6370
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka.
2. Pembahasan A. Pengertian Karakter
Karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, wat
ak”. Adapun berkarakter adalah “berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia Internasioanl pada umumnya, dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan dirinya dan disertai
dengan kesadaran, emosi dan motivasinya perasaannya. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses
pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi dan atau kelompok yang unik dan baik sebagai warga Negara, yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter dan jati diri bangsa merupakan cita-cita luhur yang harus diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Penanaman nilai-nilai akhlak, moral dan budi
pekerti seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional harus menjadi dasar pijakan utama dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi
sistem pendidikan nasional. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab Pasal 3. Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang
dibuat oleh Pendidikan Nasional Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.
1. Agama
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, yaitu dengan ditetapkannya dalam UUD 1945, bahwa setiap warga Negara Indonesia wajib memeluk salah satu agama yang
diyakininya. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraanpun didasari pada nilai-
6371 nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2. Pancasila Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga
negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga Negara.
3. Budaya Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan belief
manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan
keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya.
4. Tujuan Pendidikan Nasional Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh
berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
C. Kehidupan Berkarakter Cerdas
Amanat Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 sebagaimana tertera pada pembukaannya menegaskan bahwa salah satu tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut menyandang dua kata pokok, yaitu kehidupan dan kecerdasan. Kedua kata itu perlu mendapat penegasan dan penguatan untuk terwujudnya
amanat Undang-Undang Dasar yang dimaksudkan. Pembangunan karakter cerdas itu dilakukan melalui pendidikan dengan proses pembelajaran yang
menanamkan dan menempakan kaidah-kaidah atau nilai-nilai karakter dan kecerdasan secara terintegrasikan dalam kadar yang tinggi dan konsisten sehingga terbangun karakter cerdas pada diri peserta didik dalam
berbagai bidang dan wilayah kehidupan. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan sangat penting untuk
diperhatikan agar nilai-nilai yang akan dikembangkan tepat sasaran dan diminati untuk dipelajari, dilandasi oleh kaidah-kaidah keilmuan pendidikan, kondisi praksis dan tindakan praktik yang efektif.
6372
Bagi Indonesia sekarang ini,
pendidikan karakter
harus diupayakan dengan melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta
keyakinan semua orang, bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyatnya. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa
kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa
semangat belajar
yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa
semangat
berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa
percaya diri
dan optimisme.
D. Pemahaman Karakter Bangsa
Pendidikan karakter bangsa berfungsi untuk membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik dan berprilaku baik sesuai dengan falsafah hidup
Pancasila, dan pemahaman karakter bangsa terlihat apabila peserta didik mampu bersikapberpikir sesuai dengan nilai-nilai karaktermuatan pendidikan karakter itu. Dalam penelitian ini kriteria penilaian pemahaman
dilihat dari angka-angka yang diperoleh siswa yaitu : Nilai 71
–100 = A Sangat Paham Nilai 61
– 70 = B Paham Nilai 51
– 60 = C Kurang Paham Nilai 41
– 50 = D Tidak Paham
E. Pembelajaran konvensional.
Pada pembelajaran konvensional, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan cenderung berpusat pada guru dalam merancang dan mengimplementasikan program pembelajara sehingga peran guru sangat dominan
dalam kegiatan pembelajaran. Guru akan lebih banyak memberikan informasi-informasi sedangkan siswa sebagai pendengar yang secara seksama akan merekam dan menyimak penjelasan yang diberikan guru.
Kelebihan metode ini yaitu penggunaan waktu yang cukup efisien dan pesan yang dapat disampaikan sebanyak-banyaknya. Kelemahannya guru sering mengalami kesulitan dalam mengukur sejauhmana
pemahaman siswa tentang materi yang diceramahkan karena siswa cenderung bersifat pasif.
F. Metode Pembelajaran Kontekstual atau CTL Contextual Teaching and Learning.
Pembelajaran CTL merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajarinya, dan menghubungkannya dengan dunia nyata. Menurut Rusman 2012 :190 pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses
keterlibatan siswa untuk mempelajari materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
6373
secara langsung. Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan yang nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi
yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari- hari.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan Kontekstual CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme construktivism, menemukan inquiry, bertanya questioning, masyarakat
belajar learning community, pemodelan modeling, refleksi reflection, dan penilaian yang sebenarnya Authentic.
G. Tujuan Pembelajaran CTL
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari, sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari setiap permasalahan.
1. Model pembelajaran CTL ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berpikir kritis dan terampil dalam memproses pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya sendiri dan orang lain. Seperti yang peneliti kutip dari jurnal yang ditulis oleh Eli Nurwani, Aunurrahman, Adi Usman,
denga n judul ”Implementasi Strategi Pembelajaran Kontekstual Pada Pelajaran IPS Terpadu Untuk
Perolehan Belajar Siswa” di SMP Negeri 2 Ketapang, TA. 20132014 terbukti berhasil meningkatkan Kemampuan perolehan belajar siswa. http:download.portal. garuda.orgarticle.php.
Selanjutnya peneliti mengutip jurnal yang ditulis oleh Jamrut, Aman, dengan judul ”Peningkatan
Hasil Belajar IPS melalui implementasi CTL metode GI Group Investigation Berbantuan Media SMP Negeri 6 Raha Yogyakarta” T.A 20142015, terbukti berhasil meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran IPS kelas VIII-1, SMP Negeri 6 Raha Yogyakarta.
H. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Kontekstual atau CTL contextual teaching and
learning yang akan diterapkan adalah : - Siswa diberi wacana tentang pendidikan karakter bangsa.
- Peneliti menerangkan seperlunya tentang pendidikan karakter bangsa. - Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok kecil, sekitar 3-4 orang untuk belajar,
menjawab soal-soal, memecahkan masalah bersama, dan menyimpulkan. -
Waktu diperhitungkan sebaik mungkin, sesuai dengan jam pelajaran. -
Jawaban yang diberikan harus sesuai dengan contoh-contoh yang dialami sendiri, keluarga, teman, atau lingkungan.
6374
3. Hasil dan Pembahasan A. Hasil