Konsep Farmer’s Share Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya Analisis Keterpaduan Pasar

28 Selama barang bergerak dari petani sampai ke konsumen terjadi pertambahan nilai pada barang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tataniaga sehingga tingkat kepuasan konsumen dapat ditingkatkan. Perlakuan yang diberikan oleh lembaga-lembaga tataniaga terdiri dari beberapa komponen seperti tenaga kerja, modal, dan manajemen yang masing-masing memberikan proporsi tertentu. Jumlah dari komponen ini jika ditambah dengan keuntungan dari lembaga tataniaga disebut marjin tataniaga bagi lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian, marjin tataniaga secara keseluruhan dari produsen ke konsumen adalah jumlah saluran marjin tataniaga dari lembaga tataniaga. Rendahnya marjin tataniaga suatu komoditi belum tentu dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani f armers’s share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir.

3.1.6.2. Konsep Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan efisiensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Kohls dan Uhl 1990 mendefinisikan farmer ’s share sebagai persentase harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan dari kegiatan usahatani yang dilakukannya dalam menghasilkan suatu komoditas. Nilai farmer’s share ditentukan oleh besarnya rasio harga yang diterima produsen Pf dan harga yang dibayarkan konsumen Pr. Secara matematik dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : Fsi = x 100 Keterangan : Fs : Farmer’s Share Pf : Harga di tingkat petani Pr : Harga di tingkat konsumen Saluran tataniaga yang tidak efisien akan memberikan marjin dan biaya tataniaga yang lebih besar. Biaya tataniaga ini biasanya dibebankan ke konsumen melalui harga beli sehingga harga yang tataniaga yang tinggi menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan menurunkan nilai farmer’s share. 29

3.1.6.3. Konsep Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya tataniaga merupakan besarnya keuntungan yang diterima lembaga tataniaga sebagai imbalan atas biaya tataniaga yang dikeluarkan. Tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya, dengan meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing- masing lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : Rasio keuntungan biaya RC = Keterangan : Li : keuntungan lembaga pemasaran Ci : biaya pemasaran

3.1.6.4. Analisis Keterpaduan Pasar

Menurut Azzaino 1982, keterpaduan pasar menekankan pada keterkaitan harga antar berbagai tingkat lembaga tataniaga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat dicerminkan oleh besarnya koefisien korelasi harga. Kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat. Hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dapat didekati dengan pendekatan korelasi harga dan model keterpaduan pasar yang dikembangkan oleh Ravallion 1986 dan dilanjutkan oleh Heytens 1986. Heytens 1986 mengemukakan bahwa dalam suatu pasar yang terintegrasi secara efisien, terdapat korelasi positif diantara harga di lokasi pasar yang berbeda. Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan ke pasar lain. Keterpaduan pasar dapat terjadi apabila terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis integrasi pasar adalah menggunakan metode autoregresive distributed lag yang dapat mengatasi masalah kelemahan model regresi sederhana, yang menganggap perubahan harga 30 di tingkat konsumen dan produsen bergerak pada waktu yang sama. Model ini dikembangkan oleh Ravallion 1986 dan Heytens 1986. Model ini didasarkan apda hubungan bedakala lag bersebaran autoregresive antara harga di suatu pasar tertentu dengan harga di pasar lainnya. Analisis ini menerangkan adanya hubungan antara perubahan harga di suatu pasar tertentu dengan harga di pasar lain. Model statistik yang mampu menjelaskan perubahan harga bulanan pada pasar lokal sebagai fungsi dari beberapa variabel bebas menurut Heytens 1986 adalah sebagai berikut : Pit – Pit-1 = β + 1+β 1 Pit-1 + β 2 Pjt – Pjt-1 + β 3 Pjt- 1 + β 4 Xt + e t .............1 Dimana : Pit = Harga di tingkat pasar lokal ke-i pada waktu ke-t Pit-1 = Harga di tingkat pasar lokal pada waktu sebelumnya t-1 Pjt = Harga di tingkat pasar acuan untuk waktu ke-t Pjt-1 = Harga di tingkat pasar acuan pada waktu sebelumnya t-1 Xt = Peubah exogenus musim panen atau regional e t = Random error β t = Parameter estimasi Jika diasumsikan bahwa deret waktu di pasar lokal dan pasar acuan mempunyai pola musim yang sama, maka tidak perlu memasukkan peubah Xt untuk musim setempat. Untuk memudahkan interpretasi hasil maka persamaan di atas disederhanakan lagi menjadi : Pit = β + 1+β 1 Pit- 1 + β 2 Pjt – Pjt-1 + β 3 - β 1 Pjt-1+ et................2 Dimana model akan diduga dengan menggunakan pendekatan OLS Ordinary Least Square sebagai berikut : Pit = b + b 1 Pit-1 + b 2 Pjt – Pjt-1 + b 3 Pjt-1+ et...............................3 Dimana : b 1 = 1 + β1 b 2 = β2 b 3 = β3 – β1 b 1 = Koefisien perubahan harga di tingkat pasar lokal b 2 = Koefisien perubahan margin harga di tingkat pasar acuan b 3 = Koefisien perubahan harga di tingkat pasar acuan 31 Secara umum persamaan di atas menunjukkan bagaimana harga disuatu pasar pasar rujukan mempengaruhi pembentukan harga di pasar lainnya pasar lokal, dengan mempertimbangkan harga yang lalu t-1 dan harga yang sekarang t. Berdasarkan persamaan 3 dapat diketahui bahwa koefisien b 2 mengukur bagaimana perubahan harga di pasar rujukan diteruskan ke pasar lokal. Keterpaduan pasar dalam jangka panjang dicapai jika b 2 = 1, maka perubahan harga yang terjadi bersifat netral dan proposional dengan persentase yang sama. Tentunya b 2 tidak harus sama dengan satu, meskipun informasi perubahan harga di tingkat pasar acuan secara langsung diteruskan ke pasar lokal. Jika Pjt – Pjt-1 = 0, maka pasar acuan berada pada keseimbangan jangka pendek, berarti koefisien b 2 dikeluarkan dari persamaan. Koefisien yang menghubungkan dua bentuk harga 1+β 1 dan β 3 - β 1 menjelaskan kontribusi relatif dari pasar lokal pada saat diinginkan. Kedua bentuk harga yang diperoleh ini dapat digunakan untuk mengetahui indeks keterpaduan pasar IMC = Index Market connection . IMC merupakan rasio dari kedua bentuk harga tersebut, yaitu bentuk harga pasar lokal terhadap bentuk harga pasar rujukannya. Nilai IMC ini dapat digunakan untuk mengetahui keterpaduan pasar dalam jangka pendek. Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut : IMC = .................................................................................................4 Jika harga yang terjadi di pasar rujukan pada waktu sebelumnya merupakan faktor utama yang mempengaruhi harga yang terjadi di suatu pasar lokal tertentu, berarti kedua pasar tersebut terhubungkan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa informasi permintaan dan penawaran di pasar rujukan diteruskan ke pasar lokal dan akan mempengaruhi harga yang terjadi di pasar lokal tersebut. Jika koefisien b 1 = 0 dan b 3 0 maka nilai IMC = 0 artinya harga ditingkat pasar produsen pada waktu sebelumnya tidak berpengaruh terhadap harga yang diterima pada pasar produsen sekarang. Hal ini berarti pasar tersebut berada dalam keadaan integrasi jangka pendek yang kuat. Jika koefisien b 1 dan koefisien b 3 = 0, maka IMC menjadi tak hingga. Hal ini menunjukkan pasar tersebut mengalami segmentasi pasar. Integrasi pasar jangka pendek akan cenderung terjadi pada kondisi dimana b 1 b 3 sehingga nilai IMC antara 0 dan 1. Semakin mendekati nol maka derajat integrasi pasar jangka pendek relatif tinggi. 32 Jika nilai b 2 = 1 berarti bahwa pasar berada dalam keseimbangan jangka panjang yang kuat dimana kenaikan harga di pasar rujukan akan segera diteruskan ke pasar lokal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koefisien b 2 digunakan untuk mengetahui keterpaduan jangka panjang dan IMC untuk mengetahui keterpaduan pasar jangka pendek. Keterpaduan jangka pendek disebut juga keterkaitan pasar dalam menjelaskan bagaimana pelaku pemasaran berhasil menghubungkan pasar-pasar yang secara geografis terpisah melalui aliran informasi dan komoditas.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional