debat selanjutnya, jika tidak maka berarti kelompok dianggap menang dan debat berakhir.
Pada waktu menyampaikan prima fasie case, pendukung perlu mengisolasikan isu-isu, merumuskannya menjadi masalah yang dipertentangkan,
dan kemudian mensubtansikan masalah tersebut dengan bukti dan logika. Suatu isu dalam debat merupakan suatu pertanyaan pokok tentang fakta atau teori yang
akan membantu menetapkan keputusan akhir. Isu-isu tersebut adalah esensial untuk proposisi tergantung pada keputusan yang dibuat. Namun, suatu isu bukan
semata-semata suatu
pertanyaan melainkan
suatu yang
mengandung ketidaksetujuan dan bersifat krusial.
Standar isu-isu dalam debat yang terkandung dalam proposisi kebijaksaan adalah :
1 Kebutuhan – adakah kebutuhan bagi perubahan?
2 Pemecahan – adakah metode penunjang perubahan yang dapat dikerjakan?
3 Keuntungan – apakah pemecahan masalah tersebut memberikan dampak
berupa keuntungan kemanfaatan dan bukan kerugian? Langkah selanjutnya adalah merumuskan isu-isu menjadi masalah yang
dipertentangkan contention. Suatu kontensi adalah suatu pernyataan umum yang menunjang atau menolak suatu proposisi. Dari kontensi-kontensi tersebut, berarti
kelompok pendukung menyatakan bahwa perlunya perubahan dari status quo, selanjutnya mereka mengajukan suatu proposal khusus untuk memecahkan
kebutuhan itu. Rencana tersebut tidak perlu terlampau rinci tetapi dapat dilaksanakan dan menguntungkan dan merupakan suatu rencana yang diinginkan
atau diharapkan untuk pemecahan masalah. b
Peranan Regu Penentang oposisi Regu penentang negative team menentang proposisi atas dasar sistem
yang ada sekarang adalah adekuat dan efektif. Secara esensial mereka berkata “tidak“ terhadap resolusi yang diajukan oleh kelompok lawannya.
Tidak ada kebutuhan untuk mengadopsi usul yang diusulkan oleh regu pendukung. Mereka mempertahankan sistem sekarang status quo, menolak
kebutuhan yang diutarakan oleh regu pendukung, menolak rencana yang diusulkan karena tidak dapat dilaksanakan dan tidak diinginkan.
39
Dari rangkaian penjelasan mengenai metode pembelajaran advokasi, kita dapat melihat bahwa pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student-
centered advocacy learning sering diidentikkan dengan proses debat. Pembelajaran advokasi dipandang sebagai suatu pendekatan alternatif terhadap
pengajaran didaktis di dalam kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari isu-isu sosial dan personal melalui keterlibatan langsung
dan partisipasi pribadi. Model pembelajaran advokasi menuntut para peserta didik terfokus pada topik yang telah ditentukan sebelumnya dan mengajukan pendapat
yang bertalian dengan topik tersebut.
Jadi pada dasarnya model pembelajaran advokasi sangat berharga untuk meningkatkan pola pikir dan perenungan, terutama jika peserta didik dihadapkan
mengemukakan pendapat yang bertentangan dengan mereka sendiri. Hal ini juga merupakan pembelajaran debat yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik
di dalam kelas tidak hanya mereka yang berdebat.
3. Mata Pelajaran Fiqih di MTs
a. Pengertian Bidang Studi Fiqih MTs
Pada tingkat Madrasah Tsanawiyah MTs, mata pelajaran fiqih merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mereka bisa mengenal. memahami dan mengamalkan syariat Islam yang kemudian menjadi dasar
pandangan hidupnya dalam bermasyarakat. Fiqih menurut Zakiah Daradjat ialah “Ilmu yang menerangkan hukum-hukum syariat Islam yang diambil dari dalil-
dalilnya ya ng terperinci”.
40
Di dalam ilmu fiqih ini ada sistem norma yang gunanya adalah untuk mengatur kehidupan manusia, yakni kehidupan yang
39
Hamalik, Op.Cit, h.231
40
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 78.
hubungannya antara manusia dengan Allah, dan antara sesama manusia dengan makhluk lainnya. Di mana hal tersebut bersumber dari Al-
Qur’an dan hadits.
Sedangkan mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah merupakan bimbingan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan syariat Islam.
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah sempurna.
41
b. Tujuan Pembelajaran Studi Fiqih di MTs
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun 2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah, mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk: 1
Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah
yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama
yang diatur dalam fiqih mu’amalah.
2 Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam,
disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
42
c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fiqih di MTs
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun 2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah, ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fikih di
Madrasah Tsanawiyah meliputi :
41
Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun 2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta: Media Pustama Mandiri,
2009, Cet. I, h. 45.
42
Ibid.
1
Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah, salat fardu,
salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan
akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
2
Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad,
riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan borg serta upah.
43
d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Fiqih di kelas VIII MTs meliputi :
1
Semester 1 Tabel 2.1
SK-KD Kelas VIII Semester 1 Tingkat Madrasah Tsanawiyah STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan tata cara
sujud di luar salat 1.1
Menjelaskan ketentuan sujud syukur dan tilawah
1.2 Mempraktikkan sujud syukur dan
tilawah 2.
Melaksanakan tata cara puasa
2.1 Menjelaskan ketentuan puasa
2.2 Menjelaskan macam-macam puasa
3. Melaksanakan tata cara
zakat 3.1
Menjelaskan ketentuan zakat fitrah dan zakat maal
3.2 Menjelaskan orang yang berhak
menerima zakat 3.3
Mempraktikkan pelaksanaan zakat fitrah dan maal
2
Semester 2 Tabel 2.2
SK-KD Kelas VIII Semester 2 Tingkat Madrasah Tsanawiyah STANDAR
KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Memahami ketentuan
pengeluaran harta di luar 1.1
Menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah
43
Peraturan Menteri Agama RI No. 02 Tahun 2008 tentang Standar Kelulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Jakarta: Media Pustama Mandiri,
2009, Cet. I, h. 91
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
zakat 1.2
Mempraktikkan sedekah, hibah dan hadiah
2. Memahami hukum Islam
tentang haji dan umrah 2.1
Menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah
2.2 Menjelaskan macam-macam haji
2.3 Mempraktikkan tatacara ibadah haji
dan umrah 3.
Memahami hukum Islam tentang makanan dan
minuman 3.1
Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman halal
3.2 Menjelaskan manfaat mengkonsumsi
makanan dan minuman halal 3.3
Menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman haram
3.4 Menjelaskan bahaya mengkonsumsi
makanan dan minuman haram 3.5
Menjelaskan jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut ini adalah hasil kajian review dari laporan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang peneliti ajukan.
1. Keefektifan Metode Debat Aktif dalam Pembelajaran Diskusi pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Kotawinangun oleh Nurchabibah, 2012 Dari hasil uji statistik dapat diperoleh nilai uji-t dan uji scheffe. Hasil
penghitungan uji-t menunjukkan bahwa skor t hitung lebih besar dari t tabel th : 2,006 tt : 1,994 pada taraf signifikansi 5 dan db 78 dengan nilai signifikansi
2-tailed sebesar 0,048 pada taraf signifikansi 5. Hasil penghitungan uji scheffe menunjukkan F hitung lebih besar daripada skor F tabel Fh : 4,025 Ft :3, 96
dengan db 78 dan pada taraf signifikansi 5. Hal ini menunjukkan bahwa 1 ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan diskusi siswa yang mendapat
pembelajaran diskusi dengan menggunakan metode debat aktif dengan siswa yang mendapat pembelajaran diskusi tanpa menggunakan metode debat aktif, dan 2
pembelajaran diskusi dengan menggunakan metode debat aktif lebih efektif daripada pembelajaran diskusi tanpa menggunakan metode debat aktif.
44
2.
Metode Diskusi Debat Teknik Itemized Response untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas X UPW SMK PGRI 1 Singaraja oleh
Ni Nyoman Juliani 2013.
Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa dari 66,3 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 68 pada siklus I
menjadi sebesar 76,4 dengan ketuntasan belajar secara klasikal 91,8 pada siklus II. Kendala yang dihadapi dalam penerapan metode pembelajaran ini yaitu
sulitnya memilih materi yang didebatkan, kreatifitas siswa dalam memecahkan masalah pro kontra, jumlah siswa dalam penerapan teknik itemized response.
Solusi yang dilakukan dalam meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi adalah menyiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti pelajaran,hanya siswa
yang belum aktif diberikan perlakuan teknik itemized response
45
. Kesimpulan pada penelitian ini adalah bahwa metode debat dapat lebih
efektif dan menjadikan siswa lebih aktif, kritis dan kreatif. Maka dari itu penulis ingin mencoba menggunakan metode advokasi yang mana hampir sama atau
sering di identikan dengan metode debat, yang membedakan hanyalah metode advokasi lebih menekankan kepada kerja sehingga metode advokasi diharapkan
bisa menjadi nilai lebihnya dan bisa menjadi penyempurna dari metode debat tersebut.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah dugaan awal yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Jika tindakan dilakukan dengan baik, maka tindakan ini akan
memperoleh suatu pemecahan problem yang baik. Penggunaan kelas, ruangan dan pengelolaan siswa sekolah yang maksimal dengan metode pembelajaran
“Advokasi” dapat meningkatkan daya fikir kreatif, kritis dan aktif untuk
44
Diakses pada 16 Januari 2015, pukul 11:08 dari http:eprints.uny.ac.id12421 Nurchabibah_06201241040.pdf
45
Diakses pada 17 Januari 2015, pukul 20:17 dari http:ejournal.undiksha.ac.idindex. phpJJPParticleview400
membangun peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Fiqih. Berdasarkan uraian di atas dapat dimunculkan hipotesis tindakan yaitu :
Dengan menggunakan
metode pembelajaran
advokasi dalam
pembelajaran Fiqih dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII-1 di MTs Al-Huda Bekasi Timur Tahun Pelajaran 2014-2015.
D. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil suatu kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pembelajaran Fiqih merupakan suatu bidang kajian ilmu mengenai ibadah yang dilakukan dikehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Fiqih tidak hanya
berfokus pada kajian materi namun juga persoalan masalah yang terdapat dikehidupan sehari-hari. Materi
– materi yang terdapat didalam pelajaran Fiqih banyak mengenai teori
– teori yang dekat dan nyata dengan kehidupan yang sesungguhnya. Namun, bagaimana teori tersebut dapat akan dipahami oleh siswa
jika dalam kegiatan pembelajaran tidak dibarengi dengan praktek untuk menambah wawasan pengetahuan, minat, bakat dan belajar aktif serta kritis. Dan
dapat memberikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Metode pembelajaran yang disampaikan seorang guru dapat memberikan pengaruh pada prestasi siswa. Sehingga dalam pengajaran seorang guru harus
dapat memilih metode yang tepat digunakan. Metode pembelajaran yang dapat digunakan seoarang guru dalam penyampaian materi dapat menggunakan
pembelajara Advokasi. Metode tersebut memberikan pengaruh positif pada siswa yaitu siswa tidak jenuh dengan pembelajaran yang biasanya dilakukan secara
monoton dan membosankan di dalam kelas. Metode pembelajaran Advokasi diharapkan siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan dan dapat lebih
aktif serta kreatif. Proses belajar bukan hanya untuk menguasai materi pengetahuan saja,
akan tetapi perlu terjadi adanya suatu perubahan pada dirinya. adapun perubahan