Konsep Marjin Tataniaga Konsep Efisiensi Tataniaga

26 aktivitas fisik, dan fasilitas. Menurut Kohls dan Uhl 1990, salah satu cara meningkatkatkan efisiensi operasional adalah dengan penerapan teknologi baru termasuk substitusi modal kerja. Pendekatan efisiensi harga dianalisis melalui analisis tingkat keterpaduan pasar, sedangkan pendekatan efisiensi operasional melalui marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio biaya dan keuntungan tataniaga. Efisiensi pemasaran dapat tercapai jika sistem tataniaga tersebut dapat memberikan kepuasan pada pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Kegiatan pemasaran dikatakan efisien apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat Soekartawi, 2002. Purcell 1979 dalam Hermansyah 2008, mengungkapkan bahwa efisiensi operasional dapat ditunjukkan pada kondisi : 1. Menurunkan biaya tanpa menurunkan kepuasan konsumen 2. Meningkatkan kepuasan konsumen tanpa meningkatkan biaya 3. Meningkatkan biaya dan meningkatkan kepuasan tapi jumlah output lebih besar daripada jumlah input Sementara itu, terdapat tiga kondisi efisiensi harga yaitu : 1. Tersedia alternatif pada konsumen 2. Perbedaan harga yang terjadi merupakan refleksi daripada biaya. 3. Perusahaan relatif bebas masuk atau keluar pasar sebagai respon dari laba atau kerugian akibat adanya perbedaan harga

3.1.6.1. Konsep Marjin Tataniaga

Insentif ekonomi merupakan salah satu faktor yang mampu memotivasi petani dalam melakukan kegiatan produksi. Insentif ekonomi tersebut dapat diketahui melalui besarnya keragaan dan perkembangan marjin tataniaga. Kohls dan Uhl 1990 mendefinisikan marjin tataniaga sebagai perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Marjin tataniaga 27 ini terdiri dari dua komponen yaitu besarnya biaya pemasaran marketing cost dan keuntungan pemasaran marketing profit. Setiap lembaga tataniaga yang terlibat dalam sistem tataniaga memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan atau imbalan dari pengorbanan yang diberikan. Artinya, dengan pengorbanan tertentu yang disumbangkan, akan diusahakan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan maksimal atau dengan keuntungan tertentu akan diusahakan meminimumkan pengorbanannya. Perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai ke tingkat konsumen akhir disebabkan karena adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditas dari titik produsen sampai ke titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut di titik produsen dibandingkan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen. Perbedaan harga yang terjadi antara lembaga tataniaga satu dengan lembaga tataniaga lainnya dalam saluran tataniaga suatu komoditas yang sama disebut sebagai marjin tataniaga. Definisi marjin tataniaga menurut Kohls dan Uhl 1990 juga digambarkan oleh kurva marjin tataniaga Gambar 4. Gambar 4. Proses Terjadinya Marjin dan Nilai Marjin Tataniaga Keterangan: Pf : Harga di tingkat produsen Pr : Harga di tingkat konsumen Df : Kurva permintaan produsen Dr : Kurva permintaan konsumen Sf : Kurva penawaran produsen Sr : Kurva penawaran konsumen Qr,f : Jumlah keseimbangan di tingkat produsen dan konsumen Pr-Pf : Marjin tataniaga Pr-PfQr,f : Nilai marketing marjin yang merupakan hasil kali antara jumlah yang terjual dengan selisih harga di tingkat konsumen dan harga di tingkat produsen 28 Selama barang bergerak dari petani sampai ke konsumen terjadi pertambahan nilai pada barang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga sehingga tingkat kepuasan konsumen dapat ditingkatkan. Perlakuan yang diberikan oleh lembaga-lembaga tataniaga terdiri dari beberapa komponen seperti tenaga kerja, modal, dan manajemen yang masing-masing memberikan proporsi tertentu. Jumlah dari komponen ini jika ditambah dengan keuntungan dari lembaga tataniaga disebut marjin tataniaga bagi lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian, marjin tataniaga secara keseluruhan dari produsen ke konsumen adalah jumlah saluran marjin tataniaga dari lembaga tataniaga. Rendahnya marjin tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani f armers’s share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

3.1.6.2. Konsep Farmer’s Share