77
saluran IIa, saluran III, dan saluran Ia. Biaya tataniaga pada saluran Ib adalah Rp 3742,75, saluran IIa sebesar Rp 3706,50, saluran III sebesar Rp 3.641,50, dan
saluran I sebesar Rp 2862,75. Rendahnya biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh saluran I karena petani pada saluran ini tidak mengeluarkan biaya pascapanen
karena hanya menggunakan tenaga kerja keluarga dan pedagangnya hanya bersifat sebagai perantara antara petani dengan pedagang kecamatan. Saluran IIb
mengeluarkan biaya pemasaran sebesar Rp 1030,00. Biaya yang dikeluarkan pada saluran ini adalah berasal dari petani dan pedagang kecamatan.
Keuntungan pemasaran yang didapatkan oleh lembaga yang menjual produknya sampai ke eksportir dapat diurutkan yaitu saluran dengan keuntungan
yang terbesar adalah saluran Ib, saluran Ia, saluran IIa, dan saluran III. Pada saluran Ia total keuntungan yang didapat adalah sebesar 23,98 persen, pada
saluran Ib sebesar 24,15 persen, saluran IIa dan saluran III sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang didapatkan masing-masing lembaga
tidak jauh berbeda. Sedangkan pada saluran IIb keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa saluran tataniaga yang menjual
hasil ke pabrik sirup kayu manis lebih menguntungkan daripada penjualan ke eksportir. Namun, pabrik sirup kayu manis di Kabupaten Kerinci belum mampu
menampung kayu manis yang ada, karena permintaan terhadap sirup kayu manis masih tergolong kecil dan pasarnya masih baru.
6.5.2 Farmer’s Share
Farmer’s share merupakan rasio antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen.
Farmer’s share melihat efisiensi tataniaga dari sisi pendapatan petani. Saluran tataniaga yang tidak efisien akan
memberikan marjin dan biaya tataniaga yang lebih besar. Biaya tataniaga ini biasanya dibebankan ke konsumen melalui harga beli. Harga yang tinggi
menyebabkan besarnya perbedaan harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen sehingga akan menurunkan nilai
farmer’s share. Farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa sistem
tataniaga berjalan efisien. Hal ini disebabkan karena f armer’s share berkaitan
dengan nilai tambah yang diberikan oleh lembaga tataniaga kepada suatu produk
78
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan penelitian, dapat dijabarkan f
armer’s share dari tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci yang dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15.
Farmer ‘s share pada saluran Tataniaga Kayu Manis di Kabupaten Kerinci
Saluran Tataniaga
Harga di Tingkat Produsen RpKg
Harga Ke Pasar Luar Negeri RpKg
Farmers share
Ia 5.500
11.000 50
Ib 5.500
11.000 50
IIa 5.750
11.000 52
III 6.000
11.000 55
Saluran Tataniaga
Harga di Tingkat Produsen RpKg
Harga di Tingkat Pabrik Pengolahan Kayu Manis
RpKg Farmers share
IIb 5.750
10.000 57,5
Sumber : Data Primer 2012 diolah
Pada tabel f armer’s share di atas dapat dilihat bahwa pada saluran yang
menjual produknya kepada eksportir didapatkan bahwa f armer’s share yang
tertinggi yaitu pada saluran III, selanjutnya saluran IIa, saluran Ib, dan saluran Ia. Sedangkan
farmer’s share untuk kayu manis yang dijual ke pabrik sirup kayu manis malah lebih rendah yaitu sebesar 57,5 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa saluran ini lebih efisien dari saluran yang menjual kayu manis ke pasar luar negeri namun keuntungan perbedaan harga yang cukup tinggi hanya dinikmati
oleh pedagang perantara. Rendahnya bagian yang diterima petani sebagai produsen kayu manis
merupakan salah satu indikator tidak efisiennya pemasaran yang terjadi, dimana pemasaran hanya menguntungkan pihak tertentu saja. Hal ini bisa disebabkan
karena tidak adanya transparansi harga dan belum adanya nilai tambah yang diberikan petani terhadap produk tersebut. Untuk itu perlu adanya penyuluhan
kepada para petani tentang pentingnya grading dan sortasi, agar petani mau melakukan proses grading dan sortasi sehingga kayu manis yang dijual harganya
lebih tinggi daripada hanya dijual secara asalan dan campuran.
79
6.5.3. Rasio Keuntungan dan Biaya