79
6.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya
Rasio keuntungan dan biaya merupakan salah satu indikator yang menunjukkan efisiensi sebuah sistem tataniaga. Hal ini dapat dilihat dari
penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran. Berdasarkan penelitian didapatkan nilai rasio dan keuntungan
tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci seperti tabel 16.
Tabel 16. Rasio Keuntungan terhadap Biaya pada Saluran Tataniaga Kayu
Manis pada Bulan Februari 2012 di Kabupaten Kerinci
Lembaga Tataniaga Saluran
Ia Ib
IIa IIb
III Pedagang Pengumpul Desa
π
i
RpKg 137,50
337,50 C
i
RpKg 112,50
162,50 Rasio π
i
C
i
1,22 2,08
Pedagang Pengumpul Kecamatan π
i
RpKg 335,00
270,00 4.020,00
C
i
RpKg 165,00
230,00 230,00
Rasio π
i
C
i
2,03 1,17
17,48
Pedagang Besar Kabupaten π
i
RpKg 861,00
516,25 770,00
955,00 C
i
RpKg 388,75
483,75 480,00
545,00 Rasio π
i
C
i
2,21 1,07
1,60 1,75
Eksportir
π
i
RpKg 1553,50
1803,50 1303,50
1303,50 C
i
RpKg 2196,50
2196,50 2196,50
2196,50 Rasio π
i
C
i
0,71 0,82
0,59 0,59
TOTAL π
i
RpKg 2.887,00
2.657,00 2.344,00
4.020,00 2.259,00
C
i
RpKg 2862,75
2842,75 2906,50
230,00 2741,50
Rasio π
i
C
i
1,01 0,93
0,81 17,48
0,82 Sumber : Data Primer 2012 diolah
Keterangan : π
i
: keuntungan yang diterima C
i
: Biaya yang dikeluarkan
80
Berdasarkan tabel 16 dapat dibandingkan RC rasio antara saluran yang menjual ke eksportir dengan yang menjual ke pabrik kayu manis, maupun antara
sesama saluran yang menjual ke importir untuk melihat saluran yang lebih efisien. Pada kelompok saluran yang menjual ke importir didapatkan bahwa ratio
biaya dan keuntungan yang tertinggi adalah pada saluran III, selanjutnya saluran Ia, saluran IIa dan terakhir saluran Ib.
Saluran Ia didapatkan nilai total rasio keuntungan dan biaya sebesar 1,01, namun tidak menyebar merata antara pedagang pengumpul, pedagang kabupaten,
dan eksportir. Keuntungan yang didapat oleh pedagang pengumpul desa sebesar Rp 137,50,00, pada pedagang pengumpul kecamatan mengeluarkan biaya sebesar
Rp 165,00 dengan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 335,00. Sedangkan pedagang besar kabupaten mengeluarkan biaya sebesar 388,75 dan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 861,00. Eksportir mengeluarkan biaya sebesar Rp 2196,50kg dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1553,5kg.
Nilai total rasio keuntungan dan biaya pada saluran Ib adalah 0,93, yang tersebar cukup merata antara pedagang pengumpul desa, pedagang besar
kabupaten, dan pedagang eksportir. Pedagang pengumpul desa nilainya rasionya sebesar 2,08 sementara pedagang besar kabupaten hanya 1,07. Pedagang
pengumpul desa mengeluarkan biaya sebesar Rp 162,50 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 338,00. Sedangkan pedagang besar kabupaten
mengeluarkan biaya sebesar Rp 483,75 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 516,25. Eksportir mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.196,59kg dan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 1.803,5kg. Saluran IIa yang melibatkan pedagang pengumpul kecamatan, pedagang
besar kabupaten, dan eksportir mendapatkan nilai total ratio keuntungan dan biaya sebesar 0,81 yang tersebar tidak merata diantara pedagang tersebut.
Pedagang pengumpul kecamatan mengeluarkan biaya sebesar Rp 230,00 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 270,00. Pedagang kabupaten mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 770,00 dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 480,00. Eksportir mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.196,59kg dan mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 1.803,5kg.
81
Saluran III mendapatkan nilai total rasio keuntungan dan biaya sebesar 0,82. Pedagang kabupaten mengeluarkan biaya sebesar Rp 545,00 dan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 955,00. Eksportir mengeluarkan biaya sebesar Rp 2.196,59kg dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 1.803,5kg.
Sedangkan saluran yang menjual kayu manis ke pabrik sirup kayu manis mendapatkan nilai total ratio keuntungan dan biaya sebesar 17,48. Pedagang
pengumpul kecamatan mengeluarkan biaya sebesar Rp 230,00 dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 4.020,00. Jika dibandingkan kedua kelompok saluran ini
tentu saja saluran yang dinilai lebih efisien adalah saluran yang menjual ke pabrik sirup kayu manis.
6.5.4. Efisiensi Tataniaga