persentase 25,7 , Pada rentang 72 – 77 dan rentang 84 – 89 siswa tidak masuk
dalam kategori rentang nilai tersebut dan memiliki kesamaan persentase sebesar 0 , sedangkan pada rentang nilai 90 - 95 terdapat 3 siswa dengan persentase 8,6
.
Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Nilai Postest Siklus 1
d. Tahap Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat peningkatan minat belajar siswa yang terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Tapi,
peningkatan tersebut belum maksimal, sehingga perlu adanya revisi pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil
observasi yang telah dilaksanakan pada siklus I terdapat beberapa kendala
dalam penerapan pembelajaran kooperatif , diantaranya, yaitu:
1 Siswa masih belum terbiasa menerapkan metode pembelajaran Advokasi.
2 Masih banyak siswa yang kurang mendengarkan dan memerhatikan
ketika penyampaian materi dan peraturan debat karena siswa masih banyak yang saling bercanda serta mengobrol. Untuk selanjutnya guru
harus lebih tegas terhadap siswa, memerhatikan dan mendengarkan ketika penyampaian materi.
2 4
6 8
10 12
14 16
18
60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 – 95
Frekuensi
Frekuensi
3 Masih belum tercipta pembelajaran yang efektif edukatif, karena siswa
masih dihinggapi rasa takut dalam mengemukakan ide. 4
Alokasi waktu pembelajaran harus dapat di maksimalkan agar di akhir pembelajaran dapat menyimpulkan materi yang diberikan.
e. Keputusan Siklus I
Peneliti bersama guru mata pelajaran fiqih yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis sekaligus mengevaluasi proses
pembelajaran pada siklus I, tindakan yang diberikan sudah sesuai atau belum dengan konsep penelitian. Hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan
indikator keberhasilan. Berdasarkan refleksi, siklus I ini dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa belum mencapai KKM yang ditentukan sebesar 70. Masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata untuk
Pretest hanya sebesar 58,9, saat Postest nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 72,8. Meskipun mengalami peningkatan pada saat postest namun
masih ada siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Oleh karena itu perlu dilakukan tindak lanjut untuk memperoleh hasil belajar siswa yang
diharapkan. Penelitian ini dilanjutkan pada siklus II, dengan memperbaiki desain pembelajaran sebaik mungkin, serta guru peneliti harus lebih
berinteraksi dan membimbing siswa lebih baik lagi dalam proses belajar.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan pada siklus II, dilaksanakan pada hari selasa, 17 Maret 2015 membahas materi
tentang “Makanan dan Minuman Haram”. Perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus II berdasarkan refleksi pada siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap dalam pelaksanaan tindakan pada Siklus II sebenarnya sama saja pada tahap pelaksanaan tindakan pada Siklus I, hanya saja materi yang berbeda.
Pada Siklus II materi yang dibahas tentang makanan dan minuman haram. Namun dalam Siklus II ini, sudah terlihat perbaikan-perbaikan dari Siklus I.
c. Tahap Observasi
1 Catatan Lapangan
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada saat siklus II berlangsung dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
metode advokasi, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut: Saat pembelajaran kelompok berlangsung suasana kelas sudah kondusif,
hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dan merasa nyaman dengan pembelajaran Fiqih di kelas dengan menggunakan metode advokasi. Mereka
mulai terlihat saling bergotong royong dalam menyiapkan debat yang diarahkan oleh guru. Semua siswa dalam satu kelompok saling bergantian
dalam debat sebagai juru bicara dalam kelompok, seluruh siswa telihat aktif dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa LKS.
Saat proses debat berlangsung, seluruh siswa sudah terlihat percaya diri dalam melakukan debat atau diskusi, mengemukakan pendapatnya, serta
beradu argument dengan kelompok lawannya.
2 Wawancara
Berdasarkan catatan lapangan pada Siklus II dapat diketahui bahwa tindakan yang diberikan dengan menerapkan metode pembelajaran advokasi
pada siklus II sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Suasana pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran advokasi sudah optimal. Hal ini
dikarenakan siswa sudah memahami langkah-langkah metode pembelajaran advokasi secara utuh, sehingga dapat menciptakan suasanan pembelajaran
yang efektif. Setelah pelaksanaan tindakan Siklus II selesai, dilakukan wawancara,
di luar kelas. sama pada halnya Siklus I. Wawancara dilakukan kepada 4 orang siswa. Pencatatan dilakukan oleh peneliti dengan mewawancarai
masing-masing siswa dalam satu kelompok yang dijadikan sebagai sampel wawancara. Berikut diperoleh data secara garis besar :
a Siswa sudah dapat dengan mudah menerapkan metode pembelajaran
advokasi, meskipun awalnya masih membingungkan menurut beberapa orang siswa, tetapi siswa merasa senang karena ada metode
belajar baru yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. b
Sebagian besar siswa senang beradu argument dalam debat karena siswa dapat belajar untuk mengemukakan pendapatnya dalam debat
atau diskusi . c
Siswa merasa senang, karena mereka dapat menganalisis materi kemudian mempresentasikannya dalam bentuk debat, tanpa harus
membuka buku dan membaca materi satu persatu, karena masing- masing kelompok mendapatkan satu materi yang nantinya akan
dipelajari oleh seluruh siswa yang mencakup materi keseluruhan. d
Seluruh siswa sudah aktif dalam tanya jawab pada saat debat atau diskusi, semua siswa bergantian menjadi juru bicara dalam debat, dan
kelompok yang ditanya dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik, dan benar.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 4 orang siswa sebagai sampel, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mulai terbiasa dan menyukai
metode pembelajaran advokasi. Dengan metode pembelajaran advokasi siswa termotivasi untuk memerhatikan penjelasan dari guru dan terbiasa untuk
mengemukakan pendapat di depan kelas serta diharapkan mampu menganalisis materi kemudian menyajikannya dalam debat.
3 Hasil Belajar
Berdasarkan hasil test Pretest dan Postest yang diperoleh pada siklus II, dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang dalam satu kelas dengan menggunakan
metode pembelajaran advokasi. Data nilai Pretest diperoleh dari hasil test sebelum siswa mempelajari materi tersebut dan belum diterapkannya metode pembelajaran
advokasi, serta nilai Postest diperoleh dari hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran advokasi. Adapun data tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Nilai N-Gain Siklus II
No Nama Siswa Pretes Postes Gain g Interpretasi
1 Abdul Rahman
60 80
0.5 Sedang 2
Afrizal 60
70 0.25 Rendah
3 Ahmad Abdan Sykuuron
60 80
0.5 Sedang 4
Amelia Salsabila 40
70 0,5 Sedang
5 Arya Jaya Komara
70 80
0.33 Sedang 6
Aryani Astuti 60
80 0.5 Sedang
7 Bagas Sudjito
60 90
0.75 Tinggi 8
Dewi Yulianti 60
80 0.5 Sedang
9 Diaz Erlangga
70 80
0.33 Sedang 10
Erifa Rohana Kholifah 50
70 0.4 Sedang
11 Fahrizki Zulfanur
60 80
0.5 Sedang 12
Hanifah Nurmalasari 70
100 1 Tinggi
13 Hardiansyah
60 70
0.25 Rendah 14
Irvan Fadhillah 70
80 0.33 Sedang
15 Kartika Sapitri
60 80
0.5 Sedang 16
Leni Sopiani 70
90 0.67 Sedang
17 M.Abdul Khodir
50 80
0.6 Sedang 18
M.Ridwansyah Pramudita H. 50
100 1 Tinggi
19 Mardiana
70 80
0.33 Sedang 20
Megawati Sapitri 60
90 0.75 Tinggi
21 Muhamad Arsyad
60 80
0.5 Sedang 22
Muhammad Fahmi Syahid 70
80 0.33 Sedang
23 Nanang Akkum
60 70
0.25 Rendah 24
Novitasari 70
90 0.67 Sedang
25 Prasasti Suci Rahayu
70 80
0.33 Sedang 26
Puput Fitriyani 60
90 0.75 Tinggi
27 Rani Febriani
60 80
0.5 Sedang
28 Riki Setiawan
70 80
0.33 Sedang 29
Safitri 70
100 1 Tinggi
30 Sekar Faddilah Mahharani
60 80
0.5 Sedang 31
Septiadi Biwa Putra 60
80 0.5 Sedang
32 Sherly Indah Permatasari
70 100
1 Tinggi 33
Siti Fatimah 70
80 0.33 Sedang
34 Sofi Sugiarti
70 90
0.67 Sedang 35
Wanda Maulidia 60
80 0.5 Sedang
Jumlah
2190 2890
18.7
Rata-rata
62.6 82.6
0.53 Sedang Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar pada saat
Pretest nilai terbesarnya adalah 70, dan nilai terkecil adalah 40 dengan jumlah total 2190 dengan nilai rata-rata 62,6. Sedangkan pada saat Postest, nilai terbesar
adalah 100, dan nilai terkecil adalah 70 dengan jumlah total 2890, dengan rata- rata 82,6. Dengan begitu ketuntasan hasil belajar dapat di lihat dari hasil Postest
dengan nilai KKM di atas 70 yang diperoleh pada siklus II adalah 82,6 hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran advokasi
mengalami peningkatan. Jika diukur dengan N-Gain, kemampuan rata-rata siswa sebesar 0,53 dengan kategori sedang.
Berikut tabel distribusi frekuensi Pretest pada Siklus II :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pretest Siklus I
No. Nilai
Frekuensi Frekuensi Relatif
1 40
– 45 1
1 ÷ 35 × 100 = 2,8 2
46 – 51
3 3 ÷ 35 × 100 = 8,6
3 52
– 57 0 ÷ 35 × 100 = 0
4 58
– 63 17
17 ÷ 35 × 100 = 48,6 5
64 – 69
0 ÷ 35 × 100 = 0