6309
SANKSI BAGI PELAKU TINDAK KEKERASAN PADA ANAK MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
JO UNDANG-UNDANG NO 35 TAHUN 2014 Dani Sintara, SH, MH
5
ABSTRAK
Anak merupakan asset bangsa dan Negara yang juga adalah generasi penerus penerima tongkat estafet selanjutnya dalam kelangsungan kehidupan sebuah bangsa dimasa yang akan dating . Setiap anak
memiliki hak asasi yang sama seperti manusia pada umumnya. Hak-hak anak telah diatur secara rapi dalam aturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia dalam bentuk perlindungan dari berbagai tindak
kejahatan agar hak-haknya tidak dilanggar, mengingat begitu banyak kasus-kasus kejahatan yang dialami oleh anak-anak yang menyebabkan kejiwaan anak terganggu dan tidak dapat melaksanakan kehidupannya dengan
baik.
Seperti yang sering diberitakan di media massa tentang banyaknya kasus tindak kekerasan terhadap anak yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam penegakan hukum untuk bertindak sesegera mungkin
mencegah maupun memberantas tindak kekerasan pada anak. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan mulai dari pencegahan terjadinya tindak kekerasan seksual terhadap anak, perlindungan terhadap anak
korban tindak kekerasan serta perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum anak pelaku tindak kekerasan.
Penegakan hukum di tuntut untuk dapat memberikan kepastian agar kepentingan anak dapat terlindungi dengan baik, dalam hal ini diharapkan hukum dapat menanggulangi tindak kekerasan seksual
yang banyak dialami oleh anak-anak Indonesia. Agar dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukannya penegakkan hukum bagi pelaku tindak kekerasan secara maksimal sehingga dapat memberikan efek jera dan
meminimalisir tindak kekerasan seksual terhadap anak-anak.
Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Undang-Undang No 35 Tahun 2014 mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang dilakukan terhadap anak. Khusus untuk larangan
melakukan tindak kekerasan diatur dalam Pasal 76C Untuk selanjutnya ketika terdapat orangtua yang melanggar larangan yang ada, melakukan kejahatan serta melanggar hak hak anak pada larangan yang telah
diatur diatas dalam hal ini melakukan tindak kekerasan terhadap anak maka terhadap orang tersebut akan dikenakan sanksi hukuman pidana untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah diatur dalam
pada BAB XII tentang Ketentuan Pidana Pasal 80 pada Undang-Undang Tersebut.
Keywords :
Sanksi, Pelaku, Tindak kekerasan, Anak
A. Pendahuluan
5
Dosen Yayasan UMN Al Washliyah Medan
6310
Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap
anak yang terlahir harus mendapatkan hak haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak Convention on the Rights of the Child yang diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian juga dituangkan dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan
terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional kedepan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial serta
perlindungan dari segala kemungkinan yang membahayakan atau merusak masa depan anak. Orang tua merupakan orang yang pertama-tama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan
anak, baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Orang tua wajib memelihara kelangsungan hidup anak serta mendidiknya sampai dengan anak tersebut dewasa dan mandiri.Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan yang
paling mendasar dalam kehidupan anak. Terutama rasa kasih sayang yang diberikan dari orang tua. Ada beberapa situasi yang menyulitkan kita sebagai masyarakat dalam menghadapi anak sehingga
tanpa disadari mengatakan atau melakukan sesuatu yang tanpa disadari dapat membahayakan atau melukai anak, biasanya tanpa alasan yang jelas. Kejadian seperti inilah yang disebut penganiayaan terhadap anak.
Dalam beberapa laporan penelitian, penganiayaan terhadap anak dapat meliputi: penyiksaan fisik, penyiksaan emosi, pelecehan seksual, dan pengabaian.
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya penganiayaan terhadap anak antara lain immaturitasketidak matangan orang tua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan yang tidak realistis
terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol. Ada juga orang tua yang tidak menyukai peran
sebagai orang tua sehingga terlibat pertentangan dengan pasangan dan tanpa menyadari bayianak menjadi sasaran amarah dan kebencian.
Pada zaman modern sekarang ini sering anak mengalami tindak kekerasan yang dilakukan tidak hanya oleh orang tuanya sendiri Seiring dengan itu pula [perubahan, pertumbuhan, perkembangan], seringkali terjadi
benturan-benturan ketika anak [dan kreativitas pikiran dan tingkah lakunya] berhadapan dengan ayah-ibu mereka serta orang dewasa lainya. Dan tidak menutup kemungkinan, dampak dari benturan-benturan itu
adalah berbagai bentuk perlakuan [kekerasan fisik, kata, psikhis yang dibungkus dengan kata-kata semuanya adalah nasehat dan didikan] orang dewasa kepada anak [dan anak-anak]. Hal itu terjadi karena orang dewasa
[atas nama orang yang melahirkan, yang memberi kehidupan, yang mengasuh, lebih tua, lebih dewasa, lebih
6311
pengalaman, lebih tahu, harus didengar, harus dihormati, dan lain-lain] menganggap anak [dan anak-anak] telah melawannya, bandel, tidak mau dengar-dengaran, keras kepala, serta telah melakukan banyak tindakan
perlawanan terhadap orang yang lebih tua. Tindakan-tindakan dalam rangka upaya pendisiplinan, menuntut kataatan tersebutlah yang menjadikan masyarakat memperlakukan anak-anak secara fisik dan psikologis,
sehingga berakibat penderitaan, tidak berdaya, bahkan kematian. Anak yang menjadi korban kekerasan, mengalami ketakutan dan trauma pada dirinya. Ketakutan dan
trauma tersebut menghantar mereka lari dari rumah dan lingkungannya. Tidak sedikit dari antara mereka yang akhirnya menjadi anak-anak terlantar, bahkan jadi bagian [anggota] dari kelompok penjahat dan pelaku tindak
kriminal lainnya. Bentuk lain dari kekerasan anak-anak, adalah berupa perdaganan anak-anak; perdagangan anak [dan
anak-anak], merupakan transaksi jual-beli yang menjadikan anak [dan anak-anak] sebagai objek jual. Transaksi itu dilakukan oleh atau melalui pengantara ataupun orang tuanya sendiri.
Pada sikon ini, anak-anak [yang menjadi objek jual-beli] dihargai dengan sejunlah uang atau alat ekonomi, untuk mendapat keuntungan. Para pembelinya adalah keluarga-keluarga yang tidak mempunyai anak;
dan tidak mau berurusan dengan kerumitan persyaratan administrasi adopsi; kasus perdagangan anak [termasuk di Indonesia], sebagaimana laporan media massa, antara lain.
Hal tersebut diatas yang membuat kami tertarik untuk melakukan penelitian tentang hukum yang berkaitan dengan hal bagaimana konsekuensi orang tua yang melakukan tindak kekerasan pada anak
kandungnya.
B. Rumusan Masalah