentah, atau pangsit mentah. 11 Baskom besar Menyimpan adonan, mi mentah, atau pangsit mentah. 12 Ember Menampung air untuk bahan baku adonan. 13 Lumpang dan alu Menumbuk bumbu pangsit. 14 Toples besar Menyimpan bahan tambahan makanan. 15 Gentong besar Menyimpan tepung sagu. 16 Centong sagu Mengambil tepung sagu. 17 Pisau Memotong lembaran mi atau lembaran pangsit. 18 Strap besi Membersihkan mesin-mesin mi dari adonan yang sudah kering. 19 Bangku kecil kayu Tempat duduk saat proses produksi. 20 Bangku kecil plastik Tempat duduk saat proses produksi. 21 Sapu Alat kebersihan ruang produksi. 22 Serokan Alat kebersihan ruang produksi. 23 Celemek Pelindung baju agar tidak kotor terkena adonan. 24 Kain saring Alas adonan tepung jagung saat proses pengukusan di dalam mesin steam. 25 Motor Alat transportasi untuk distribusi produk. 26 Tas motor Tempat penyimpanan mi mentah siap antar yang diletakkan di atas motor. Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 65

6.2.5. Proses Produksi

Proses produksi mi mentah terigu melalui beberapa tahap mulai dari persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses produksi mi mentah terigu: Bahan: terigu Cakra Kembar, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, dan air. Peralatan: timbangan, mesin adonan dough mixer, mesin sheeting, meja besar, dan plastik kemasan. Prosedur proses produksi: 1. Menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi mentah per 1 kg tepung: tepung terigu, tepung sagu, garam dapur 1 persen, soda as 0,1 persen, STPP 1 persen, potasium karbonat 0,5 persen, dan air 40 persen. 2. Menyiapkan pada tempat terpisah, buat larutan garam dengan cara melarutkan garam, soda as, STPP, potasium karbonat ke dalam air. 3. Kemudian mencampur tepung tersebut dengan bahan-bahan lain sampai homogen. Campuran tepung dimasukkan dalam dough mixer dengan ditambah larutan garam sedikit demi sedikit, selama sekitar 10 menit. 4. Membentuk lembaran adonan dengan menggunakan mesin sheeting. Pengepressan dilakukan sekitar 10-12 kali, sehingga dapat diperoleh ketebalan lembaran adonan 1,6 mm. 5. Setelah lembaran merata dengan ketebalan yang diinginkan kemudian dipotong dengan mesin slitting sehingga diperoleh untaian mi. Melakukan proses dusting dengan menggunakan tepung sagu selama proses slitting agar untaian mi tidak saling menempel. Kecepatan roll perlu diatur sehingga untaian mi berbelok-belok keriting. Meletakkan mi secara merata di atas meja kemudian potong mi sesuai ukuran kemasan yang diinginkan. 6. Terakhir mengemas mi mentah terigu dalam plastik dan ditutup rapat. Bagan urutan proses pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada Gambar 7. 66 Gambar 7. Proses Pembuatan Mi Mentah Terigu Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Berikut adalah produksi mi mentah jagung 30 persen: Bahan: tepung jagung ukuran 100 mesh, tepung terigu Cakra Kembar, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, guar gum, dan air. Peralatan: timbangan, mesin adonan dough mixer, mesin sheeting, meja besar, dan plastik kemasan. Prosedur proses produksi: 1. Menimbang bahan-bahan yang digunakan untuk formulasi mi mentah per 1 kg tepung: tepung terigu 70 persen dan tepung jagung 30 persen, garam dapur 1 persen, soda as 0,1 persen, STPP 1 persen, potasium karbonat 0,5 persen, guar gum 0,5 persen dan air 40 persen. 2. Mencampur tepung terigu dan tepung jagung hingga merata. Pada tempat terpisah, membuat larutan garam dengan cara melarutkan garam, soda as, STPP, potasium karbonat, guar gum ke dalam air. 3. Kemudian mencampur kering tepung tersebut dengan bahan-bahan lain sampai homogen. Lalu campuran tepung dimasukkan dalam dough mixer dengan ditambah larutan garam sedikit demi sedikit, selama sekitar 10 menit. Tepung terigu Pencampuran adonan dengan dough mixer Larutan garam Garam, soda as, STPP, potasium karbonat, air Pemipihan adonan sebanyak 10-12 kali sheeting Mi mentah terigu Pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mi slitting Pemupuran dengan tepung sagu dusting Pemupuran dengan tepung sagu dusting 67 4. Membentuk lembaran adonan dengan menggunakan mesin sheeting. Pengepressan dilakukan sekitar 10-12 kali, sehingga dapat diperoleh ketebalan lembaran adonan 1,6 mm. 5. Setelah lembaran merata dengan ketebalan yang diinginkan, lembaran dipotong dengan mesin slitting sehingga diperoleh untaian mi. Mengatur kecepatan roll sehingga untaian mi berbelok-belok keriting. Proses dusting dilakukan dengan menggunakan tepung sagu agar untaian mi tidak saling menempel. Meletakkan mi secara merata di atas meja kemudian mi dipotong sesuai ukuran kemasan yang diinginkan. 6. Mengemas mi mentah jagung 30 persen dalam plastik dan ditutup rapat. Bagan urutan proses pembuatan mi mentah jagung 30 persen dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 . Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Tepung terigu 70 persen Pencampuran adonan dengan dough mixer selama 10 menit Larutan garam Garam, soda as, STPP, potasium karbonat, air Pemipihan adonan sebanyak 10-12 kali sheeting Mi mentah jagung 30 persen Pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mi slitting Pemupuran dengan tepung sagu dusting Pemupuran dengan tepung sagu dusting Tepung jagung 30 persen 68 Berikut merupakan proses produksi mi mentah jagung 100 persen: Bahan: tepung jagung ukuran 100 mesh, tepung sagu, garam, guar gum, dan air bersih. Peralatan: timbangan, dough mixer, mesin sheeting, mesin steaming box, grinder, kain saring, dan plastik kemasan. Prosedur proses produksi: 1. Menimbang bahan-bahan untuk formulasi kering, yaitu tepung jagung 100 persen, garam 1 persen, guar gum 1 persen, dan air 50 persen. Tepung jagung dibagi ke dalam 2 wadah, yaitu 70 persen pada wadah pertama dan 30 persen pada wadah kedua. 2. Pada tempat yang terpisah, membuat larutan garam dengan cara melarutkan garam ke dalam air. 3. Mencampur tepung jagung pada wadah pertama 70 persen dengan guar gum dengan dough mixer selama 5 menit. Lalu adonan dicampurkan dengan larutan garam yang telah dibuat, kemudian dicampur kembali selama 5 menit. 4. Meratakan adonan yang telah dicampur di atas kain saring yang terlebih dahulu ditempatkan di tray steam ketebalan sekitar 0,5 cm. Adonan dikukus pada steaming box pada suhu 90 C selama 15 menit suhu dipertahankan agar pengukusan konstan. 5. Setelah proses pengukusan selesai, adonan dikeluarkan dari steaming box, kemudian dicampurkan dengan bagian 30 persen tepung jagung kering yang tidak dikukus. 6. Adonan campuran tersebut dimasukkan ke dalam grinder daging berdiameter 0,17 cm sebanyak dua kali. Adonan yang keluar dari grinder akan berbentuk pipa silinder panjang. 7. Dalam keadaan panas, adonan dilewatkan dalam mesin sheeting. Proses sheeting dilakukan selama 10-12 kali sehingga diperoleh lembaran adonan mulai ketebalan 0,2 cm hingga 0,14 cm. Melakukan pemupuran dusting dengan menggunakan tepung jagung kering 12 gram per 1 kg formulasi pada saat terbentuk ketebalan adonan sekitar 0,18 cm. 8. Setelah lembaran adonan seragam dengan ketebalan yang diinginkan, pemotongan dilakukan dengan mesin slitting. 69 9. Setelah semua lembaran adonan selesai dipotong, mi mentah jagung 100 persen dikemas dalam plastik dan ditutup rapat. Bagan urutan proses pembuatan mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 . Proses Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Tepung jagung 70 persen Pencampuran adonan Tepung jagung dan guar gum diaduk selama 5 menit Larutan garam Garam, soda as, STPP, potasium karbonat, air Pemipihan adonan sebanyak 10-12 kali sheeting Mi mentah jagung 100 persen Pemotongan lembaran adonan menjadi untaian mi slitting Pemupuran dengan tepung jagung dusting Pemupuran dengan tepung jagung dusting Pengukusan dengan steaming box pada suhu 90 C selama 15 menit Aduk kembali adonan selama 5 menit Giling adonan dengan grinder sebanyak 2 kali Tepung jagung 30 persen 70

6.2.6. Layout Bangunan

Lokasi produksi terletak menyatu dengan rumah kediaman pemilik usaha dalam satu bangunan yang sama. Ruangan produksi memiliki luas 4 meter x 5 meter. Ruangan produksi ditata sesuai dengan alur proses produksi. Ruangan produksi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian penyimpanan bahan baku tepung, bagian mesin-mesin produksi, dan bagian pengemasan. Kegiatan pengolahan mulai dari pengadukan bahan, penggilingan, dan pengemasan dilakukan dalam satu ruangan yang sama. Setelah proses selesai, produk ditimbang dan dikemas, kemudian siap untuk didistribusikan. Tata letak ruang produksi dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Layout Ruang Produksi Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin Tahun 2011 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Keterangan : A : Bahan tambahan makanan B : Tepung sagu Penyimpanan tepung Mesin adonan Mesin sheeting Meja besar Meja besar A B Mesin adonan A 71

6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan hasil analisis aspek teknis, usaha produksi mi mentah dapat dikatakan layak untuk dilakukan. Hal ini karena, lokasi usaha yang berada di tengah kota Bogor sehingga mendukung kelancaran proses produksi karena dekat dengan sumber bahan baku utama yaitu tepung terigu. Selain itu, lokasi yang strategis ini juga mendukung kemudahan dalam melakukan proses distribusi produk kepada para pemesan. Hal lain yang juga mendukung kelayakan usaha ini dari segi aspek teknis yaitu ketersediaan fasilitas dan kemudahan dalam transportasi. Sedangkan lokasi usaha yang jauh dari bahan baku tepung jagung tidak terlalu berpengaruh signifikan karena pemenuhan bahan baku tepung jagung ini dapat diperoleh dengan mengganti pemasok yang semula berasal dari Jawa Timur menjadi pemasok yang lokasinya lebih dekat dengan lokasi usaha, misalnya seperti pemasok tepung jagung yang berada di Jawa Tengah atau Jawa Barat.

6.3. Aspek Manajemen

Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan bentuk usaha perorangan. Usaha ini merupakan sebuah usaha keluarga yang dijalankan secara tradisional. Hal ini menyebabkan usaha dikelola secara non formal dan belum memiliki struktur organisasi yang jelas. Pemilik usaha yaitu Bapak Sukimin memegang kendali penuh atas semua keputusan yang berhubungan dengan usahanya. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin melibatkan dua personil dalam kegiatan produksi dan pemasaran mi mentah. Kedua personil tersebut yaitu Bapak Sukimin sendiri dan satu orang pegawai. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin tidak memiliki pegawai keluarga. Pegawai non keluarga berasal dari Madura atau berasal dari daerah yang sama dengan pemilik usaha. Pegawai non keluarga ini memperoleh gaji setiap bulan dan mendapatkan Tunjangan Hari Raya THR saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Pegawai tambahan saat bulan Ramadhan diperlukan untuk produksi jasa penggilingan pangsit. Pegawai tambahan ini berjumlah sekitar delapan orang dan berasal dari warga sekitar tempat usaha. Pegawai tambahan ini memperoleh upah di akhir bulan. Selain memberikan THR kepada pegawai tetap, Bapak Sukimin 72 juga memberikan THR kepada para pedagang keliling yang menggunakan gerobak dari beliau. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan para pedagang. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin ini tidak memiliki pembagian tugas yang jelas. Semua pekerjaan dilakukan bersama-sama. Mulai dari proses produksi hingga proses distribusi dilakukan oleh Bapak Sukimin dan satu pegawainya. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin belum menerapkan sistem pembukuan dalam menjalankan usahanya. Pencatatan dilakukan hanya untuk pelanggan yang mempunyai hutang. Sementara pencatatan lain tidak pernah dilakukan secara terperinci. Pemilik usaha hanya melakukan perkiraan jumlah penjualan berdasarkan penjualan yang biasa dilakukan setiap hari, sehingga pemilik usaha tidak memiliki data yang pasti.

6.3.1. Hasil Analisis Aspek Manajemen

Berdasarkan hasil pembahasan, usaha ini dapat dikatakan kurang layak untuk dilakukan dari segi aspek manajemen. Usaha pembuatan mi mentah ini memang belum memiliki struktur organisasi formal tetapi telah memiliki pembagian tugas yang jelas antara pemilik usaha dengan pegawai. Hal ini karena usaha mi mentah ini masih tergolong usaha kecil-menengah yang dikelola secara sederhana. Dari segi administrasi, usaha ini juga belum memiliki pencatatan yang jelas dan terperinci atas setiap aktivitas usahanya.

6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Suatu usaha perlu memperhatikan keadaan lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial ekonomi. Usaha yang baik adalah suatu usaha yang senantiasa memperhatikan keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan produksinya.

6.4.1. Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Usaha mi mentah Bapak Sukimin memberikan dampak sosial yang baik, yaitu dengan membuka lapangan kerja baru bagi orang lain. Hal ini dapat dilihat dari adanya sistem peminjaman gerobak gratis hanya dengan syarat mengambil 73 pasokan mi mentah dari Bapak Sukimin. Terutama saat bulan Ramadhan, saat pesanan jasa penggilingan pangsit mentah meningkat, perusahaan biasanya akan merekrut delapan orang dari warga sekitar untuk membantu proses produksi pangsit. Usaha mi mentah ini dapat membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar maupun bagi penduduk pendatang. Usaha mi mentah ini telah membuka lapangan kerja terutama untuk tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Pegawai yang bekerja pada Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin ini tidak hanya mendapatkan upah atas hasil kerjanya. Para pekerja juga mendapatkan ilmu dan bimbingan langsung dari pemilik usaha dalam mempelajari pembuatan mi mentah dan pangsit. Dari segi keamanan lingkungan, usaha mi mentah Bapak Sukimin tidak menghasikan limbah yang dapat merusak lingkungan. Hal yang sama juga berlaku untuk usaha mi mentah jagung jika sudah berjalan nanti. Limbah yang dihasilkan oleh usaha ini hanya berupa debu dan remah-remah mi mentah yang dapat langsung dibuang ke tempat sampah. Usaha pembuatan mi mentah ini tidak menghasilkan limbah berbahaya atau beracun, sehingga aman bagi kesehatan lingkungan.

6.4.2. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Usaha mi mentah ini dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek sosial dan lingkungan. Dari aspek lingkungan, walaupun usaha mi mentah ini belum memiliki izin AMDAL yang menyatakan bahwa keseimbangan lingkungan di daerah sekitar lokasi produksi dapat dijaga namun hal ini dapat diterima dengan pertimbangan bahwa usaha mi mentah ini tidak menghasilkam limbah dalam jumlah besar dan limbah yang dihasilkan pun tidak membahayakan masyarakat. Limbah yang dihasilkan oleh usaha ini dapat dikelola oleh pemilik dengan membuat penampungan sampah.

6.5. Aspek Hukum

Penelitian mengenai aspek hukum sangat penting dilakukan terhadap suatu usaha. Sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan 74 dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah dipenuhi. Hal ini dilakukan agar usaha tersebut memiliki kekuatan hukum yang dapat diakui oleh pemerintah sehingga mempermudah posisi usaha jika terlibat masalah.

6.5.1. Badan Hukum

Usaha mi mentah Bapak Sukimin merupakan bentuk usaha perorangan dimana Bapak Sukimin adalah pemiliknya. Modal awal diperoleh dari tabungan pribadi. Kelebihan dari bentuk usaha perorangan yaitu seluruh keuntungan dapat dinikmati sendiri. Namun kekurangan dari bentuk usaha perorangan yaitu semua bentuk kerugian dan beban usaha sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemilik.

6.5.2. Perizinan

Usaha mi mentah Bapak Sukimin belum memiliki surat izin usaha dari pihak manapun. Izin usaha yang perlu didapat oleh usaha mi mentah ini antara lain izin usaha dari pemerintah setempat seperti izin usaha dari Kepala Desa Kelurahan Tegal Lega, izin usaha dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, dan izin usaha dari pihak-pihak lain yang terkait dengan usaha makanan. 6.5.3. Hasil Analisis Aspek Hukum Berdasarkan hasil analisis aspek hukum, usaha mi mentah ini masih belum layak untuk dijalankan. Hal ini karena usaha ini belum memiliki izin usaha dari pihak manapun. Usaha mi mentah ini tidak memiliki kekuatan secara hukum sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah di kemudian hari. 75 VII ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan melalui keputusan pengalokasian sumber daya yang terbatas ke dalam suatu peluang investasi yang ada, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah satu usaha kecil menengah yang melakukan aktivitas ekonomi yang menggunakan sumber daya modal dalam menjalankan usahanya, sehingga memerlukan perhitungan yang tepat untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima. Analisis kelayakan finansial ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Periode PBP.

7.5. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Terigu

Usaha pembuatan mi mentah yang berkembang di berbagai daerah biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai input produksinya. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah satu produsen mi mentah yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utamanya. Skala produksi untuk analisis usaha ini adalah 140 kilogram mi mentah terigu dalam satu periode produksi. Selain memperoduksi mi mentah, usaha ini juga memproduksi pangsit basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit.

7.5.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Terigu

Arus manfaat dari Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan nilai penjualan total dari produk mi mentah, pangsit basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Selain penerimaan dari hasil penjualan produk dan jasa tersebut, terdapat nilai sisa dari dari barang-barang investasi. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk dengan harga jual. Karena usaha mi mentah terigu merupakan usaha yang sedang berlangsung, maka sepanjang umur bisnis jumlah produksi sudah mencapai 100 76 persen. Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-10, total penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 545,400,000,00. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Terigu per Tahun Tahun ke- Produk Jumlah kg Harga Rp Pendapatan Rp Total Pendapatan Rp 1-10 Mi mentah 140 10,000 462,000,000 545,400,000 Pangsit basah 10 10,000 33,000,000 Pangsit kering 10 12,000 39,600,000 Jasa penggilingan pangsit 90 4,000 10,800,000 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan digital, timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor. Rincian penyusutan dan nilai sisa barang-barang investasi usaha mi mentah terigu dapat dilihat pada Lampiran 2. Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000,00 per m 2 dengan luas 125 m 2 . Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital, timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang- barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke- 7, dan ke-10. Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.502.380. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai 75 VII ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan melalui keputusan pengalokasian sumber daya yang terbatas ke dalam suatu peluang investasi yang ada, sehingga dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah satu usaha kecil menengah yang melakukan aktivitas ekonomi yang menggunakan sumber daya modal dalam menjalankan usahanya, sehingga memerlukan perhitungan yang tepat untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima. Analisis kelayakan finansial ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC, dan Payback Periode PBP.

7.5. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Terigu

Usaha pembuatan mi mentah yang berkembang di berbagai daerah biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai input produksinya. Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan salah satu produsen mi mentah yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku utamanya. Skala produksi untuk analisis usaha ini adalah 140 kilogram mi mentah terigu dalam satu periode produksi. Selain memperoduksi mi mentah, usaha ini juga memproduksi pangsit basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit.

7.5.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Terigu

Arus manfaat dari Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan nilai penjualan total dari produk mi mentah, pangsit basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Selain penerimaan dari hasil penjualan produk dan jasa tersebut, terdapat nilai sisa dari dari barang-barang investasi. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk dengan harga jual. Karena usaha mi mentah terigu merupakan usaha yang sedang berlangsung, maka sepanjang umur bisnis jumlah produksi sudah mencapai 100 76 persen. Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1 hingga tahun ke-10, total penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 545,400,000,00. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 . Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Terigu per Tahun Tahun ke- Produk Jumlah kg Harga Rp Pendapatan Rp Total Pendapatan Rp 1-10 Mi mentah 140 10,000 462,000,000 545,400,000 Pangsit basah 10 10,000 33,000,000 Pangsit kering 10 12,000 39,600,000 Jasa penggilingan pangsit 90 4,000 10,800,000 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan digital, timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor. Rincian penyusutan dan nilai sisa barang-barang investasi usaha mi mentah terigu dapat dilihat pada Lampiran 2. Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000,00 per m 2 dengan luas 125 m 2 . Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital, timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang- barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan 20 kg, timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke- 7, dan ke-10. Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.502.380. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai 77 awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 20 kg memiliki nilai sisa di akhir proyek sebesar Rp 50.000. Timbangan 60 kg memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian barang-barang investasi yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 . Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Terigu No. Uraian Umur Nilai Beli Rp Nilai Sisa 1 Lahan - 177.000.000 177.000.000 2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142 3 Timbangan 20 kg 3 75.000 50.000 4 Timbangan 60 kg 3 350.000 233.333 5 Motor 7 10.000.000 11.428.571 6 Tas motor 3 250.000 333.333 Total 189.502.380 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011

7.5.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Terigu

Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah terigu ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek. Jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya investasi yang dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan biaya reinvestasi. Rincian biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada Lampiran 3. Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan. 78 Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha mi mentah Bapak Sukimin yaitu biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai, tunjangan hari raya mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan PBB, service motor, service mesin-mesin, dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri atas biaya listrik, air, upah tenaga kerja tambahan, tepung terigu, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, tartrazine, bumbu pangsit, plastik kemasan, bahan bakar transportasi, spidol marker dan tinta spidol. Rincian biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 11. 79 Tabel 11 . Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu No. Uraian Satuan Jumlah per Tahun Harga per Satuan Rp Nilai per Tahun Rp A. Biaya Tetap 1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000 2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000 3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000 4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000 5 PBB tahun 1 259.120 259.120 6 Service motor unit 2 150.000 300.000 7 Service mesin- mesin unit 3 250.000 750.000 8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000 B. Biaya Variabel 9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000 10 Air bulan 12 170.000 2.040.000 11 Upah pegawai tambahan orang 8 500.000 4.000.000 12 Tepung terigu 25 kg zak 1,650 167.000 275.550.000 13 Sagu 50 kg zak 72 250.000 18.000.000 14 Garam 3 lusin bal 92 17.000 1.564.000 15 Soda As kg 112 10.000 1.120.000 16 STTP kg 22 50.000 1.100.000 17 Potasium Karbonat kg 12 70.000 840.000 18 Tartrazin kg 6 80.000 480.000 19 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500 20 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000 21 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000 22 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000 23 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000 24 Tinta spidol marker botol 2 10.000 20.000 25 Bensin transportasi liter 1,340 4.500 6.030.000 Total biaya Operasioanal 355.693.620 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 80 Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah terigu yaitu sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah terigu sebesar Rp 355.693.620 per tahun.

7.5.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Terigu

Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value NPV, Net BC, Internal Rate of Return IRR dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha mi mentah terigu ini menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 12. Rincian lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 12 . Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu Kriteria Hasil NPV Rp 525.134.282 IRR 39,06 Net BC 2,76 PBP 4 tahun 4 bulan Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 525.134.282. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah terigu yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp 525.134.282 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 39,06 persen di mana IRR tersebut lehih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 39,06 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC yang diperoleh yaitu sebesar 2,76. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,76. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period PBP yang diperoleh adalah 4,79 tahun atau sama dengan 4 tahun 4 bulan. Nilai Payback Period ini 81 lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.

7.5.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Terigu

Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net BC sama dengan satu. Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung terigu dari sisi outflow. Variabel tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah terigu ini sangat bergantung kepada tepung terigu sebagai bahan baku utama yang memiliki harga fluktuatif di pasar. Selain itu, jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan mengalami penurunan akibat penurunan penjualan. Variabel tingkat harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga jual mi mentah tidak pernah mengalami penurunan. Pemikiran ini berdasarkan fakta dan hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 . Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Terigu Perubahan Persentase NPV Rp Net BC IRR Penurunan penjualan mi mentah terigu 16,54 24.676 1,00 7,47 Kenaikan harga tepung terigu 27,73 25.243 1,00 7,47 Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan- perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi 82 cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan mi mentah terigu sebesar 16,54 persen atau kenaikan harga tepung terigu sebesar 27,73 persen usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk diusahakan dengan memperoleh keuntungan normal. Usaha pembuatan mi mentah terigu ini masih layak untuk dilaksanakan apabila penurunan penjualan mi mentah tidak melebihi 16,54 persen. Selain itu, jika kenaikan harga tepung terigu juga tidak melebihi 27,73 persen, usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu ini paling sensitif terhadap penuruna penjualan mi mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung terigu menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.

7.5.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Terigu

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak EBT diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak EAT diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar 25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Laba rugi usaha pembuatan mi mentah terigu menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-10, usaha pembuatan mi mentah terigu ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 139.208.267. Rincian perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7.

7.6. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Usaha pembuatan mi mentah dapat menggunakan bahan baku campuran tepung terigu dan tepung jagung sebagai input produksinya. Penggunaan tepung terigu dan tepung jagung dilakukan dengan proporsi 70:30. Mi mentah yang 83 menggunakan tepung terigu dan tepung jagung sebagai bahan baku utamanya disebut mi mentah jagung 30 persen. Pada dasarnya proses pembuatan mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen adalah sama saja. Namun, terdapat beberapa perbedaan dalam manfaat dan biaya.

7.6.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk dengan harga jual. Pendapatan penjualan diperoleh dari produk mi mentah terigu, pangsit mentah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini karena usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi sudah mencapai 100 persen. Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa penggilingan pangsit. Sedangkan harga yang ditetapkan untuk mi mentah jagung 30 persen sama dengan mi mentah terigu, yaitu Rp 10.000. Penetapan harga dan kapasitas produksi pada mi mentah jagung 30 persen adalah sama dengan mi mentah terigu. Hal ini menyebabkan jumlah penerimaan mi mentah jagung 30 persen dan mi mentah terigu adalah sama saat kapasitas produksinya sudah 100 persen. Pada tahun ke-1, total penerimaan usaha mi mentah jagung 30 persen adalah sebesar Rp 272.700.000. Pada tahun ke-2 total penerimaan usaha mi mentah jagung 30 persen adalah sebesar Rp 381.780.000. Pada tahun ke-3 hingga tahun ke-10, total penerimaan usaha mi mentah jagung 30 persen adalah sebesar Rp 545.400.000. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 14. 84 Tabel 14 . Rincian Penerimaan Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 persen Tahun ke- Produk Jumlah kg Harga Rp Pendapatan Rp Total Pendapatan Rp 1 Mi mentah 70 10.000 231.000.000 272.700.000 Pangsit basah 5 10.000 16.500.000 Pangsit kering 5 12.000 19.800.000 Jasa penggilingan pangsit 45 4.000 5.400.000 2 Mi mentah 98 10.000 323.400.000 381.780.000 Pangsit basah 7 10.000 23.100.000 Pangsit kering 7 12.000 27.720.000 Jasa penggilingan pangsit 63 4.000 7.560.000 3-10 Mi mentah 140 10.000 462.000.000 545.400.000 Pangsit basah 10 10.000 33.000.000 Pangsit kering 10 12.000 39.600.000 Jasa penggilingan pangsit 90 4.000 10.800.000 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor. Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000 per m 2 . Lahan memiliki luas 125 m 2 . Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang- barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian pembelian ulang untuk timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke- 7, dan ke-10. Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.452.380. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai 85 awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 60 kg memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian barang-barang investasi yang memiliki nilai sisa dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 . Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen No. Uraian Umur Nilai Beli Rp Nilai Sisa 1 Lahan - 177.000.000 177.000.000 2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142 3 Timbangan 60 kg 3 350.000 233.333 4 Motor 7 10.000.000 11.428.571 5 Tas motor 3 200.000 333.333 Total 189.452.380 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011

7.6.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek. Jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya investasi yang dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan biaya reinvestasi. Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini yaitu biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai, 86 tunjangan hari raya mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan PBB, service motor, service mesin-mesin, dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri atas biaya listrik, air, upah tenaga kerja tambahan saat bulan Ramadhan, tepung terigu, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, tartrazine, guar gum, bumbu pangsit, plastik kemasan, bahan bakar transportasi, spidol marker dan tinta spidol. Rincian biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 16. 87 Tabel 16 . Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 persen No. Uraian Satuan Jumlah per Tahun Harga per Satuan Rp Nilai per Tahun Rp A. Biaya Tetap 1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000 2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000 3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000 4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000 5 PBB tahun 1 259.120 259.120 6 Service motor unit 2 150.000 300.000 7 Service mesin- mesin unit 3 250.000 750.000 8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000 B. Biaya Variabel 9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000 10 Air bulan 12 170.000 2.040.000 11 Upah pegawai tambahan orang 8 500.000 4.000.000 12 Tepung terigu 25 kg zak 1.155 167.000 275.550.000 13 Tepung jagung 25 kg zak 495 125.000 61.875.000 14 Sagu 50 kg zak 72 250.000 18.000.000 15 Garam 3 lusin bal 92 17.000 1.564.000 16 Soda As kg 112 10.000 1.120.000 17 STTP kg 22 50.000 1.100.000 18 Potasium Karbonat kg 12 70.000 840.000 19 Guar gum kg 207 18.000 3.726.000 20 Tartrazin kg 6 80.000 480.000 21 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500 22 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000 23 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000 24 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000 25 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000 26 Tinta spidol marker botol 2 10.000 20.000 27 Bensin transportasi liter 1.340 4.500 6.030.000 Total biaya Operasioanal 338.629.620 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 88 Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah jagung 30 persen yaitu sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah terigu sebesar Rp 315.820.500 per tahun. Pada tahun ke-1, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 50 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 157.910.250. Pada tahun ke-2, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 70 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 221.074.350. Sedangkan pada tahun ke-3 sampai tahun ke-10, biaya variabel yang dikeluarkan yaitu Rp 315.820.500. Maka, setelah kapasitas produksi mencapai 100 persen, total biaya operasional yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp 338.629.620.

7.6.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value NPV, Net BC, Internal Rate of Return IRR dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha mi mentah jagung 30 persen menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 17. Rincian lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 17 . Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 Persen Kriteria Hasil NPV Rp 508.680.026 IRR 32 Net BC 2,40 PBP 3 tahun 7 bulan Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 508.680.026. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp 508.680.026 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 32 persen di mana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini 89 menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 32 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net BC yang diperoleh yaitu sebesar 2,40. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 2,40. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period PBP yang diperoleh adalah 3,63 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan. Nilai Payback Period ini lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.

7.6.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net BC sama dengan satu. Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung terigu dari sisi outflow. Variabel tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah jagung 30 persen ini sangat bergantung kepada tepung terigu sebagai bahan baku utama. Tepung terigu ini dinilai memiliki harga yang berfluktuatif di pasar. Tepung terigu digunakan sebagai dasar perhitungan dalam analisis switching value ini karena memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan tepung jagung. Selain itu, jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan mengalami penurunan produksi akibat penurunan penjualan. Variabel tingkat harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga jual mi mentah tidak pernah mengalami penurunan. Pemikiran ini berdasarkan 90 fakta dan hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan mi mentah terigu dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 . Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 30 persen Perubahan Persentase NPV Rp Net BC IRR Penurunan penjualan mi mentah jagung 30 persen 17,91 12.315 1,00 7,47 Kenaikan harga tepung terigu 42,89 12.528 1,00 7,47 Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan- perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan mi mentah jagung 30 persen sebesar 17,91 persen atau kenaikan harga tepung terigu sebesar 42,89 persen usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini masih layak untuk diusahakan dengan memperoleh keuntungan normal. Usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini masih layak untuk dilaksanakan apabila penuruna penjualan mi mentah tidak melebihi 17,91 persen. Selain itu, jika kenaikan harga tepung terigu juga tidak melebihi 42,89 persen, usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini paling sensitif terhadap penurunan penjualan mi mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung terigu menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.

7.6.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung 30 Persen

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak EBT diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. 91 Laba setelah pajak EAT diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar 25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Laba rugi usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1, usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen memperoleh keuntungan sebesar Rp 57.450.205. Pada tahun ke-2, usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 91.887.130. Sedangkan pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10, usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 143.542.517. Rincian perhitungan laba rugi usaha mi mentah jagung 30 persen dapat dilihat pada Lampiran 12.

7.7. Analisis Aspek Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Usaha pembuatan mi mentah yang berkembang di berbagai daerah biasanya menggunakan bahan baku tepung terigu sebagai input produksinya. Namun mi mentah juga dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baku utama tepung jagung. Perbedaan dalam menggunakan bahan baku utama ini menyebabkan perbedaan pada biaya investasi dan biaya variabel yang digunakan dalam memproduksi mi mentah jagung 100 persen. Perbedaan-perbedaan ini tentunya akan berpengaruh terhadap perhitungan manfaat dan biaya. Skala produksi untuk analisis usaha mi mentah jagung 100 persen ini adalah 140 kilogram mi mentah dalam satu periode produksi.

7.7.1. Analisis Inflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Arus manfaat dari Usaha Mi Mentah Bapak Sukimin merupakan nilai penjualan total dari produk mi mentah, pangsit basah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Selain penerimaan dari hasil penjualan produk dan jasa tersebut, terdapat nilai sisa dari dari barang-barang investasi. Pendapatan penjualan diperoleh dari hasil kali total penjualan produk dengan harga jual. Pendapatan penjualan diperoleh dari produk mi mentah jagung 92 100 persen, pangsit mentah, pangsit kering, dan jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1 dan ke-2, usaha belum mampu berproduksi secara optimal. Nilai produksi pada tahun ke-1 dan ke-2 masing-masing sebesar 50 persen dan 70 persen. Hal ini karena usaha masih dalam tahap pengenalan produk kepada konsumen sehingga usaha membatasi jumlah produksinya. Sedangkan mulai tahun ke-3 sampai tahun ke-10 jumlah produksi sudah mencapai 100 persen. Produksi optimal 100 persen yaitu sebesar 140 kilogram mi mentah, 10 kilogram pangsit basah, 10 kilogram pangsit kering, dan 90 kilogram tepung untuk jasa penggilingan pangsit. Pada tahun ke-1, total penerimaan usaha mi mentah jagung 100 persen adalah sebesar Rp 272.700.000. Pada tahun ke-2 total penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 381.780.000. Pada tahun ke-3 hingga tahun ke- 10, total penerimaan usaha mi mentah terigu adalah sebesar Rp 545.400.000. Rincian penerimaan usaha dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Proyeksi Pendapatan Penjualan Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen per Tahun Tahun ke- Produk Jumlah kg Harga Rp Pendapatan Rp Total Pendapatan Rp 1 Mi mentah 70 10.000 231.000.000 272.700.000 Pangsit basah 5 10.000 16.500.000 Pangsit kering 5 12.000 19.800.000 Jasa penggilingan pangsit 45 4.000 5.400,000 2 Mi mentah 98 10.000 323.400.000 381.780.000 Pangsit basah 7 10.000 23.100.000 Pangsit kering 7 12.000 27.720.000 Jasa penggilingan pangsit 63 4.000 7.560.000 3-10 Mi mentah 140 10.000 462.000.000 545.400.000 Pangsit basah 10 10.000 33.000.000 Pangsit kering 10 12.000 39.600.000 Jasa penggilingan pangsit 90 4.000 10.800.000 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 93 Pendapatan lain diperoleh dari nilai sisa yang dipunyai barang-barang modal yang tidak habis terpakai selama umur bisnis dan dinilai pada saat tahun bisnis terakhir. Barang-barang yang mempunyai nilai sisa yaitu lahan, timbangan digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor. Lahan memiliki nilai Rp 1.416.000 per m 2 dengan luas 125 m 2 . Lahan yang tidak didirikan bangunan di atasnya digunakan sebagai tempat pembuatan gerobak, tempat penyimpanan gerobak baru, dan parkir motor. Timbangan digital, timbangan 60 kg, motor, dan tas motor merupakan barang-barang reinvestasi karena barang sudah tidak memiliki nilai ekonomis sebelum umur proyek berakhir. Perusahaan melakukan pembelian ulang untuk timbangan digital dan motor pada awal tahun ke-8. Perusahaan melakukan pembelian pembelian ulang untuk timbangan 60 kg, dan tas motor pada awal tahun ke-4, ke-7, dan ke-10. Total nilai sisa adalah sebesar Rp 189.452.380. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilai lahan di akhir proyek adalah sama dengan nilai awalnya ytiu Rp 177.000.000. Timbangan digital memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 457.142. Timbangan 60 Kg memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 233.333. Motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 11.428.571 untuk dua unit motor. Tas motor memiliki nilai sisa pada akhir proyek sebesar Rp 333.333 untuk dua unit tas motor. Rincian perhitungan nilai sisa usaha mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Lampiran 13. Tabel 20 . Nilai Sisa Barang-barang Investasi pada Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen No. Uraian Umur Nilai Beli Rp Nilai Sisa 1 Lahan - 177.000.000 177.000.000 2 Timbangan Digital 7 800.000 457.142 3 Timbangan 60 Kg 3 350.000 233.333 4 Motor 7 10.000.000 11.428.571 5 Tas motor 3 200.000 333.333 Total 189.452.381 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011

7.7.2. Analisis Outflow Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Arus pengeluaran dalam usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini dibagi ke dalam dua kelompok yaitu biaya investasi dan biaya operasional. 94 Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal pelaksanaan proyek. Jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur bisnis, biaya investasi yang dikeluarkan selama proyek bisnis berlangsung disebut dengan biaya reinvestasi. Rincian biaya investasi pada usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Lampiran 14. Selain biaya investasi, biaya di dalam menjalankan suatu usaha dilihat dari biaya operasional. Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala sesuai dengan umur ekonomis suatu barang selama usaha berjalan. Biaya operasional terdiri dari dua macam, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan nilainya sama setiap tahun. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh usaha mi mentah Bapak Sukimin yaitu biaya telepon, gaji pegawai, tunjangan hari raya pegawai, tunjangan hari raya mitra usaha, Pajak Bumi Bangunan PBB, service motor, service mesin-mesin, dan pajak motor. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri atas biaya listrik, air, upah tenaga kerja tambahan saat bulan Ramadhan, tepung terigu, tepung sagu, garam, soda as, STPP, potasium karbonat, tartrazine, bumbu pangsit, plastik kemasan, bahan bakar transportasi, spidol marker dan tinta spidol. Rincian biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 21. 95 Tabel 21 . Rincian Biaya Operasional Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen No. Uraian Satuan Jumlah per Tahun Harga per Satuan Rp Nilai per Tahun Rp A. Biaya Tetap 1 Telepon bulan 12 200.000 2.400.000 2 Gaji pegawai bulan 12 1.200.000 14.400.000 3 THR pegawai orang 1 600.000 600.000 4 THR mitra usaha orang 35 100.000 3.500.000 5 PBB tahun 1 259.120 259.120 6 Service motor unit 2 150.000 30.000 7 Service mesin- mesin unit 3 250.000 750.000 8 Pajak motor unit 2 300.000 600.000 B. Biaya Variabel 9 Listrik bulan 12 270.000 3.240.000 10 Air bulan 12 170.000 2.040.000 11 Upah pegawai tambahan orang 8 500.000 4.000.000 12 Tepung jagung 25 kg zak 1.474 125.000 184.250.000 13 Tepung terigu 25 kg zak 176 167.000 29.392.000 14 Sagu 50 kg zak 72 250.000 18.000.000 15 Garam 3 lusin bal 92 17.000 1.564.000 16 Soda As kg 112 10.000 1.120.000 17 STTP kg 22 50.000 1.100.000 18 Potasium Karbonat kg 12 70.000 840.000 19 Guar gum kg 412 18.000 7.416.000 20 Tartrazin kg 6 80.000 480.000 21 Bumbu pangsit paket 335 52.500 17.587.500 22 Plastik 20x35 bungkus 110 3.500 385.000 23 Plastik 28x50 bungkus 124 4.000 496.000 24 Plastik 40x60 bungkus 50 8.000 400.000 25 Spidol Marker buah 4 8.000 32.000 26 Tinta spidol marker botol 2 10.000 20.000 27 Bensin transportasi liter 1,340 4.500 6.030.000 28 Kain saring lembar 6 15.000 90.000 Total biaya Operasioanal 355.693.620 Sumber: UKM Mi Mentah Bapak Sukimin 2011 96 Biaya tetap yang dibutuhkan dalam pembuatan mi mentah jagung 100 persen yaitu sebesar Rp 22.809.120 per tahun. Sedangkan biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi mi mentah jagung 100 persen sebesar Rp 278.482.500 per tahun. Pada tahun ke-1, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 50 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 139.241.250. Pada tahun ke-2, biaya variabel yang dibutuhkan sebesar 70 persen dari kapasitas normal, yaitu sebesar Rp 194.937.750.

7.7.3. Analisis Finansial Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Kelayakan finansial usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value NPV, Net BC, Internal Rate of Return IRR dan Payback Period. Hasil cashflow pada usaha mi mentah jagung 100 persen menunjukkan hasil yang tertera pada Tabel 22. Rincian lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 22. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah jagung 100 persen Kriteria Hasil NPV Rp 1.011.003.777 IRR 38 Net BC 3,96 PBP 3 tahun 11 bulan Berdasarkan analisis finansial di atas dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen akan menghasilkan nilai NPV yang lebih besar dari nol, yaitu Rp 1.011.003.777. Hal ini menunjukkan usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen yang dilaksanakan akan memberikan manfaat bersih kini sebesar Rp 1.011.003.777 selama jangka waktu 10 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 38 persen di mana IRR tersebut lehih besar dari discount factor yang ditetapkan yaitu sebesar 7,47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini mampu memberikan hasil sebesar 38 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini layak untuk dilaksanakan. 97 Nilai Net BC yang diperoleh yaitu sebesar 3,96. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,96. Nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari satu, sehingga usaha pembuatan mi mentah terigu ini layak untuk dilaksanakan. Payback Period PBP yang diperoleh adalah 3,93 tahun atau sama dengan 3 tahun 11 bulan. Nilai Payback Period ini lebih pendek dibandingkan umur proyek sehingga berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dijalankan.

7.7.4. Analisis Switching Value Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Analisis nilai pengganti switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha ini masih layak untuk diusahakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal berdasarkan kriteria investasi, yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net BC sama dengan satu. Variabel yang dibahas dalam analisis switching value adalah variabel yang dianggap paling signifikan dalam mempengaruhi usaha atau proyek. Dalam penelitian ini variabel yang akan dibahas yaitu jumlah produksi mi mentah dari sisi inflow dan biaya bahan baku yaitu tepung jagung dari sisi outflow. Variabel tersebut digunakan karena berdasarkan hasil wawancara, usaha mi mentah jagung ini sangat bergantung kepada tepung jagung sebagai bahan baku utama memiliki harga yang berfluktuatif di pasar karena belum banyak diproduksi. Selain itu, jumlah produksi mi mentah sebagai produk utama memiliki kemungkinan mengalami penurunan akibat penurunan produksi. Variabel tingkat harga jual tidak digunakan dalam analisis nilai pengganti. Hal ini karena, harga jual mi mentah tidak pernah mengalami penurunan. Pemikiran ini berdasarkan fakta dan hasil wawancara di lokasi penelitian. Hasil analisis switching value usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen dapat dilihat pada Tabel 23. 98 Tabel 23 . Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembuatan Mi Mentah Jagung 100 Persen Perubahan Persentase NPV Rp Net BC IRR Penurunan penjualan mi mentah 23,55 342.040.545 1,87 7,47 Kenaikan harga tepung jagung 59,05 342.037.670 1,87 7,47 Berdasarkan hasil analisis switching value, dapat dilihat perubahan- perubahan variabel yang berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Dengan asumsi cateris paribus, jika salah satu dari perubahan terjadi yaitu penurunan penjualan mi mentah jagung 100 persen sebesar 23,55 persen atau kenaikan harga tepung jagung sebesar 59,05 persen usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini masih layak untuk diusahakan dengan memperoleh keuntungan normal. Usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini masih layak untuk dilaksanakan apabila penuruna penjualan mi mentah tidak melebihi 23,55 persen. Selain itu, jika kenaikan harga tepung jagung juga tidak melebihi 59,05 persen, usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini paling sensitif terhadap penuruna penjualan mi mentah. Sedangkan perubahan kenaikan harga tepung jagung menjadi variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap kelayakan usaha.

7.7.5. Laporan Laba Rugi Usaha Mi Mentah Jagung 100 Persen

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan mi mentah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak EBT diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak EAT diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan. Ketentuan pajak penghasilan yang digunakan yaitu pajak flat sebesar 25 persen berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 99 tentang Perubahan Keempat atas Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Laba rugi usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh setiap tahunnya. Pada tahun ke-1, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen memperoleh keuntungan sebesar Rp 70.349.455. Pada tahun ke-2, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 110.387.080 Sedangkan pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-10, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen ini memperoleh keuntungan sebesar Rp 170.443.517. Rincian perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 18.

7.8. Analisis Perbandingan Usaha Mi Mentah Terigu, Mi Mentah Jagung

30 Persen, dan Mi Mentah Jagung 100 Persen Analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan hasil analisis kelayakan finansial dari ketiga jenis usaha dengan bahan baku yang berbeda. Berdasarkan hasi perhitungan analisis kelayakan finansial pada ketiga jenis usaha tersebut dengan tingkat diskonto 7,47 persen dapat disimpulkan bahwa ketiga usaha tersebut layak untuk diusahakan. Tabel 24 . Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembuatan Mi Mentah Kriteria Mi Mentah Terigu Mi Mentah Jagung 30 Persen Mi Mentah Jagung 100 Persen NPV Rp 525.134.282 Rp 508.680.026 Rp 1.011.003.777 IRR 39,06 32 38 Net BC 2,76 2,40 3,96 PBP 4 tahun 4 bulan 3 tahun 7 bulan 3 tahun 11 bulan Hasil perbandingan yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 24 menunjukkan bahwa dari kedua jenis usaha, usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen merupakan usaha yang paling layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen lebih besar dibandingkan usaha pembuatan mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Hal ini berdasarkan nilai NPV usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen yang diperoleh sebesar Rp 1.011.003.777 lebih besar 100 dibandingkan usaha pembuatan mi mentah terigu maupun mi mentah jagung 30 persen, sehingga usaha mi mentah jagung 100 persen memberikan manfaat bersih yang lebih besar daipada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Nilai Net BC yang diperoleh juga paling tinggi dibandingkan usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen, yaitu sebesar 3,96. Berdasarkan kriteria IRR, usaha mi mentah terigu memiliki nilai yang paling besar dibandingkan usaha mi mentah jagung 30 persen dan usaha mi mentah jagung 100 persen. Usaha mi mentah terigu memiliki nilai IRR sebesar 39,06 persen. Hal ini berarti usaha mi mentah terigu mampu memberikan hasil yang paling besar dibandingkan tingkat discount factor yang digunakan. Tingkat pengembalian investasi juga berbeda cukup besar pada tingkat diskonto 7,47 persen. Nilai payback period usaha pembuatan mi mentah jagung 30 persen memiliki nilai paling kecil daripada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 100 persen, yaitu selama 3 tahun 7 bulan. Hal ini berarti waktu yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran investasi pada usaha mi mentah jagung 30 persen adalah paling singkat dibandingkan umur proyek. Maka, usaha mi jagung 30 persen lebih layak untuk diusahakan dari segi nilai payback period. Hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan oleh penurunan jumlah penjualan merupakan variabel yang paling sensitif terhadap proyeksi penerimaan. Sedangkan untuk perubahan yang terjadi karena kenaikan harga bahan baku tepung menjadi variabel yang kurang berpengaruh terhadap proyeksi aliran kas. Batas maksimal perubahan yang terjadi pada masing-masing usaha ditampilkan pada Tabel 25. Tabel 25 . Perbandingan Nilai Switching Value pada Ketiga Jenis Usaha Perubahan Mi Mentah Terigu persen Mi Mentah Jagung 30 Persen persen Mi Mentah Jagung 100 Persen persen Penurunan penjualan mi mentah 16,54 17,91 23,55 Kenaikan harga tepung 27,73 42,89 59,05 101 Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa usaha pembuatan mi mentah terigu memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap perubahan yang disebabkan oleh kedua variabel dibandingkan dengan usaha mi mentah jagung 30 persen dan mi jagung 100 persen. Jadi usaha mi mentah terigu lebih peka terhadap perubahan. Perhitungan laba rugi dari ketiga jenis usaha menunjukkan bahwa usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Pada tahun pertama, keuntungan yang dihasilkan pada usaha mi mentah jagung 100 persen sebesar Rp 70.349.455. Keuntungan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan oleh usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Begitu pula dengan keuntungan pada tahun- tahun berikutnya, keuntungan yang dihasilkan oleh usaha mi mentah jagung 100 persen lebih besar daripada usaha mi mentah terigu dan mi mentah jagung 30 persen. Pada tahun kedua, usaha mi mentah jagung 100 persen menghasilkan keuntungan Rp 110.387.080. Pada tahun ketiga dan selanjutnya, keuntungan yang dihasilkan dari usaha mi mentah jagung 100 persen adalah sebesar Rp 170.443.517. Keuntungan dari kedua usaha ditampilkan pada Tabel 26. Tabel 26 . Perbandingan Keuntungan yang Diperoleh dari Ketiga Jenis Usaha Jenis Mi Mentah Keuntungan Rp Tahun Ke-1 Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 sampai Ke-10 Mi Mentah Terigu 139.208.267 139.208.267 139.208.267 Mi Mentah Jagung 30 Persen 57.450.205 91.887.130 143.542.517 Mi Mentah Jagung 100 Persen 70.349.455 110.387.080 170.443.517 102 VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan