111 mengetahui keefektifan model pembelajaran GI dan CLIS terhadap hasil
belajar siswa.
4.4.1 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Model
Pembelajaran GI dan CLIS
Penelitian ini merupakan jenis penelitian komparasi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menguji keefektifan penerapan model pembelajaran GI dan CLIS
dalam pembelajaran IPA materi jenis-jenis tanah pada siswa kelas V SDN Kraton
3 dan Tegalsari 5 Kota Tegal. Peneliti melakukan uji prasyarat instrumen dan uji prasyarat analisis data sebelum melakukan penelitian. Uji prasyarat instrumen
meliputi uji validitas, reliabilitas, daya beda soal, dan tingkat kesukaran soal.
Peneliti melakukan uji coba instrumen di kelas uji coba, yaitu SDN Muarareja 1
Kota Tegal. Setelah uji coba dilaksanakan, didapatlah instrumen penelitian yang telah memenuhi syarat. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu soal-soal tes hasil belajar. Variabel hasil belajar diukur dengan menggunakan soal tes posttest yang berjumlah 20 soal dengan empat pilihan
jawaban. Instrumen soal yang telah melalui tahap uji prasyarat instrumen dapat digunakan karena jenis instrumen ini tidak diragukan lagi penggunaannya dalam
penelitian. Soal-soal yang telah melalui tahap uji prasyarat instrumen kemudian dapat
digunakan untuk prestest. Peneliti melakukan pretest pada masing-masing kelas.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal dari ketiga sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian. Hasil dari nilai prestest kemudian dianalisis
dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji anova kesamaan rata-rata awal.
Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan melihat hasilnya pada kolom Kolmogorov Smirov. Pada kelas eksperimen 1 menunjukkan nilai
112 signifikansinya lebih dari 0,05 0,200 0,05. Nilai signifikansi pada kelas
eksperimen 2 lebih dari 0,05 0,200 0,05. Nilai signifikansi pada kelas kontrol lebih dari 0,05 0,200 0,05. Berdasarkan data pretest dapat disimpulkan nilai
pretest ketiga kelas berdistribusi normal karena memiliki nilai signifikasnsi lebih dari 0,05. Data yang telah berdistribusi norma kemudian dilakukan uji normalitas
dengan uji Levene’s Test. Suatu data dinyatakan homogen jika data tersebut
memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05. Nilai signifikansi data pretest ketiga kelas sebesar 0,876 0,876 0,05. Kesimpulannya yaitu nilai pretest kelas
eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontrol memiliki varian yang homogen. Data yang telah normal dan homogen kemudian di uji kesamaan rata-ratanya. Uji
kesamaan rata-rata mengunakan uji Anova. Hasil uji Anova menunjukkan nilai F
hitung
dari data nilai pretest yaitu 0,335, sedangkan nilai F
tabel
dengan df1 = 2 dan df2 = 92 yaitu 3,095. Nilai F
hitung
kurang dari F
tabel
0,335 3,095, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak terdapat perbedaan nilai pretest IPA dari ketiga
kelas. Kesimpulannya yaitu kelas eksperimen 1, eksperimen 2, dan kontrol memiliki kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan hasil pretest menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata hasil pretest pada ketiga kelas. Jika dilihat dari rata-rata hasil pretest dari ketiga kelas
juga menunjukkan adanya perbedaan. Kelas eksperimen 1 mendapatkan perolehan skor rata-rata sebesar 47. Kelas eksperimen 2 mendapatkan skor rata-rata sebesar
49,84. Sedangkan kelas kontrol dengan mendapatkan perolehan skor rata-rata sebesar 47,58. Dengan kata lain, data awal hasil belajar siswa telah dinyatakan
memiliki rata-rata awal yang sama, sehingga penelitian bisa dilanjutkan.
113 Pengujian keefektifan model pembelajaran GI dan CLIS dilakukan dengan
memberikan perlakuan kepada ketiga kelas yang digunakan dalam penelitian. Kelas eksperimen 1 yaitu siswa kelas V SDN Kraton 3 Kota Tegal, menerapkan
model pembelajaran GI. Kelas eksperimen 2 yaitu siswa kelas V SDN Tegalsari 5 Kota Tegal, menerapkan model pembelajaran CLIS. Kelas kontrol yaitu siswa
kelas V SDN Tegalsari 4 Kota Tegal, menerapkan pembelajaran konvensional. Peneliti memberikan perlakuan pada ketiga kelas selama tiga kali pertemuan. Di
akhir pertemuan, peneliti melakukan posttest kepada siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini berupa hasil belajar kognitif yang diukur
menggunakan instrumen berupa tes posttest pada akhir pembelajaran. Tes berupa soal berbentuk pilihan ganda sejumlah 20 butir soal yang terdiri dari 5 soal
dengan kategori mudah, 10 soal dengan kategori sedang, dan 5 soal dengan kategori sukar. Soal tersebut berfungsi untuk mengukur hasil belajar kognitif
siswa pada ranah C1-C3. Hasil posttest menunjukkan adanya perbedaan rata-rata hasil belajar setiap kelas. Kelas eksperimen 1 mendapatkan perolehan skor rata-
rata sebesar 78,50. Kelas eksperimen 2 mendapatkan skor rata-rata sebesar 85,47. Sedangkan kelas kontrol mendapatkan perolehan skor rata-rata sebesar 71,36.
Data nilai hasil belajar siswa kemudian dilakukan uji prasyarat analisis data yang bertujuan menentukan rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis.
Uji prasyarat analisis yang pertama, yaitu uji normalitas. Uji normalitas data ini menggunakan uji Lilliefors pada program SPSS versi 21. Diperoleh data nilai
signifikansi pada kolom Kolmogorov-smirnov pada kelas eksperimen 1 yaitu 0,122 0,122 0,05, pada kelas eksperimen 2 yaitu 0,143 0,143 0,05, dan
pada kelas kontrol yaitu 0,200 0,200 0,05. Artinya indeks signifikansi pada
114 ketiga kelas tersebut 0,05 dan dinyatakan data berdistribusi normal. Uji
prasyarat analisis selanjutnya yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan uji
Levene’s Test pada program SPSS versi 21 dan diperoleh data nilai signifikansi pada kolom Test of Homogeneity of Variance.
Jika nilai s ignifikansi ≥ 0,05, maka varian data tersebut dinyatakan homogen dan
jika nilai signifikansi 0,05, maka varian data tersebut dinyatakan tidak homogen Besral 2010:29. Berdasarkan hasil uji homogenitas, data memiliki nilai
signifikansi lebih dari 0,05 0,182 0,05, maka data nilai hasil belajar siswa dinyatakan homogen. Langkah selanjutnya yaitu uji hipotesis.
Pengujian hipotesis akhir dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 21 dengan menggunakan uji one way anova dan one sample t-test. Hasil
penghitungan analisis statistik uji perbedaan yang dihitung menggunakan one way anova pada SPSS versi 21. Hasil uji Anova menunjukkan nilai F
tabel
yaitu 13,232. Nilai F
hitung
dengan df1 = 2 dan df2 = 92 yaitu 3,095. Jadi F
tabel
lebih dari F
hitung
13,232 3,095. Kriteria pengambilan keputusan pada taraf signifikansi 5 yaitu dengan membandingka nilai F
hitung
dengan F
tabel
. Jika F
hitung
≤ F
tabel
, maka Ho diterima. Jika F
hitung
F
tabel
, maka Ho ditolak Priyatno 2010:46. Jadi, dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas V
antara yang menggunakan model pembelajaran GI, CLIS, dan yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Peneliti kemudian melakukan uji lanjut dengan uji Tukey HSD. Hasil uji hipotesis yang pertama menunjukkan nilai signifikansi hasil belajar IPA sebesar
0,032 0,032 0,05, artinya Ha
1
diterima. Jadi, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelas V antara siswa yang menggunakan model
115 pembelajaran GI dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Uji
hipotesis kedua menunjukkan nilai signifikansi hasil belajar IPA sebesar 0,000 0,000 0,05, artinya Ha
2
diterima. Jadi, dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelas V antara siswa yang menggunakan model
pembelajaran CLIS dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Uji hipotesis ketiga menunjukkan nilai signifikansi hasil belajar IPA sebesar 0,039
0,039 0,05, artinya Ha
3
diterima. Dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelas V antara siswa yang menggunakan model
pembelajaran GI dan siswa yang menggunakan model pembelajaran CLIS. Perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen 1 dan 2 lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena adanya perlakuan yang jauh berbeda antara kelas eksperimen dan kontrol. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa melakukan kerjasama dengan siswa lain dalam upaya memahami materi ataupun mencari informasi. Rusman 2012:202, menyatakan
pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mampu mengeluarkan gagasan yang dipikirkannya kemudian disampaikan kepada
kelompoknya. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran kooperatif siswa lebih mudah mengkontruksikan pengetahuannya, sehingga pengetahuan tersebut akan
tersimpan dalam memori siswa dalam kurun waktu lebih lama. Sedangkan dalam pembelajaran dengan model konvensional siswa hanya menghadapi kesulitan
untuk mengkontruksikan pengetahuannya. Sehingga informasi hanya bertahan dalam waktu yang singkat
Model pembelajaran GI dan CLIS yang dilaksanakan di kelas eksperimen memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk menggali dan
116 menemukan pengetahuan mereka sendiri melalui kegiatan pengamatan dan
percobaan yang mereka lakukan sendiri secara langsung. Melalui kegiatan tersebut, siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna
dibandingkan mereka mendapatkan pengetahuan itu hanya dari guru. Siswa akan lebih paham dengan materi dan akan berdampak positif pada pencapaian hasil
belajar yang lebih optimal. Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh siswa dengan jalan melakukan dan mengalami secara langsung akan menyebabkan informasi
yang diterima mudah tersimpan di dalam otak. Sehingga informasi yang diterima tidak mudah hilang karena bersifat abstrak dan hanya sekedar teori. Oleh karena
itu, sangat penting bagi guru untuk menciptakan pembelajaran IPA di sekolah dasar yang bermakna sehingga memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga akan berdampak positif pada peningkatan hasil belajar siswa.
4.4.2 Keefektifan Model Pembelajaran GI dan CLIS terhadap Hasil Belajar