82
Pada saluran tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci didapatkan bahwa semua saluran yang tujuan akhirnya adalah pasar luar negeri tidak efisien,
dilihat dari berbagai indikator yang digunakan. Saluran IV merupakan saluran yang memiliki margin terkecil dan farme
r’s share yang tinggi, namun dilihat dari rasio keuntungan dan biaya, maka nilai rasio keuntungan terhadap biayanya yang
kecil dari satu mengindikasikan bahwa slauran ini tidak efisien. Dilihat dari rasio keuntungan dan biaya, saluran I sudah dapat dikatakan efisien, namun nilai
margin yang lebih besar dari farmer’s share mengindikasikan bahwa saluran ini
tidak efisien. Saluran IIIb yang menjual kayu manis dengan tujuan akhir pabrik kayu
dapat dikatakan lebih efisien dari saluran yang menjual ke pasar luar negeri. dilihat dari nilai ratio keuntungan dan biaya yang mencapai 17,48 dan nilai
farmer’s share yang lebih tinggi dari saluran lain dimana nilai marginnya sebesar 42,5 persen dan
farmer’s share sebesar 57,5 persen. Namun, tingginya nilai ratio keuntungan dan biaya tidak diikuti oleh pemerataan keuntungan dianatara
lembaga yang terlibat. Dari analisis tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci didapatkan
bahwa saluran yang berakhir di pasar luar negeri tidak efisien. Saluran yang berakhir di pabrik kayu manis dapat dikatakan efisien, namun saluran ini belum
bisa menjadi alternatif untuk petani menjual kayu manis dengan harga yang lebih tinggi karena volumenya masih sedikit. Oleh karena itu solusinya, petani dapat
mengkombinasikan penjualannya, tidak hanya menjual ke eksportir tapi juga sebagian ke pabrik kayu manis. Selain itu dibutuhkan sebuah regulasi untuk
menjaga harga kayu manis tetap stabil atau regulasi untuk meningkatkan harga kayu manis melihat rendahnya share yang diterima petani.
6.5.5. Analisis Integrasi Pasar Kayu Manis
Integrasi atau keterpaduan pasar berguna untuk melihat keeratan hubungan pasar dengan pasar lain yang menjadi rujukan yang mempengaruhinya, yang
dilihat berdasarkan pergerakan harga yang berhubungan dengan dua pasar atau lebih. Model yang digunakan untuk menganalisis aspek keterpaduan pasar dalam
tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci adalah model yang dikembangkan
83
oleh Ravallion 1986 dan Heytens 1986. Model didasarkan pada hubungan hubungan bedakala lag bersebaran autoregresive antara harga di tingkat petani
dengan harga di pasar acuan yaitu harga tingkat eksportir. Data yang digunakan untuk analisis integrasi adalah data time series
bulanan tahun 2009-2011 Lampiran 11. Data harga di tingkat petani didapatkan dari Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, sementara harga di tingkat eksportir
didapatkan dari AECI Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia di Padang. Pengolahan data dianalisis dengan menggunakan model Indeks of Market
Connection IMC melalui pendekatan model Autoregressive Distributed Lag
yang diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa Ordinary Least Square, OLS. Hasil olahan data keterpaduan pasar di tingkat petani kayu manis dengan
tingkat eksportir dalam penelitian ini digunakan eksportir di Padang dapat dilihat pada Tabel 18 .
Tabel 18. Hasil Olahan Data Keterpaduan Pasar Petani dengan Pasar
Eksportir Kayu Manis di Padang 2009-2011
Variabel Bebas Parameter
Dugaan P-value
significance
Bedakala harga di tingkat petani Pt 0,715
0,000 Selisih harga di tingkat eksportir Pjt-Pjt-1
- 0,071
0,497 Bedakala harga di tingkat eksportir Pjt
0,0434 0,161
F-hitung 40,16
0,000 Koefisien determinasi R
2
79,5 R
2
-adjusted 77,6
IMC 16,5
DW 2,013
t
hitung jangka pendek
5,36
t
tabel jangka pendek
1,645
t
hitung jangka panjang
10,408
t
tabel jangka panjang
1,645
Sumber : Data Sekunder 2012 diolah
Uji statisistik terhadap kesesuaian model diperoleh nilai F-hitung sangat nyata pada taraf kepercayaan 95 persen α = 5 persen yang mengindikasikan
bahwa model cukup baik karena variabel bebas dapat menjelaskan keragaman variabel terikat. Keragaman harga kayu manis di tingkat petani Pt dapat
84
dijelaskan oleh keragaman variabel bebas yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 79,5 persen dan sisanya sebanayak 20,5 persen dijelaskan
oleh faktor lain di luar model. R
2
-adjusted sebesar 77,6 persen.
Pengujian autokorelasi hasil uji Durbin-Watson menunjukkan hasil bahwa tidak
terdapat autokorelasi error yang berpola pada pengujian tingkat pertama. Uji
multikolinearitas yang dilakukan terhadap model diduga dengan melihat Varian
Inflation Factor VIF. Hasil VIF menunjukkan bahwa semua variabel yang memiliki
nilai VIF 10, menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas antar masing-
masing variabel bebas.
Hasil estimasi parameter koefisien b
1
adalah sebesar 0,715, dengan nilai P- Valuenya adalah 0,000 Lampiran 10. Model akan signifikan jika nilai P-Value
lebih kecil dari nilai taraf nyata. Taraf nyata yang digunakan adalah 5 persen. Jadi, dapat dilihat bahwa berapapun harga yang terjadi di tingkat petani pada bulan lalu
berpengaruh nyata pada penentuan harga bulan berikutnya, dimana peningkatan perubahan harga pada bulan lalu sebesar 100 persen, cateris paribus, akan
meningkatkan harga pada bulan berikutnya sebesar 71,5 pada taraf kepercayaan 5 persen. Sedangkan nilai koefisisen b3 adalah - 0,071 dengan P-Value 0,161
Lampiran 10 yang menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 5 jika terjadi peningkatan perubahan harga di pasar acuan tingkat eksportir tidak berpengaruh
nyata pada peningkatan harga di tingkat petani. Keseimbangan jangka panjang sempurna ditunjukkan oleh nilai b
2
= 1. Semakin dekat nilai parameter dugaan b
2
dengan satu, maka keterpaduan jangka panjang akan semakin baik. Nilai b
2
= 1 juga dapat diartikan bahwa pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna, sedangkan apabila nilai b
2
kurang dari satu menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna. Namun, apabila nilai
b
2
lebih besar dari satu maka perubahan harga pada pasar eksportir akan sangat berpengaruh terhadap pembentukkan harga di tingkat petani. Parameter dugaan
untuk nilai koefisien b
3
sebesar - 0,0707 dengan P-Value 0,497 Lampiran 10. Hal ini berarti, perubahan harga minggu lalu di tingkat eksportir tidak akan
berpengaruh di tingkat petani. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak antara eksportir dengan petani tidak memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya
perubahan harga minggu lalu di tingkat eksportir terhadap minggu ini di tingkat petani.
85
Pengujian statistik dilanjutkan dengan uji-t pada masing-masing variabel independen untuk menguji faktor yang dapat menjelaskan atau faktor yang
berpengaruh nyata terhadap harga kayu manis di tingkat petani. Hanya satu variabel yang signifikan pada taraf nyata
pengujian α = 5 persen yaitu variabel Pjt atau bedakala harga di tingkat eksportir. Variabel lainnya tidak berpengaruh nyata
terhadap harga kayu manis di tingkat petani. Berdasarkan hipotesis uji-t, maka dapat diukur tingkat keterpaduan jangka
pendek dan jangka panjang. Hipotesis uji-t untuk koefisien b
1
memiliki t-hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga H
diterima pada taraf nyata sebesar 5 persen, Artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek antar perubahan harga di pasar
acuan. Indikator keterpaduan jangka pendek dapat dilihat dari nilai IMC. Keterpaduan pasar jangka pendek akan terjadi jika nilai IMC lebih kecil dari satu.
Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar pada tabel 18, diketahui nilai IMC sebesar 16,5, hal ini berarti bahwa tidak terjadi keterpaduan pasar jangka pendek.
Pasar dalam kondisi persaingan tidak sempurna dan sistem pemasaran tidak efisien. Ini juga berarti bahwa dalam praktek penentuan harga kayu manis,
perubahan harga di tingkat eksportir hanya sedikit yang diteruskan ke petani. Berdasarkan hasil uji-t untuk melihat keterpaduan jangka panjang dengan
melihat indikator dari variabel b
2
menunjukkan bahwa H ditolak karena nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel pada taraf kepercayaan lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga di tingkat petani tidak terpadu dengan harga di tingkat
eksportir dalam jangka panjang. Selain itu, indikator tidak adanya keterpaduan jangka panjang dapat dilihat dari nilai koefisien b
2
yang lebih kecil dari satu. Keterpaduan jangka panjang akan terjadi apabila nilai koefisien
b
2
lebih besar dari satu.
86
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Sistem tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci melibatkan beberapa
lembaga tataniaga yaitu pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten, dan eksportir, serta pabrik sirup kayu
manis. Pada sistem tataniaga ini terdapat empat saluran utama yang dikelompokkan berdasarkan tujuan akhir pemasaran kayu manis yaitu
penjualan ke pasar luar negeri dan penjualan kepada pabrik kayu manis di Kecamatan Siulak, Kerinci.
2. Sebagian besar lembaga tataniaga yang terlibat melakukan ketiga fungsi
utama tataniaga, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan adalah fungsi pembelian dan penjualan.
Fungsi fisik yang dilakukan lembaga yang terlibat adalah pengangkutan, penyimpanan, dan pengemasan, sedangkan fungsi fasilitas yang dilakukan
adalah fungsi sortasi dan grading, modal, penanggungan risiko dan fungsi informasi
3. Struktur pasar yang dihadapi oleh setiap lembaga tataniaga berbeda. Struktur
pasar yang dihadapi petani cenderung mengarah ke pasar persaingan sempurna. Sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang
pengumpul, pedagang grosir dan pedagang pengecer adalah mengarah ke pasar oligopoli. Sehingga secara keseluruhan pasar yang kayu manis di
kabupaten Kerinci adalah pasar persaingan tidak sempurna. Perilaku pasar pada masing
– masing lembaga juga berbeda. Praktek penjualan kadang terjadi di tempat penjual namun ada juga di tempat pembeli. Sistem
pembayaran yang digunakan adalah sistem pembayaran tunai dan pembayaran sebagian.
4. Hasil analisis efeisiensi tataniaga menggunakan analisis margin tataniaga,
farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya menunjukkan bahwa saluran yang berakhir ke pasar luar negeri tidak efisien. Saluran IIb merupakan
saluran yang paling efisien karena rantainya paling pendek, margin pemasaran yang kecil dan
farmer’s share yang lebih besar dari saluran lain, serta rasio keuntungan terhadap biayanya yang tinggi.