71
pasar dikuasai oleh sedikit pedagang, dan ini memungkinkan terjadinya kolusi dalam penentuan hargakayu manis.
Informasi harga yang berlaku dan permintaan kayu manis didapat dari pedagang kabupaten. Pedagang kabupaten memiliki peran yang cukup besar
karena dapat memprediksi perubahan yang terjadi di pasar kayu manis. Sumber informasi harga dan permintaan dapat dimanfaatkan untuk menekanan harga dan
jumlah permintaan yang akan dipenuhi, sehingga pedagang kabupaten akan menyesuaikan jumlah permintaan pasokan dari pedagang pengumpul. Petani
biasanya hanya menerima harga yang ditetapkan oleh pedagang, baik itu pedagang pengumpul maupun pedagang kabupaten. Meski dalam prosesnya tetap
ada tawar-menawar, namun harga yang terbentuk biasanya tidak jauh berbeda dari yang sudah ditetapkanpara pedagang tersebut. Petani hanya bisa menerima karena
petani bergantung kepada para pedagang untuk menjual dan memasarkan hasil panennya. Selain itu, jikapun petani ingin mendapatkan untung besar dengan
menjual langsung kayu manis ke eksportir, petani akan mengalami kesulitan untuk mengakses pasar karena banyaknya biaya imbangan yang dikeluarkan.
6.4.3. Sistem Pembayaran
Lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga kayu manis di Kabupaten Kerinci menerapkan berbagai sistem pembayaran yang beragam
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di masing-masing lembaga tataniaga. Kondisi umum lembaga-lembaga tataniaga menghadapi proses transaksi
yang beragam antara lain, sitem pembayaran tunai dan sistem pembayaran sebagian.
a. Sistem pembayaran tunai diterapkan oleh pedagang pengumpul yang
mempunyai modal awal yang memadai sehingga mampu membayar tunai kepada petani di tempat transaksi jual beli kayu manis tersebut. Biasanya
sistem pembayaran ini diterapkan oleh petani yang menjual kayu manisnya kepada pedagang pengumpul desa. Petani menjual ke pedagang pengumpul
desa karena transaksinya cepat, dekat dengan lokasi, dan pembayarannya tunai.
72
b. Sistem pembayaran sebagian adalah sistem yang cenderung banyak dilakukan
saat bertransaksi antara pedagang pengumpul, pedagang kabupaten, dan eksportir. Para pedagang tersebut membayar terlebih dahulu setengah dari
harga kayu manis yang mereka beli sebelum dibawa ke pasar tujuan untuk dijual. Hal ini dilakukan ketika para pedagang kekurangan modal untuk
membeli kayu manis.
6.4.4. Kerjasama Antar Lembaga
Kerjasama telah dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam mendistribusikan kayu manis dari produsen dan konsumen. Lembaga tataniaga melakukan
kerjasama atas dasar lamanya mereka melakukan jual beli dan adanya rasa saling percaya. Namun, penetapan harga tetap dilakukan berdasarkan harga yang terjadi
di tingkat eksportir. Kerjasama ditingkat petani belum berjalan cukup baik dilihat dari tidak
adanya kelompok yang mewadahi para petani. Kerjasama di tingkat petani hanya sebatas sharing antara satu petani dengan petani lain, belum melembaga, dan
kerjasama tersebut juga masih sebatas memberikan informasi mengenai harga yang berlaku.
Kerjasama di tingkat pedagang belum berjalan dengan baik karena kerjasama disini hanya sebatas memberikan informasi pasar maupun harga.
Belum ada kelembagaan yang concern terhadap kegiatan ini dan mewadahi mereka dalam satu wadah. Adanya kerjasama diharapkan mampu mengefisienkan
sistam tataniaga karena informasi tersebar secara merata dan transparan. Jikapun ada kendala, misalnya modal dapat teratasi dengan adanya kerjasama. Namun,
pedagang cenderung untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri, kecuali ada beberapa pedagang yang bekerjasama dengan pedagang yang leih besar karena
sudah terikat kontrak. Kerjasama di tingkat eksportir belum berjalan dengan maksimal.
Meskipun sebenarnya sudah ada asosiasi yang mewadahi mereka, misalnya AECI Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia yang berlokasi di Padang, namun
eksportir tetap mengaku bahwa mereka tidak mengetahui secara transparan harga
73
di pasar internasional. Sehingga harga yang terjadi merupakan hasil tawar- menawar dengan pembeli di luar negeri.
Kerjasama antar lembaga tataniaga yang terjadi mulai dari tingkat petani sampai pedagang kabupaten untuk komoditi kayu manis sampai dengan
pengambilan sampel dinilai cukup berjalan dengan baik. Pelaku-pelaku pemasaran sudah menjalin kerjasama cukup lama dan baik. Petani berlangganan
dengan pedagang pengumpul dan pedagang kabupaten untuk mengurangi biaya pengangkutan dan tidak perlu melakukan pencarian pasar lagi. Bahkan ada
pedagang yang meminjam modal kepada petani, karena sudah saling percaya antara kedua belah pihak. Selain itu, diharapkan juga eksportir bisa membantu
dalam hal keterbatasan modal di tingkat petani, maupun pedagang perantara dan pedagang besar sehingga sistem tataniaga tetap bisa berjalan dan lebih efisien.
6.5. Kinerja Pasar