Model Pembelajaran Kooperatif Landasan Teori

31 harus dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Mereka berusaha untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui sumber belajar yang berada di alam sekitar. Sapriati, dkk 2008:2.3, menyatakan “pengembangan pembelajaran IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan”. Seorang guru dituntut memiliki kemampuan dan kreativitas yang cukup agar pembelajaran dapat terselenggara secara efektif dan efisien. Berdasarkan penjelasan mengenai hakikat pembelajaran IPA di SD, dapat disimpulkan pembelajaran IPA dilakukan melalui pengalaman langsung. Siswa diajak melakukan kegiatan-kegiatan seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan penyelidikan sederhana. Guru juga sebaiknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah. Jika guru mampu mengembangkan pembelajaran IPA yang demikian, maka dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga siswa mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA. Siswa tidak hanya mampu memahami materi saja, namun juga dapat mengembangkan sikap ilmiahnya.

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif

Pola interaksi yang terjadi di dalam pembelajaran bergantung pada model pembelajaran yang diterapkan. Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya disebabkan karena faktor penggunaan model pembelajaran. Seorang guru perlu memahami makna dan macam-macam model pembelajaran. Pemahaman akan model pembelajaran dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan prestasi belajar siswa. 32 Joyce dan Weil 1986 dalam Abimanyu 2008:2-4, mengemukakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Arends 1997 dalam Trianto 2014b:22, “model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksn ya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya”. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce 1992 dalam Trianto 2014b:52, menyatakan “setiap model pembelajaran mengarahkan kita merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Munculnya pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori konstruktivisme. Pada teori ini menyatakan seorang siswa akan lebih mudah memahami dan menemukan konsep pengetahuannya melalui kegiatan diskusi Trianto 2014a:108. Slavin 2007 dalam Rusman 2012:201, pembelajaran kooperatif menggalakan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Kegiatan diskusi ini memungkinkan siswa dapat mengemukakakan ide dan berbagi ide dengan teman satu kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pandangan teori konstruktivisme. Kemudian Slavin 2010:33, menjelaskan “tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan konstribusi”. 33 Penjelasan lebih lanjut mengenai definisi pembelajaran kooperatif disampaikan oleh Roger, dkk 1992 dalam Huda 2014:29, menyatakan sebagai berikut: Cooperative learning is group learning activity organized in such away that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of other. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk dapat belajar dan menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama-sama tanpa adanya kompetisi di dalamnya. Lie 2010:28, menjelaskan model pembelajaran kooperatif memerlukan interaksi dan kerjasama antara satu individu dengan individu lainnya. Johnson dan Johnson 1981 dalam Huda 2014:31, juga menegaskan pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk beberapa kelompok kecil. Siswa dalam setiap kelompok melakukan kerjasama dan interaksi dengan teman satu kelompoknya mendiskusikan suatu tugas tertentu. Tujuan pembelajaran kooperatif yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk dapat mengemukakan gagasan dan melatih kemampuan berkomunikasi serta meningkatkan rasa percaya dirinya. 34 Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam siswa yang bersifat heterogen dan memungkinkan terjadinya interaksi antaranggota kelompok. Pembelajaran kooperatif lebih banyak berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan secara langsung, tapi lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat membangun pengetahuan dalam pikirannya sendiri. Guru dapat memberikan pengarahan dan membimbing siswa selama proses pembelajaran.

2.1.8 Model Pembelajaran Group Investigation GI