c Apakah hasil belajar yang diperoleh siswa tahan lama diingat dan
mengendap dalam pikirannya, serta cukup mempengaruhi perilaku dirinya?
d Apakah yakin bahwa perubahan yang ditunjukan oleh siswa merupakan
akibat dari proses pengajaran?.
28
2. Metode Pembelajaran
a. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Muhibbin Syah, “metode secara harfiah berarti cara, dalam pemakaian umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau
cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis”.
29
Jika dikaitkan dengan pendidikan, menurut Munif Chatib, “metode pembelajaran
dapat diartikan
sebagai cara
yang digunakan
untuk mengimplementasikan susunan rencana dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
agar tujuan pembelajaran tercapai”.
30
Menurut
Indrawati dan Wanwan Setiawan
pengetahuan tentang metode- metode pembelajaran sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau
tidaknya peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan tuntutan
terhadap guru dan tenaga kependidikan dalam undang-undang No. 20 tahun 2000 pasal 40, yang berbunyi sebagai berikut:
Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
dan Peraturan Pemerintah No.19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1. Dalam Peraturan Pemerintah No.19 ayat 1 dinyatakan bahwa
proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, memberi ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologi siswa.
31
28
Asep Jihad dan Abdul Haris, Op.Cit., h. 20-21
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan pendekatan Baru, Bandung: PT.Remaja Rosda Karya, 2011, cetakan ke-17, hlm. 198.
30
Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2013, Cetakan ke-12, hlm.131
31
Indrawati dan Wanwan Setiawan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD, Bandung: PPPPTK IPA, 2009, h. 9
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktifitas belajar mengajar. Metode pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dengan demikian
metode pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, metode
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengkoordinasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar, yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan
mengelola kelas. Dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan oleh guru.
Perangkat-perangkat itu meliputi buku pedoman bagi guru dan para peserta didik, lembar kerja peserta didik, media yang dipakai untuk membantu terlaksanakannya
proses pembelajaran seperti komputer, Over Head Proyektor OHP, film, pedoman pelaksanaan pembelajaran, seperti kurikulum dan administrasi
pembelajaran.
b. Metode Pembelajaran Advokasi
1
Pengertian Metode Advokasi
Metode Advokasi merupakan bagian dari metode yang dapat disinkronisasikan dalam proses pembelajaran. Metode advokasi sering
diidentikkan dengan proses debat Dalam pandangan Islam proses debat diperbolehkan selama dengan
ketentuan dan cara yang baik, sebagai mana firman Allah SWT, dalam Q.S. An- Nahl ayat 125 yaitu:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanNya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”Q.S. An-Nahl: 125.
32
Sementara itu metode advokasi menurut Menurut Oemar Hamalik yaitu, Belajar dengan menggunakan metode advokasi menuntut siswa menjadi
advokat dari pendapat tertentu yang bertalian dengan topik yang tersedia. Para siswa menggunakan keterampilan riset, keterampilan analisis, dan
keterampilan berbicara dan pendengar, sebagaimana mereka berpartisipasi dalam kelas pengalaman advokasi, mereka dihadapkan pada isu-isu
kontoversial dan harus mengembangkan suatu kasus untuk mendukung pendapat mereka di dalam perangkat petunjuk dan tujuan-tujuan khusus
33
. Masih melanjutkan penjelasan dari Oemar Hamalik, bahwa dalam rangka
belajar advokasi, para siswa berpartisipasi dalam suatu debat antara dua regu, yang masing-masing terdiri dari dua orang siswa. Tiap regu memperdebatkan
topik yang berbeda dari para anggota kelas lainnya. Karena itu, di dalam suatu kelas terdiri dari 32 orang siswa akan memperdebatkan 8 buah topik.
Namun guru dapat membuat keputusan lain, misalnya ada suatu topik yang dianggap penting, guru menunjuk 4 orang siswa untuk menyajikan debat
dalam kelas tersebut. Sebaiknya, topik yang diperdebatkan adalah isu-isu yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Untuk memenuhi kebutuhan
yang spesifik, guru dapat menunjuk suatu kelompok siswa untuk menyajikan debat di kelas.
34
2
Tujuan Metode Advokasi
Tarmizi Ramadhan mengemukakan bahwa metode advokasi bertujuan untuk :
a Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk bertindak sebagai
advokat mengenai pendapat atau pandangan tertentu yang bertalian dengan suatu topik yang ada.
b Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan meneliti,
keterampilan menganalisa
dan keterampilan
berbicara serta
32
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Mekar, 2004, h. 281
33
Oemar Hamalik, Op.Cit,. h.228
34
Ibid. h.228-229