Gambaran Umum Usahatani Kayu Manis di Kabupaten Kerinci

51 eksportir tersebut bernama PT. Rempah Sari yang sudah beroperasi lebih dari 30 tahun. Tabel 9. Karakteristik Pedagang Responden di Kabupaten Kerinci Karakteristik Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kecamatan Pedagang Besar Kabupaten Eksportir Jumlah Jumlah Jumlah Jumla h Umur 40 Tahun 1 25 2 25 1 12,5 41 – 50 Tahun 1 25 2 25 3 37,5 50 Tahun 2 50 4 50 4 50,0 1 100 Pengalaman Berdagang – 5 Tahun 1 25 1 12,5 6 – 10 Tahun 1 25 2 25,0 3 37,5 10 Tahun 2 50 6 75,0 4 50,0 1 100 Sumber : Data Primer 2012 diolah

5.4. Gambaran Umum Usahatani Kayu Manis di Kabupaten Kerinci

Petani di kabupaten Kerinci menanam kayu manis dengan berbagai alasan diantaranya yaitu sebagai investasi untuk hari tua, tabungan yang bisa dipanen sewaktu-waktu saat dibutuhkan, sebagai pelindung tanah kritis di lereng perbukitan, dan juga sebagai pembatas tanah seperti halnya di Kecamatan Kayu Aro. Kayu manis bisa ditanam secara monokultur maupun tumpang sari. Kayu manis yang ditanam secara monokultur lebih banyak ditanam di daerah perbukitan yang sulit untuk dijangkau. Sedangkan penanaman secara tumpang sari biasanya dengan tanaman hortikultura, dan tanaman palawija, seperti kopi. Usahatani kayu manis di Kabupaten Kerinci tidak jauh berbeda dengan usahatani kayu manis di daerah lain. Pada umumnya, petani di Kabupaten Kerinci mengunakan bibit yang berasal dari biji. Beberapa petani melakukan penyemaian 52 sendiri, ada juga petani yang membeli bibit dari petani lainnya. Petani umumnya langsung menanam biji di persemaian pemeliharaan. Persemaian ini langsung diberikan naungan untuk mencegah kematian bibit terhadap cahaya matahari langsung. Setelah berumur 6-8 bulan bibit bisa dipindahkan ke kebun. Jarak tanam untuk tanaman monokultur biasanya adalah 1.5 m x 1.5 m dan 2 m x 2 m, sedangkan untuk tumpang sari biasanya lebih jarang yaitu 3 m x 3m dan 4 m x 4 m. Penanaman kayu manis dilakukan bertahap untuk lahan yang cukup luas, karena biasanya kegiatan penanaman hanya menggunakan tenaga kerja keluarga. Setelah dilakukan penanaman, maka dilakukan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan ini berupa penyiangan yang dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Pemupukan jarang dilakukan bahkan hampir tidak pernah pada tanaman monokultur. Hanya saja pada tanaman tumpang sari, pemupukan biasanya diberikan untuk tanaman lain misalnya hortikultura, namun secara tidak sengaja tanaman kayu manis juga ikut terpupuk. Kegiatan penjarangan tanaman dilakukan biasanya pada umur delapan tahun dan penjarangan kedua pada umur 15 tahun. Panen kayu manis sebaiknya dilakukan pada umur 10 tahun dan diameter batang sekitar satu meter. Untuk mendapatkan mutu KA stick dan AA tanaman kayu manis dipanen pada umur 6-12 tahun, sebab kulitnya masih belum tebal dan bisa menggulung dengan baik. Namun kandungan minyaknya masih rendah. Kandungan minyak yang tinggi didapatkan dari tanaman berumur 15 tahun ke atas umur 20 tahun memiliki kadar minyak 3,5-4,5 . Kayu manis yang dipanen umur 4-5 tahun menghasilkan 1-1,5 kg kulit kering, umur 6-8 tahun menghasilkan empat kg kulit kering, umur 8-10 tahun mampu menghasilkan 7-8 kg kulit kayu manis kering. Para petani menyadari bahwa semakin lama umur tanaman kayu manis makan mutu kulit yang dihasilkan semakin baik dan produksinya semakin tinggi. Namun, sebagian petani terpaksa memanen kayu manisnya sebelum umur lima tahun karena terdesak oleh kebutuhan ekonomi. Petani hanya memanen beberapa pohon sesuai dengan jumlah uang yang dibutuhkan. Biasanya panen seperti ini hanya dilakukan sendiri saja oleh petani tersebut atau jika memerlukan tambahan tenaga hanya meggunakan tenaga kerja keluarga. 53

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN