4 88
– 93 6
6 ÷ 35 × 100 = 17,14 5
94 - 99 0 ÷ 35 × 100 = 0
6 100
– 105 4
4 ÷ 35 × 100 = 11,43
Jumlah
35 100
Berikut gambaran diagram batang frekuensi nilai postest pada siklus II :
Gambar 4.4 Diagram Batang Frekuensi Nilai Postest Siklus II
Dari gambar di atas tampak bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada rentang nilai 76-81, ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa pada saat postest
siklus 2 memperoleh skor pada kisaran nilai 76-81. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai tertinggi berjumlah 4 orang dengan skor 100. Pada postest ini
tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan selama penelitian siklus II diperoleh keterangan bahwa pembelajaran Fiqih di kelas VIII sudah mulai efektif. Siswa mulai terbiasa
menggunakan metode pembelajaran advokasi. Siswa nampak lebih aktif saat proses pembelajaran sehingga menciptakan keadaan pembelajaran yang lebih
efektif dibandingkan siklus I.
5 10
15 20
70 – 75
76 – 81
82 – 87 88 – 93 94 - 99 100 – 105
Frekuensi
Frekuensi
Nilai rata-rata untuk Pretest pada siklus II 62,6 lebih meningkat dibandingkan Pretest Siklus I yang hanya sebesar 58,6. Setelah dilakukan Postest
pun nilai rata-rata hasil postest siklus ke II lebih tinggi jika dibandingkan nilai Postest Siklus I.
Seluruh siswa sudah memperoleh nilai melebihi standar KKM atau dapat dikatakan keberhasilan mencapai 100. Jika dihitung menggunakan rumusan N-
Gain kemampuan siswa setelah belajar menggunakkan metode Advokasi mengalami peningkatan sebesar 0,53 dan termasuk dalam kategori sedang.
e. Keputusan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh dari hasil belajar dan aktivitas belajar siswa juga respons siswa yang positif tentang metode
pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran advokasi, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan siswa dalam memahami materi
hukum Islam tentang makanan dan minuman sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Hasil dari siklus II sudah mencapai di atas KKM berarti tindakan
sudah dapat dihentikan dan tidak perlu melanjutkan pada siklus selanjutnya.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan observasi peneliti sebelum menerapkan metode pembelajaran Advokasi berbagai masalah dalam pembelajaran fiqih siswa
kelas VIII-1 MTs Al-Huda Bekasi Timur diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah ceramah sehingga siswa merasa
bosan dan jenuh. Kelas terlihat pasif karena siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, hal inilah yang membuat minat belajar siswa rendah dan membuat
hasil belajar mereka juga menurun. Saat memberlakukan metode Advokasi di dalam proses pembelajaran
secara keseluruhan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I telah berpusat pada siswa, siswa lebih aktif dibandingkan guru. Metode pembelajaran advokasi
terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat terlihat pada nilai Pretest dan Postest pada siklus I dengan nilai rata-rata pretest 58,6 mengalami
peningkatan sebesar 72,9 pada saat postest namun masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Sehingga dilanjutkan pada siklus II dengan
perolehan nilai rata-rata pretest sebesar 62,6 yang kemudian nuga mengalami peningkatan pada saat postest dengan perolehan nilai rata-rata postest sebesar
82,6. Setelah diterapkannya Siklus I dan Siklus II dapat dilihat ternyata dengan
diterapkannya metode Advokasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih mengalami
peningkatan dibandingkan
sebelum diterapkannya
metode pembelajaran advokasi, karena dengan menggunakan metode pembelajaran ini
tiap siswa dapat belajar dengan aktif. Seperti yang dikatakan oleh Oemar Hamalik, belajar dengan
menggunakan metode advokasi menuntut siswa menjadi advokat dari pendapat tertentu yang bertalian dengan topik yang tersedia. Para siswa dapat menggunakan
keterampilan riset, keterampilan analisis, dan keterampilan berbicara dan pendengar, sebagaimana mereka berpartisipasi dalam kelas pengalaman advokasi,
mereka dihadapkan pada isu-isu kontoversial dan harus mengembangkan suatu kasus untuk mendukung pendapat mereka di dalam perangkat petunjuk dan
tujuan-tujuan khusus. Pada akhir pelajaran pada siklus I, dan siklus II guru menarik kesimpulan secara bersama-sama dengan siswa untuk menghindari
terjadinya miskonsepsi.
E. Keterbatasan Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam penelitian seperti:
1. Penelitian ini hanya ditunjuk pada pelajaran Fiqih pada pokok bahasan
hukum Islam tentang makanan dan minuman, sehingga belum bisa digeneralisir pada pokok bahasan lain.
2. Kondisi siswa sempat bingung dengan proses pembelajaran menggunakan
metode Advokasi, karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran seperti itu.
3. Alokasi waktu yang kurang sehingga diperlukan kesiapan dan pengaturan
kelas yang baik. 4.
Kontrol terhadap subjek penelitian hanya meliputi variable, metode pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Fikih dengan metode Advokasi yang dalam pelakasanaanya identik dengan
metode debat, penggunaan media debat sebagai media pembelajaran, media gambar dan pemetaan kursi duduk siswa mampu meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII MTs Al-Huda Bekasi Timur. Melalui metode advokasi dengan langkah dasar pelaksanaan debat yaitu: menganalisis karakteristik siswa dan tujuan
pembelajaran di awal proses akan memudahkan peneliti untuk memilih suatu topik debat berdasarkan pertimbangan dari aspek kebermaknaannya, tingkatan
siswa, relevansinya dengan kurikulum, dan minat para siswa. Dalam implementasi metode advokasi, penggunaan media debat dan penggunaan media visual pada
siswa dapat dengan mudah memahami materi tentang arti keputusan bersama yang berdampak pada hasil belajar yang meningkat, selain itu dapat menarik
perhatian siswa sehingga membuat pembelajaran lebih efektif, efisien, dan menarik. Siswa terlihat lebih aktif, lebih berani untuk tampil didepan kelas,
menjadikan siswa lebih terampil, kreatif dan mudah untuk memecahkan masalah dari suatu topik permasalahan. Dengan pemahaman siswa terhadap materi yang
diberikan, siswa juga mampu mengerjakan soal dengan tepat, cermat, dan tepat. Siswa juga dapat menunjukkan motivasi belajar yang tinggi, serta adanya rasa
senang, kegairahan, dan ketertarikan dalam belajar Fikih lebih antusias. Kelebihan dari metode advokasi ini diantaranya siswa lebih aktif dan
kreatif dalam menyampaikan pendapat dan dalam mempertahankan pendapat tersebut, lebih terlihat kerja sama tim dan kekompakan yang baik dari masing-
masing klompok, membiasakan siswa berbicara di depan orang banyak. Adapun kekurangan dari metode advokasi tersebut diantaranya tidak
semua materi pelajaran bisa dipakai dengan menggunakan metode advokasi, harus bisa memilih topic yang bisa diperdebatkan, tidak semua siswa bisa aktif untuk
mengungkapkan pendapat, tidak semua siswa mau ikut serta, memakan waktu untuk membereskan kursi dan meja sehingga waktu pelajaran menjadi berkurang
karna terpakai untuk itu Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas
VIII-I MTs Al-Huda Bekasi Timur, bahwa metode pembelajaran Advokasi dapat meningkat hasil belajar fiqih siswa. Hasil belajar fiqih siswa meningkat setelah
diterapkannya metode pembelajaran Advokasi, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar pada postest siklus I dan siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa
mamperoleh rata-rata mencapai 72,9 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 82,6.
Dengan demikian secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan pada prosentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan sesudah
dilakukan tindakan tindakan baik pada siklus I dan siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Advokasi dapat
meningkatkan hasil belajar Fikih pada siswa kelas VIII-I MTs Al-Huda Bekasi Timur.
B. Implikasi
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembelajaran aktif dengan menggunakan metode Advokasi berpengaruh dalam meningkatkan hasil
pembelajaran siswa MTs Al-Huda Bekasi Timur khususnya pada mata pelajaran fiqih. Dengan demikian penggunakan metode pembelajaran yang relevan dengan
mata pelajaran yang diberikan kepada siswa menjadi salah satu komponen utama untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penerapan metode Advokasi pada proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan siswa dalam memahami dan
mengingat mata pelajaran Fiqih yang selama ini mereka anggap membosankan, hal ini juga dapat dimungkinkan untuk diterapkan dalam mata pelajaran lain di
MTs Al-Huda Bekasi Timur dan sekolah lainnya. Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi, antara lain: a
Metode sangat berpengaruh besar dalam pengajaran, dengan metode hasil belajar