B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya guru yang menggunakan metode pembelajaran dengan ceramah,
sehingga pembelajaran bersifat monoton dan membosankan.
2.
Kurang adanya peran aktif siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih karena kurangnya
minat belajar.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi permasalahan ruang lingkup penelitian yakni mengenai upaya peningkatkan hasil belajar mata plajaran
fiqih siswa kelas VIII-1 MTs Al-Huda Bekasi Timur dengan menggunakan
Metode Advokasi.
D. Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada pembatasan masalah tersebut, maka yang menjadi
fokus permasalahan pada penelitian ini adalah :
“Apakah Metode Advokasi dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran fiqih siswa kelas VIII di MTs Al-Huda Bekasi Timur?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan apabila metode adokasi diterapkan dalam
mata pelajaran fiqih.
F. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini secara teoritis diharap mampu memperkaya keilmuan dan
sebagai bahan acuan khususnya dalam meningkatkan hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam para peserta didik.
2. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan positif kepada semua pihak yang terkait dalam dunia pendidikan,
terutama bagi:
a.
Peserta Didik
1 Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
2 Dengan diterapkannya metode advokasi, memberikan alternatif kepada
peserta didik untuk mempermudah mengingat materi-materi dalam mata pelajaran fiqih.
3 Meningkatkan minat belajar siswa dengan adanya metode advokasi
b. Guru
1 Meningkatkan kreatifitas guru dalam mengajar.
2 Memberikan wacana untuk menambah variasi mengajar.
3 Mampu menghidupkan suasana kelas dengan strategi pembelajaran
yang diterapkan. c.
Peneliti 1
Memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman mengajar. 2
Memberikan pengalaman cara mendesain materi pembelajaran yang lebih baik dan tepat.
d. Sekolah,
Memberi masukan bagi sekolah untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran fiqih pada khususnya dan pelajaran lain pada
umumnya.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakuknya. Menurut Winkel
yang dikutip oleh Purwanto , “belajar adalah aktivitas mentalpsikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
10
Oemar Hamalik berpendapat bahwa , “belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh”.
11
Sedangkan menurut Irwanto dkk, belajar sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap permanen dan tidak hanya terjadi pada
prilaku yang saat ini nampak immediate behavior, tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang potential behavior. Oleh kaena itu,
perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.
12
Islam menganjurkan kepada setiap umat untuk senantiasa belajar. Hal ini
terdapat dalam firman Allah QS. Al-Alaq ayat 1-5 yakni:
1
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” QS. Al-Alaq: 1-5
13
10
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 39
11
Hamalik, op.cit., h. 29
12
Irwanto, Dkk, Psikologi Umum, Jakarta: PT Prenhallino, 2002, h. 105.
13
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mekar, 2004, h. 279.
Pada ayat tersebut terdapat kata “
رقا
أ ” yang berarti bacalah
. Kata ini mengandung perintah yang berarti mewajibkan kepada seluruh umat untuk
membaca, yang dikonotasikan sebagai kata belajar. Hal ini senada dengan pendapat Fadhilah Suralaya yang mengatakan
bahwa: “Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa.
Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai macam pengetahuan
”.
14
Dalam perspektif keagamaan, belajar merupakan kewajiban setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat
hidup manusia itu sendiri. Sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.” QS. Al- Mujadalah: 11
15
Ayat di atas menjelaskan janji Allah yang akan meninggikan derajat orang-orang berilmu dan beriman baik di dunia maupun akhirat. Salah satu
usahanya adalah dengan belajar atau mencari ilmu. Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara
menyeluruh. Karena dengan belajar, seseorang dari yang belum mengerti menjadi mengerti dengan ditambah pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan
pelajaran untuk masa yang akan datang. Bukan hanya itu saja ilmu pengetahuan yang berkembang terus menerus secara pesat menjadikan peranan pendidikan
sangat penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, wajib hukumnya untuk menuntut ilmu bagi seluruh kaum muslimin baik laki-laki dan perempuan.
14
Fadhilah Suralaya, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Ciputat: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. 1, h. 59.
15
Departemen Agama RI, op. cit., h. 434.
Menurut Al-Munawi dalam kitabnya Faydh al-Qadir yang dikutip oleh Abdul Majid Khon mengatakan “Mencari ilmu wajib walaupun tercapainya ilmu
harus mengadakan perjalanan yang sangat jauh seperti perjalanan ke Cina dan sangat menderita, bagi orang yang tidak sabar dalam mencari ilmu kehidupannya
buta dalam kebodohan dan orang yang sabar akan meraih kemuliaan dunia dan akhirat”.
16
Hukum mencari ilmu wajib bagi seluruh kaum Muslimin baik laki-laki dan perempuan, sedangkan masa mencari ilmu itu seumur hidup
“long life of education”. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan penting yang tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
17
Pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar, yang di dalamnya terdapat suatu proses interaksi antara guru dan siswa. Dari proses interaksi
tersebut, proses belajar mengajar terikat dengan minat dan perhatian. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan menjadi efektif dan efesien apabila siswa
mempunyai minat terhadap suatu pelajaran. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat. artinya bahwa proses perubahan setelah belajar dalam diri seseorang tidak dapat disaksikan, melainkan dapat dilihat dari adanya gejala-gejala
perubahan perilaku yang nampak dari yang belajar, atau dapat dikatakan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Wina Sanjaya belajar pada dasarnya proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan sebagai hasil dari interaksi dalam
lingkungannya. Unsur lingkungan yang disebutkan pada hakikatnya berfungsi sebagai lingkungan belajar seseorang, yakni lingkungan tempat ia tinggal dan
berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya.
18
16
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-Hadis Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, h. 143.
17
Ibid., h. 145.
18
Wina Sanjaya, Pembelajran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media Group, 2008, Cet. 3, H. 90
Menurut Agus Suhani ada 4 pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu sebagai berikut:
1 Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan tidak hanya memperoleh pengetahuan.
2 Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang nyata tidak hanya
terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan
mengatasi konflik.
3 Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup
bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka.
4 Learning to be adalah individu diharuskan untuk mengembangkan aspek
pribadinya secara optimal dan seimbang, untuk menghadapi tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks. Tuntutan
perkembangan kehidupan global, tidak hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia yang utuh dan
unggul. Keunggulan tersebut diperkuat dengan moral yang kuat.
19
Keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua, ketiga dan keempat. Empat pilar
tersebut di atas akan membentuk peserta didik yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu menyelesaikan masalah,
bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan yang ada di masyarakat. Keempat pilar tersebut yakni learning to know, learning to do,
learning to live together, dan learning to be menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya,
berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, serta sosial.
Muhammad Ali yang dikutip oleh Rusyan A.T. menjelaskan bahwa, Proses belajar mengajar formal di sekolah ialah di dalamnya terjadi
interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu : 1 guru, 2 isi
atau materi pelajaran, dan 3 siswa. Interaksi antara ketiga komponen utama
19
Agus Suhani, Empat Pilar Belajar Menurut UNESCO, artikel diakses pada 24 September 2013 jam 15:30 dari http:agussambeng.blogspot.com201010empat-pilar-belajar-
menurut-unesco.html