32
Jika nilai b
2
= 1 berarti bahwa pasar berada dalam keseimbangan jangka panjang yang kuat dimana kenaikan harga di pasar rujukan akan segera diteruskan ke pasar
lokal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koefisien b
2
digunakan untuk mengetahui keterpaduan jangka panjang dan IMC untuk mengetahui keterpaduan pasar jangka pendek. Keterpaduan jangka pendek disebut
juga keterkaitan pasar dalam menjelaskan bagaimana pelaku pemasaran berhasil menghubungkan pasar-pasar yang secara geografis terpisah melalui aliran
informasi dan komoditas.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kayu manis merupakan salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Kerinci. Kayu manis diusahakan hampir sebagian besar petani di Kerinci. Kayu
manis masih sangat potensial, mengingat permintaannya yang terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri yang memanfaatkan kulit manis sebagai
salah satu bahan baku. Selain itu adanya sertifikat organik, dan kekhasan tersendiri menjadikan kayu manis Kerinci sangat diminati oleh konsumen luar
negeri. Harga kulit manis masih dinilai rendah oleh petani, sehingga terjadinya konversi lahan dengan tanaman semusim. Jikapun ada kenaikan harga, petani
kurang merasakan dampaknya. Adanya informasi pasar yang tidak sempurna, menyebabkan petani hanya bisa bertindak sebagai price taker.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut maka penelitian ini dilakukan. Penelitian ini menganalisis tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci.
Analisis tataniaga yang digunakan berupa analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif terkait dengan Analisis Saluran Tataniaga dan pendekatan SCP
Structure, Performance, Conduct. Sementara analisis kuantitatif meliputi analisis ratio keuntungan dan biaya, analisis marjin tataniaga, analisis f
armer’s share,
dan analisis keterpaduan pasar. Secara ringkas, pemikiran operasional dapat dilihat pada bagan berikut :
33
Gambar 5 . Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis ratio keuntungan dan biaya
Analisis marjin Tataniaga
Analisis Farmer’s Share Analisis Keterpaduan
Pasar
Saluran pemasaran yang efisien Analisis Saluran
Tataniaga
Pendekatan SCP
Structure ,
performance ,
conduct
Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani di Kabupaten Kerinci
Harga yang relatif rendah Rendahnya posisi tawar petani
Informasi pasar tidak tersedia Belum efektifnya industri pengolahan
Analisis Tataniaga Kayu Manis di Kabupaten Kerinci
Analisis kualitatif Analisis kuantitatif
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan
bahwa Kabupaten Kerinci merupakan merupakan sentra produksi kayu manis di Indonesia. Pengambilan data sampel petani dan lembaga tataniaga komoditi kayu
manis dilakukan selama dua bulan yaitu sejak Februari-Maret 2012.
4.2. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dari beberapa sumber. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak yang terlibat dalam tataniaga yaitu petani, pedagang pengumpul, dan eksportir. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari berbagai instansi atau lembaga pemerintah yang mempunyai data untuk penelitian ini, diantaranya Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Kerinci, Dinas Perdagangan Kabupaten Kerinci, Kementerian Perdagangan, Biro Pusat Statistik BPS, dan Asosiasi Eksportir
Cassiavera Indonesia di Sumatera Barat. Selain itu untuk melengkapi data-data yang diperlukan diperoleh melalui internet, hasil penelitian terdahulu, artikel-
artikel pada surat kabar, majalah, buku-buku, serta literatur yang mendukung.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Penentuan sampel petani dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja purposive. Jumlah responden petani terdiri dari 30 orang untuk seluruh
Kabupaten Kerinci. Sampel yang diambil sebanyak 30 orang karena secara statistik data sudah tersebar normal dengan jumlah sampel 30. Responden petani
diambil dari enam kecamatan dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci dengan pertimbangan luas lahan, total produksi, banyaknya keluarga tani yang
terlibat serta akses transportasi yang digunakan oleh peneliti. Dari 30 responden tersebut diantaranya yaitu 10 responden dari Kecamatan Batang Merangin,
delapan responden dari Kecamatan Gunung Raya, tiga responden di Kecamatan