13
pangkal batang. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan tunas baru yang dapat dijadikan bibit.
c. Sistem batang dipukuli sebelum ditebang Sistem ini dikembangkan oleh petani di daerah Sungayang, Kabupaten Tanah
Datar, Sumatera Barat. Caranya yaitu dengan memukuli kulit batang secara melingkar agar kulit yang diperoleh lebih tebal. Pemukulan batang dilakukan
dua bulan sebelum tanaman dikuliti. Benda atau alat yang digunakan sebagai pemukul harusnya benda keras seperti pemukul dari kayu.
d. Sistem Vietnam Pada sistem ini dilakukan pengupasan kulit membentuk persegi panjang
dengan ukuran 10 cm x 30 cm atau 10 cm x 60 cm. Pengupasan kulit ini secara berselang-seling sehingga tampak seperti gambar kotak papan catur.
Rismunandar dan Paimin, 2001. Teknis pengupasan tanaman kayu manis dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Pengupasan kulit batang
Kulit batang kayu manis dikupas dengan menggunakan alat khusus terbuat dari besi yang dibengkokkan pada bagian ujungnya, disebut penganit. Kulit batang
dikupas mulai dari bagian bawah dengan panjang sekitar 120 cm. Pengupasan biasanya dilakukan setelah ditebang dan terlebih dahulu batang dikikis agar
bersih dari kotoran dan lumut. Setelah dikupas dari batangnya, permukaan kulit kayu manis harus dibersihkan lapisan kulit terluarnya menggunakan peraut
sampai kulit kayu manis berwarna kemerahan. 2.
Pengupasan kulit dahan dan kulit ranting Kulit dahan dan ranting dikupas setelah tanaman ditebang. Setelah itu, tanaman
yang sudah ditebang itu dibiarkan selama dua minggu, agar semua bagian dahan dan ranting dapat dikupas dengan mudah. Sebelum dikupas, dahan dan
ranting dikerok dengan pisau untuk membersihkan lumut dan kerak
2.2.5. Pascapanen
Pengolahan merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan pasca panen kayu manis. Pengolahan bertujuan untuk mendapatkan produk kayu manis yang
siap diperdagangkan. Kegiatan pengolahan sangat penting sebagai lanjutan setelah
14
kulit kayu manis dipanen dan selanjutnya diproses agar menjadi produk siap jual. Untuk menghasilkan produk siap jual, maka pengolahan harus dilakukan dengan
baik agar memperoleh produk yang bermutu baik karena akan mempengaruhi tingkat harga jual.
Pada umumnya, kegiatan pengolahan tanaman kayu manis yang dilakukan oleh petani hanya berupa penjemuran produk sampai kering. Kulit kayu manis
yang kurang bersih dan penjemuran yang kurang berhasil yang menyebabkan kulit kayu manis berjamur, hal akan berdampak pada kualitas produk yang rendah dan
harganyapun juga rendah. Setelah itu baru dilakukan grading, namun tidak semua petani melakukan grading tergantung kepada kebutuhan mereka. Petani
kebanyakan tidak ingin pusing jadi mereka mencampur semua kulit yang sudah kering tersebut pada saat dijual.
Sebagai produk perdagangan, ada beberapa bentuk produk turunan kayu manis antara lain berupa kulit kayu, minyak asiri, oleoresin, dan bubuk kayu
manis. 1.
Minyak atsiri Minyak atsiri kayu manis merupakan produk sampingan dari tanaman kayu
manis. Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang membentuk aroma khas. Minyak atsiri dapat diperoleh dari daun, buah, biji, akar, dan bunga melalui
proses destilasi. Minyak asiri kayu manis banyak diminta oleh Amerika Serikat dan Eropa untuk keperluan industri makanan, minuman maupun farmasi.
Beberapa jenis minyak atsiri yang terkenal yaitu : a.
Minyak cassia Minyak cassia adalah minyak atsiri yang berasal dari tanaman kayu manis
spesies Cinnamon aromaticum atau nama lainnya Cinnamon cassia. Spesies ini berasal dari China
b. Minyak cinnamon
Terdapat berbagai jenis minyak cinnamon berdasarkan asal tanaman kayu manisnya, yaitu :
i. True cinnamon berasal dari Cinnamon berasal dari Cinnamomun verum
dan Cinnamomun zeylanicum, berasal dari Sri Lanka.
15
ii. Saigon cinnamon berasal dari Cinnamomum loureiroiVietnamese
cinnamon . Spesies ini berasal dari Vietnam.
iii. Indonesian cinnamon, cassiavera cinnamon, atau minyak atsiri cassiavera
berasal dari Indonesia.
2. Oleoresin
Oleorosin berbentuk cairan kental atau semi padat, yang memiliki aroma dan rasa seperti bahan asalnya. Oleorosin dalam cassiavera merupakan campuran
resin sekresi hidrokarbon dari tanaman konifera dan minyak atsiri. Oleoresin kayu manis sudah mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Kandungan oleoresin
menjadi lebih baik dibanding produk aslinya seperti kulit atau bubuknya. Keuntungan dari oleoresin dibanding produk aslinya adalah hampir seluruh
bagian tanaman dapat dimanfaatkan, volume ekspor berkurang, nilai bisa tetap atau lebih tinggi karena tidak membutuhkan banyak ruang, kemasannya kecil, sisa
hasil olahannya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain seperti pupuk serta tidak akan rusak karena kontaminasi.
3. Bubuk Kayu Manis
Bubuk kayu manis mempunyai sifat yang sama dengan kulit kayu manis karena merupakan produk lanjutan dari kulit kayu manis. Bubuk ini mengandung
minyak asiri, berasa pedas dan mengandung bahan mineral, dan kimia organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Bubuk kayu manis ini biasanya dikemas
dalam karung.
4. Kulit Kayu Manis
Kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis. Produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Sampai saat ini kulit kayu manis merupakan
komoditas ekspor penghasil devisa yang dapat diandalkan bersaing dengan India, Srilanka, Vietnam dan RRC. Untuk memenuhi mutu internasional, pengusaha
mengolah kembali upgrading kulit kayu manis yang dihasilkan oleh produsen melalui perlakukan yaitu pencucian dan pembersihan, pengeringan, penyortiran
awal, pemotongan, penyortiran akhir, pengepakan, dan penyimpanan.
16
Kulit kayu manis yang dijual tersebut memiliki beberapa klasifikasi. Klasifikasi dan spesifikasi dari kulit kayu manis yaitu :
Tabel. 2 Spesifikasi Mutu Kayu Manis di Kabupaten Kerinci
No. Jenis
Ketebalan Minyak Konten
Atsiri v b basis kering
Warna
1 AA
≈ 1,5 mm min. 2,5
coklat muda 2
A Stick ≈ 1,5 mm
min. 2,5 coklat muda
3 KM
≈ 3,5 mm ≈ 4,5
coklat kemerahan 4
KF ≈ 2,5 mm
3,1 - 3,5 coklat kemerahan
5 KS
≈ 1,5 mm 2,7 - 3-0
coklat kemerahan 6
KA ≈ 1,0 mm
2,0 -2,6 coklat kemerahan
7 KTP
0,5 mm- 0,75 mm Kuning tua kehitaman
8 KB
≈ 0,75 mm 1,5 - 2,0
coklat muda 9
KC ≈ 0,4 mm
1,25 - 1,5 Coklat
Sumber : Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, 2012
2.3. Penelitian Tataniaga Terdahulu